Empat Puluh Lima

899 40 5
                                    

Terkadang pilihan terbaik adalah dengan menyakiti diri sendiri. Bukan begitu?

•••

Gadis berambut kecoklatan itu tersenyum malu saat melihat isi dari secarik kertas yang disodorkan lelaki tampan di hadapan nya.

"Suka?" tanya lelaki itu to the point.

Sang gadis mengangguk,tersipu malu,dan semburat kemerahan di pipi nya muncul secara alami.

Lucu!

"Aku inget,pernah minta dilukisin sama Bang Bagas 2 tahun yang lalu," ujar gadis itu yang masih kagum pada gambar yang menghiasi mata kelabu nya.

Bagas hanya mengangkat bahu nya cuek, "Tapi gua baru bikin itu seminggu yang lalu."

Athala mengangkat kepala nya,menatap takut-takut lelaki yang sedang menyesap kopi susu nya.

"Bang Bagas gak benci sama Atha?"

Bagas menghela nafas nya lelah,seakan-akan topik yang berkaitan dengan segala macam masalah itu tak pernah bisa berhenti diungkit.

"Dulu iya,sekarang nyoba engga." Bagas menyenderkan punggung nya ke kursi cafe,lalu secara terang-terangan menatap mata indah itu.

Mata yang semula milik Lia nya.

"Tapi aku punya ini,punya sesuatu yang bikin Bang Bagas benci sama aku." Athala menutup kedua mata nya dengan tangan.

Bagas paham maksud gadis itu,dan Bagas benci melihat pundak gadis itu yang sekarang bergetar hebat. Tak lupa diikuti suara isakan kecil yang lolos dari bibir nya.

"Tha. Gua sekarang gak benci sama lo. Udah jangan nangis ya!" Bagas meraih kedua tangan Athala yang masih menutupi wajah. Menarik nya perlahan,membuka nya dengan hati-hati.

"Jangan nangis," bisik Bagas lembut.

"Aku gak berharap bisa ngeliat dari mata Li-"

"Jangan ngomong gitu. Gua gak suka! Lo harus nya bersyukur!" tegas Bagas dengan gurat wajah nya yang mengeras.

"Tapi-"

"Tha!"

Athala menghela nafas lagi. Sekarang gadis itu menunduk. Menatap kertas dengan goresan pensil yang membentuk siluet wajah nya.

"Gua gak bakal ngelukis wajah lo kalau gua benci sama lo Tha."

"Jangan nangis,gua gak suka lo sedih!" lanjut Bagas yang masih menatap dalam wajah gadis berambut kecoklatan itu.

"Gua sayang lo Tha." bisik Bagas.

Dari kejauhan,tepat nya di balik sebuah kaca transparan yang memisahkan cafe dengan bagian luar mall. Dua remaja yang saling menautkan jemari mereka satu sama lain memandang dalam diam.

Yang perempuan benar-benar diam dan hanya bernafas juga berkedip,dan yang laki-laki mulai ngedumel tidak jelas.

"Alah tai. Bilang benci,tau-tau nya berduaan disini. Munafik lo gas!" cerocos lelaki berhidung mancung itu.

SASAWhere stories live. Discover now