Empat Puluh Empat

904 39 4
                                    

Karena di setiap pertemuan akan ada perpisahan.

•••


Gadis berkuncir satu itu meregangkan pelukan nya pada dua sahabat nya. Tersenyum kecil seolah mengatakan 'gua bakal baik-baik aja'. Lalu beralih pada seorang gadis dengan wajah jutek yang tak jauh dari tempat nya berdiri.

"Rain lo gak mau peluk gua atau apa gitu?" Sahla berjalan mendekat ke arah Rain dengan senyum jahil nya. Yang di dekati malah menjauh beberapa langkah,membuat kekehan orang-orang yang ada di sana terdengar.

"Jangan ngambek gitu ih. Peluk dong. Kangen loh nanti." gadis berkuncir satu itu membuka kedua tangan nya,memberi ruang pada gadis yang sedang kesal di hadapan nya.

"Buru Rain. Pesawat gua take off 30 menit lagi!"

"Jelek lo ah." Sahla mendekap Rain dengan erat,membuat tangis Rain pecah saat itu juga.

Sahla jadi terbawa suasana sekarang.

"Lo jahat banget sih ninggalin gua sama yang lain." gadis itu terisak hebat.

"Ih udah ah,jangan nangis gitu." Sahla melepas pelukan mereka,mengelap air mata yang ikut turun di pipi nya.

"Awas lo,jangan pernah lupain gua,Bila,Nadin,sama Adia," ancam Rain dengan wajah nya yang basah.

Sahla terkekeh, "Santai sistha,mana mungkin gua ngelupain sahabat terbaik gua?" Sahla menatap sahabat nya satu persatu yang memasang wajah rela tak rela.

"Take care lo kupret!" Rain kembali memeluk Sahla selama beberapa detik.

Setelah selesai dengan pelukan nya dengan Rain,Sahla berjalan mendekat ke arah lelaki jangkung yang memakai kemeja biru.

Gadis itu tersenyum kecil,sedikit canggung saat melihat sang lelaki yang ikut tersenyum manis.

"Sini-sini." Sahla merasakan kehangatan saat lelaki itu memeluk tubuh nya.

"Take care ya. Jaga diri baik-baik! Jangan sampe lupa sama gua!"

Dalam pelukan lelaki itu,Sahla lagi-lagi terkekeh, "Mana mungkin gua lupa sama lo ka?"

"Bisa aja kan?" tanya Bagas dengan senyum jahil nya. Lelaki itu lalu mengacak-acak rambut Sahla membuat sang empu nya merenggut kesal.

"Ish kakak!"

Bagas terkekeh kecil, "Gua sayang lo."

Sahla mematung di tempat.

"Sebagai adik," perjelas Bagas seraya menyemburkan tawa nya melihat wajah tegang Sahla.

Sahla kembali merenggut kesal. Gadis itu hampir saja berfikir yang tidak-tidak tadi.

"Ka," panggil Sahla yang membuat Bagas menghentikan tawa geli nya.

"Jagain adek bandel lo itu buat gua ya. Jangan main tonjok-tonjokan lagi. Lo udah gede!"

Bagas tersenyum,lalu mengangguk kecil.

Sekarang perhatian Sahla beralih pada lelaki berhidung mancung di samping Bagas,atau mungkin tepat nya berdiri berdampingan dengan Bila.

"Sini!" jika tadi Sahla yang membuka kedua tangan nya untuk Rain,kini giliran Salman yang membuka.

Sahla melotot tak suka, "Gak ah,gak enak kali sama tunangan lo."

"Yaelah Sahla. Santai aja," ujar Bila yang melihat keraguan dimata Sahla.

"Gak lah gak en-"

"Ck lama. Anggep aja lo meluk cowo lo ya kan." tubuh Sahla menegang lagi,seperti ada listrik yang menyetrum tubuh nya saat Salman tiba-tiba memeluk nya.

SASAWhere stories live. Discover now