Tiga Puluh Enam

859 43 0
                                    

Hati wanita bagaikan sayap kupu-kupu yang mudah rapuh

•••

"Yo. Lu ngelupain sesuatu gak sih?"tanya Salman saat melihat Athala yang memasuki dapur.

Safda yang sedang meminum tersedak seketika membuat Angel terkejut begitu juga Salman.

"Kamu kenapa sayang?"

"Aku ijin keluar ma"Safda mencium punggung tangan Angel yang masih terlihat kebingungan lalu setelah itu berlari sekencang mungkin ke lantai dua.

Mengambil jaket dan kunci mobil nya.

Angel menatap heran anak kembar nya itu lalu menatap Salman yang mungkin tahu sesuatu.

"Gak tau"Salman menggidikan bahu nya dengan perasaan tidak enak yang menyelimuti.

Keringat dingin mengucur di pelipis lelaki berjambul itu. Sejenak Safda mengecek ponsel nya dan benar saja.

Ada 30 pesan masuk,25 notif line dan 35 panggilan masuk yang tidak terjawab.

Dan semua pesan,notif,juga panggilan masuk itu hanya dikirim oleh satu nama.
Sahla Ardyta.

Safda berlari ke arah pintu utama keluarga Pranata yang sekarang sudah terbuka dengan lebar. Menampilkan tubuh tegap dengan rambut dan pakaian nya yang sedikit basah.

"Misi gas"ucap Safda dengan pikiran yang kalut.

Sama kalut nya,Bagas mati-matian menahan emosi nya saat melihat wajah lelaki yang dengan bodoh membiarkan seorang gadis menunggu selama satu jam di halte dengan cuaca hujan dan kedinginan.

Bug.

Itu untuk kebodohan Safda beberapa jam yang lalu.

Safda terhuyung dan jatuh saat tinjuan Bagas yang sama sekali tidak lelaki itu prediksikan mengahantam rahang nya.

Bug.

Itu untuk Sahla yang berusaha mati-matian menahan udara dingin yang menusuk kulit nya karena kebodohan Safda.

Bug.

Dan itu dari Bagas untuk Safda karena berani-berani nya membuat kebodohan seperti itu pada gadis yang Bagas sayang.

Safda masih diam,lelaki itu tidak memberontak karena kepala nya dan rahang nya berdenyut bersamaan.

Dunia nya seperti berputar tanpa henti.

Masih kalut dan belum puas,Bagas menarik kerah jaket Safda. Menatap adik nya dengan tatapan tajam menahan emosi yang ingin lebih meledak lagi.

Jika tatapan dapat membunuh mungkin Safda sudah terkapar tidak bernyawa saat ini juga.

Rahang Bagas mengeras menatap Safda yang balik menatap nya juga dengan pandangan tidak mengerti.

"Lo tuh goblok,tolol apa gimana?! Bisa-bisa nya lo ninggalin cewe sendirian di halte hujan-hujan gini!"Bagas benar-benar kalap. Jika tidak ada suara yang mehentikan tangan nya,mungkin saat itu juga tinjuan keempat nya menghantam wajah Safda.

SASAWhere stories live. Discover now