Part 32

16.5K 1.5K 61
                                    

Ini bukan masa lalu mereka lagi, ya.

Jansen mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia mengembuskan napasnya perlahan agar bisa meredakan emosinya.

Setelah dirasa sudah cukup tenang, Jansen pergi dari dapur Dimas. Dia melangkah menuju kamar yang ditempati Lana. Ya, dia tahu Lana di kamar itu karena pintu terbuka dan dia melihat Lana berdiri di depan jendela.

Jansen masuk dan dia mengunci pintu agar Lana tidak bisa lari darinya.

Dia mendekati Lana. Menyentuh bahu Lana yang kaku.

"Lana, maafkan aku," ucap Jansen dengan pelan. Dia memutar tubuh Lana. Lana menatap Jansen dengan sedih.

"Lana...."

"Aku tak ingin bicara apa pun padamu. Kau penipu!" Jansen menundukkan kepalanya sebentar. Lalu dia menatap wajah Lana yang pucat, mata Lana juga sayu.

"Kenapa kau menipuku? Kau sudah tahu ibu kandungku siapa, tapi kau tidak memberitahu aku." Lana menepis tangan Jansen.

"Akan aku jelaskan, Lana...." Lana menggeleng.

"Aku sudah tahu. Bahkan sudah tahu apa alasanmu menikahi aku. Jansen, kau tak perlu berpura-pura lagi. Aku tahu kau tidak peduli padaku. Jangan baik padaku hanya karena Loly. Sama saja kau tidak tulus." Lana melangkah mendekati tempat tidur. Duduk di sana. Jansen mendekati Lana. Dia merogoh saku celananya dan mengambil cincin Lana.

"Lana...." Jansen tidak melanjutkan ucapannya saat Lana mengambil cincin itu, lalu membuangnya.

"Pergi saja dari sini!" usir Lana, dia mengusap pipinya dari air mata.

Jansen duduk di sebelah Lana, dia membingkai wajah Lana.

"Aku takut," bisiknya lalu memeluk Lana. Lana menolak pelukan itu, dia memaksakan senyumnya.

"Lana, Dimas itu berbahaya. Dia tidak seperti yang kau lihat. Dia itu jahat."

"Kalau dia jahat, lalu bagaimana denganmu?" Jansen menunduk lagi.

"Maafkan aku, Lana. Bukannya aku tidak senang kau hamil, hanya saja—" "Tidak kau anggap juga tidak masalah," potong Lana membuat Jansen semakin cemas.

"Lana, sejujurnya hanya kau istriku."

"Ya, sebentar lagi juga akan kau ceraikan. Aku sudah tahu tujuanmu datang ke sini. Aku setuju kita berpisah. Itu, kan kemauanmu, Jansen."

"Awalnya begitu, tapi aku berubah pikiran. Lana, entah kenapa aku menjadi takut kalau kau tidak ada di dekatku." Lana mengusap air matanya. Dia menatap Jansen penuh tanya.

"Aku sudah bertemu dengan ibunya Andrea dan Amora," ucap Lana membuat Jansen tertegun. "Bu Dania menceritakan banyak hal padaku tadi siang."

"Apa saja yang dia katakan padamu? Jangan pernah percaya pada apa yang dia katakan, Lana! Kau tahu kenapa dia di tahan?"

"Dia di rumah sakit jiwa!" Jansen menatap penuh tanya.

"Lana, aku tidak tahu kenapa dia bisa di rumah sakit jiwa. Tapi yang harus kau tahu, dia orang yang sangat berbahaya. Aku akui, aku memang salah karena tidak jujur padamu soal ibu kandungmu. Tapi Lana—" Lana menutup mulut Jansen menggunakan tangannya.

"Besok saja ceritanya, aku ngantuk karena ceritamu tidak ada yang menarik. Aku ingin tidur." Jansen mengangguk. Dia menangkap tangan Lana, lalu mengecupnya.

Langsung saja Lana tersipu malu. Lana akui, dia memang tidak bisa marah pada Jansen.

"Tidurlah," kata Jansen mengecup kening Lana membuat Lana menghangat. Lana berbaring, dia menepuk disebelahnya agar Jansen berbaring disebalahnya.

I Will Still Love YouWhere stories live. Discover now