Dua Puluh Dua

1.2K 53 7
                                    

Yang tak terlihat belum tentu tidak ada. Jadi jangan kira perasaan tak terlihat ini tidak ada untuk mu.

•••

"Diem anjir. Gua bilang melek ya melek!"perintah Rain gemas.

"Ahhh susah nyet"Bila mengedip kedipkan mata nya takut.

"Ish gua ganjel pake salotip juga nih"Rain menarik kelopak mata Bila keatas dengan paksa. Dengan 78% inisiatif Nadin mengambil salotip yang tergeletak begitu saja di atas meja belajar Sahla.

Mata Bila mulai perih dan berair. Gadis itu menepak tangan Rain yang menarik kelopak mata nya dengan tak ber pri kekasianan. Juga menarik salotip yang Rain tempelkan tanpa dosa nya.

Prak...

Benda bulat menyerupai kornea mata berwarna biru beserta tempat nya jatuh begitu saja dari tangan Rain. "Mampus!!! Gak tanggung jawab gua"Rain mengangkat kedua tangan nya ke atas saat melihat wajah Bila yang kecut seperti habis mengunyah jeruk nipis.

"Ingin berkata anjing,babi,bangsat!"

"Heh ngomong nya!"

"Ihhh piyama gua mana?!"Sahla menarik asal pakaian di lemari nya. Mencari sebuah piyama kesayangan dari Salman 1 tahun yang lalu.

Eh? Kok jadi Salman lagi sih.

"Piyama panda dari Salman itu?"tanya Adia tepat sasaran.

"Ho'oh. Mana sih,kok gak ada ya"tangan nya masih bergerak menarik keluar baju baju nya di lemari. Keringat mengucur deras di pelipis nya,padahal kamar nya saat itu sangat dingin.

Nadin menahan tawa nya membayangkan Sahla yang sudah umur itu menjadi panda jadi jadian dengan piyama itu.

"Ahhh gak ada"rengek Sahla lagi yang membuat Adia melempar sesuatu dari koper coklat nya.

"Astogeh. Kenapa gak bilang sat!"

"Ye masih untung gua inget bawain dari rumah gua"

"Bangsate gak nempel nempel masa"Bila mencoba memasang ulang softalane nya. Bukan,bukan yang jatuh itu. Itu sih udah gak steril.Bila bawa dua,satu lagi warna hitam.

"Ampe anggun jadi duta sampo lain juga kalau lo merem setiap mau nempelin softlane ya gak bakal bisa lah"kesal Rain yang geregetan karena setiap melihat Bila ingin menempelkan softlane pada bola mata nya,gadis itu selalu memejamkan mata.

Kan oon?

Brak...

Pintu kamar Sahla terbuka dengan sangat lebar juga kencang. Menampakkan wajah Marta yang sangat teramat sangat bahagia.
Mungkin?

"Mama ketok dulu kalau mau masuk. Gak sopan ih"ujar Sahla yang mewakili keterkejutan teman nya yang lain.

"Ih tante,ketok dulu dong. Nadin kan malu pake tangtop doang"Nadin menarik selimut coklat Sahla lalu menutupi tubuh bagian atas nya yang hanya terbalut tangtop hitam.

Marta hanya terkekeh lalu masuk mendekat ke arah Sahla dengan mata berbinar.

"Apasih mah,kok ngeliatin aku kayak gitu? Please deh mah,mama lagi sakit. Gak usah ikut ke Bali. Papa juga kan hari ini pulang"Sahla melipat piyama nya ke dalam tas ransel,karena koper nya sudah tidak muat. Jangan tanyakan apa saja yang Sahla bawa!

"Tante mau ikut ke Bali? Boleh kok,aku ada satu tiket lagi. Sepupu aku gak jadi ikut"Ucap Bila yang langsung membuat Sahla mendelik.

"Gak gak,orang emak gua muntah muntah gitu. Lagi sakit dia it-- ihhh apaan sih ma,apaan,iya apaan?"tubuh Sahla masih saja berguncang karena Marta yang tidak jelas menguncang guncang tubuh anak gadis semata golek nya dengan mata yang berbinar.

SASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang