Tiga Puluh Tujuh

930 47 3
                                    

Saat senyumku palsu seperti janjimu

•••

"Oh gitu ya tan"Safda tertunduk lesu di depan Martha yang baru saja bilang bahwa Sahla baru saja berangkat sekolah.

"Yaudah deh tan,aku berangkat dulu ya"

"Kamu kalau ada masalah sama Sahla bicarain aja baik-baik. Tante percaya kalau kamu bisa jaga hati Sahla"Martha mengusap lembut anak lelaki berumur 18 tahun di depan nya ini.

Safda hanya mengulum senyum kecil. Otak nya kembali memutar kejadian kemarin sore. Saat diri nya asik makan bersama dengan keluarga nya,dan diluar sana ia meninggalkan gadis nya sendirian di tengah hujan.

Bagaimana Safda menjelaskan nya. Bagaimana Safda bisa memberitahu apa yang membuat lelaki itu bisa melupakan janji nya?

Apa itu yang disebut menjaga perasaan?

"Hei,ganteng"Safda mengerjap lalu menatap Martha yang baru saja menepuk pundak nya.

"Kok bengong. Mikirin tante ya?"tuding Martha sambil menyipitkan mata nya menyelidik.

Safda terkekeh memaksakan. "Ah tante,nanti kalau saya mikirin tante,om marah lagi"

Martha ikut terkekeh ala ibu-ibu arisan. "Yaudah deh kalau kamu gak mau jujur mikirin tante. Berangkat sekolah gih,ntar terlambat loh"

"Iya tan,Fio berangkat dulu ya. Assalamualaikum"setelah mengecup tangan Martha dan tersenyum sopan,lelaki itu berjalan menuju motor nya yang terpakir di halaman.

Safda mengklakson satu kali dan Martha tersenyum sambil melambai-lambaikan tangan nya. "Dadah ganteng. Hati-hati ya,jangan nabrak. Nanti muka kamu makin bonyok gak ganteng lagi"

Martha menggeleng-gelengkan kepala nya sambil mengusap perut nya yang semakin membesar saat melihat motor Safda yang melewati pagar rumah. "Adek kalau udah gede nanti percintaan nya jangan serumit kakak Sahla sama kakak Fio ya"

**SaSa**

"Mata gua bengkak banget gak sih?"Sahla menatap Rain dengan mata sedikit menyipit lalu menunduk lagi.

"Gak"

"Ah lo mah serius. Mata gua pasti udah kayak mata panda kan?"desak Sahla lagi di tengah lapangan Tangguh Bangsa yang masih sepi.

Gadis itu sengaja berangkat lebih pagi dengan alasan ada tugas pada Martha. Padahal Martha tahu apa itu alasan sebenar nya.

"Enggak ih dibilangin. Maka nya jangan nangisin laki-laki kayak begitu. Lo bikin gua pengen nge bogem muka cowo kampret itu tau gak"suara Rain sedikit memelan saat melihat lelaki dengan postur tubuh tinggi tersenyum di gedung IPS.

Rain membalas senyuman kecil itu. Sahla berdecak kesal melihat nya. "Ck,lo mah malah pacaran mulu. Sahabat nya dianggurin kek kacang"

"Enak aja. Gak selama nya kacang di anggurin tau,coba aja lebaran. Pasti kacang rumah lo abis kan?"bela Rain yang melihat lelaki berpostur tinggi itu sudah memasuki kelas.

"Auah dark"

"Panda"

Sahla mematung. Rain yang sedang mengapit lengan Sahla juga ikutan berhenti. Menatap tajam laki-laki yang sekarang berdiri di hadapan nya. Tepat nya menatap Sahla yang sekarang mengalihkan pandangan.

SASAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt