Tiga Puluh Tiga

998 47 0
                                    

Kertas di lecekin aja gak bisa balik utuh. Apalagi hati ini?

•••


Gadis dengan rambut kuncir kuda itu nampak tenang membuka halaman per halaman buku yang sedang di baca nya.

Perpustakaan sangat hening. Hanya ada diri nya dan seorang lelaki berkacamata yang duduk di bagian pojok.

Terlewat serius,gadis itu sampai tidak menyadari ada gadis lain yang berdiri di samping nya.

"Sahla"panggil Alfiana yang membuat Sahla mendongak terkejut.

Alfiana tersenyum kecil,lalu menggeser kursi di sebelah Sahla,menatap dalam Sahla sambil terus tersenyum. Sampai akhir nya gadis itu memeluk Sahla dengan tiba-tiba.

"Makasih la. Makasih udah bantuin gua"

Sahla yang terkejut hanya diam,merasakan erat nya pelukan Alfiana. Tetapi tak urung tangan Sahla mengelus punggung Alfiana sambil tersenyum.

"Iya Al,kebetulan aja kok toko kue mama gua lagi butuh pegawai"

Alfiana melepas pelukan nya. Mengelap sudut mata nya yang mengeluarkan air mata sambil tersenyum.

Sahla jadi ingat sesuatu yang sebenar nya sedari tadi memenuhi fikiran nya.

Seperti bisa membaca pikiran Sahla,Alfiana tiba-tiba menyahut. "Gua gak apa-apa kok"

"Tapi Al?"

"Gua percaya bukan lo yang nyebarin. Dan gua gak apa-apa Sahla"

Sahla menghela nafas nya perlahan.

"Lagian cepet atau lambat berita tentang papa gua bakalan kesebar juga. Dan yang pasti gak mungkin anak Tangguh Bangsa gak tau"lagi-lagi Alfiana tersenyum, walaupun tipis.

Entah bagaimana bisa,berita tentang papa Alfiana tiba-tiba tertempel manis di mading sekolah.

Siapa pelaku nya,Sahla pun tidak tahu. Bahkan saat Sahla bertanya pada Rain selaku ketua mading,gadis itu hanya menggeleng tidak tahu.

"Lo... Di bully gak?" Sahla menggigit bibir bawah nya. Ia tahu ini pertanyaan sensitif,tapi ia hanya penasaran.

Alfiana menggeleng mantap membuat perasaan Sahla sedikit lega.

"Yaudah anterin gua ke kan--"

Hello, it’s me
I was wondering
If after all these years
You’d like to meet
To go over
Everything

Sahla menatap sebal layar ponsel nya yang baru saja berdering. Mengetahui siapa yang menelfon nya Sahla semakin kesal,gadis itu mematikan sambungan telefon.

"Kenapa gak di angkat?"

"Gak penting"

Lagi-lagi ponsel Sahla kembali berdering membuat gadis itu mendengus kasar.

"Apaan sih? Berisik lo nelfonin mulu"

"Ih panda. Kangen"

"Apaan sih,jijik tau gak"

"Ck,lo lagi dimana sih? Kenapa gak ke kantin?"

"Suka-suka gua lah. Masbuloh gitu?"

"Iya lah. Lo belum makan kan? Lo gak laper?"

"Berisik lo ah"

Sahla mematikan sambungan,lalu menarik tangan Alfiana keluar dari perpustakaan yang begitu sunyi dan sepi tanpa berkata apapun.

SASAWhere stories live. Discover now