Dua Puluh Sembilan

1K 44 3
                                    

Ekspetasi dengan realita adalah kemungkinan terbesar untuk mencapai perbedaan

•••

Sahla menikmati hembusan angin yang menerbangkan rambut nya dengan tenang dan damai sambil sesekali tersenyum memandang langit.

Di atas sana terlihat ramai sekali. Ada bulan purnama yang bersinar terang dengan ditemani ribuan bintang di sekitar nya.

"Coba aja gua bulan nya Safda bintang nya. Pasti selalu berdampingan kan?"pikir Sahla dengan imajinasi terlampau tinggi. Namun setelah dipikir dua kali,ekspetasi nya tadi sangatlah jauh dari realita yang ada. Sahla jadi merasa bahwa Safda lah bulan nya. Bintang di sekeliling Safda adalah ratusan gadis penggemar lelaki itu. Dan Sahla? Hanya bintang kecil yang berjarak cukup jauh di antara ribuan bintang lain untuk mendekat ke arah bulan nya.

"Sahla!"pekikan itu membuyarkan pemikiran Sahla yang sudah berkelana terlalu jauh. Gadis itu bangkit dengan tergesa gesa dari duduk nya lalu segera mengunci pintu balkon kamar nya.

Rambut hitam gadis itu sedikit berantakan karena terkena angin kencang saat berada di balkon tadi.

"Apaan ma?"tanya Sahla saat melihat Marta sedang menatap nya tajam.

"Kamu nyisir gak sih?!"Marta menarik tangan Sahla untuk masuk ke dalam kamar,lalu mendudukkan anak gadis nya itu di depan meja rias. Marta mengamati intens Sahla dari cermin dan yang ditatap hanya menatap balik dengan penuh tanda tanya.

"Mau nge date ya rapih dikit kenapa"Marta mulai menyisir rambut tebal Sahla perlahan. Sahla yang mendengar ucapan Marta menjadi sedikit kikuk.

"Rambut nya dirapihin,disisir kayak gini. Kan cantik. Masa mama nya cantik anak nya jelek. Ngak cocok"Marta melihat pantulan diri nya dan Sahla di cermin. Wajah mereka hampir mirip,bahkan tak jarang banyak orang yang bilang mereka adik kakak.

Sahla mengernyit sebentar saat melihat wajah Marta yang polos tanpa blush on di pipi tiba-tiba memerah tanpa sebab.

Gadis itu memutar mata nya malas saat tahu apa yang Marta fikirkan saat ini. Ia mengerti saat mata Marta selalu tertuju pada dress polkadot pemberian nya yang sedang Sahla pakai. "Gak usah flashback gitu deh ma"

Marta semakin terlihat malu-malu,bahkan sekarang wanita itu menutup wajah nya yang semakin memerah,membuat Sahla hampir saja menjadi anak durhaka jika saja kalimat cibiran mengejek nya terlontar.

Astagfirullah,ini ngak inget umur apa? Masih blushing blushing begitu?

"Mama tau apa yang kamu pikirin!"

**SaSa**

"Hai"sapa lelaki dengan lengan kemeja Biru dongker yang digulung sampai di atas sikut.

Mampus lu,kenapa gua deg deg ser begini?!

Sahla diam dan lelaki itu tersenyum manis. Sedangkan wanita dan pria yang sedang berdiri sambil berangkulan satu sama lain menatap mereka sambil senyum-senyum tidak jelas.

"Pah berasa nonton film dokumenter kita dulu ya. Mama flashback deh pah"bisik Marta pada Agung yang ia peluk dengan mesra.

SASAWhere stories live. Discover now