Dua Puluh Lima

1.1K 63 2
                                    

Aku harap kebahagiaan ku tidak datang seperti pelangi yang dapat hilang begitu saja

•••

Petikan terakhir sudah selesai Safda mainkan. Tepuk tangan dan riuh menggema masuk kedalam indra pendengaran nya. Tetapi semenjak di atas panggung hingga turun panggung saat ini tidak ada gadis bergaun hitam yang masuk ke dalam indra penglihatan nya. Kemana gadis itu? Kenapa membuat Safda gemas? Tadi gadis itu berjanji untuk melihat penampilan nya di atas panggung,tapi sekarang batang hidung nya saja tidak kelihatan.

Tiba-tiba pundak Safda ditepuk dari belakang dan terlihatlah Rain dengan wajah cemas yang beradu dengan wajah gemas Safda. "Lo liat Sahla gak sih?"tanya Rain to the point.

"Gua yang harus nya tanya sama lo. Lo liat Sahla ngak?"

"Dih kok kampret. Gua nanya duluan malah balik nanya"kesal Rain. Gadis itu kembali mengecek ponsel hitam nya dan tidak ada tanda tanda balasan pesan dari Sahla.

"Sahla kemana sih? Perasaan dari gua naik panggung sampe turun panggung dia gak ada"

"Tadi itu dia bilang mau ke toilet tapi gak balik balik sampe sekarang,gua jadi khawatir. Takut kenapa-kenapa doang. Nadin sama Adia udah nyari"Rain kembali mencoba menghubungi Sahla tetapi tidak ada jawaban dari sebrang sana.

"Nah kenapa lo gak nyari?"tanya Safda yang membuat Rain jadi gusar sendiri sekarang. Kebiasaan buruk nya saat gusar adalah menggigit gigit kuku nya seperti sekarang. "Coba deh lo telfon yo"

Safda mengeluarkan ponsel nya lalu mendial nomer Sahla yang ada di panggilan cepat nya.

Tut... Tut... Tut...
.
.
.
"Ah.."

"Diangkat?"wajah Rain berubah sumringah. "Coba tanya dimana,toilet bagian mana sih,kemana aja dari tadi,kenapa gua telfon gak diangkat-angkat?"tanya Rain bertubi tubi.

"Kata nya pulsa anda tidak cukup. Silahkan isi ulang"jawab Safda polos membuat wajah Rain berubah datar sedatar datar nya melebihi datar saat melihat Rian yang berpelukan dengan Alfiana dan melihat Luthfi yang mencium gadis lain.

"Ingin berkata anjing rasa nya"Rain menjambak mahkota Safda hasil mahakarya Jono dengan brutal tanpa bersalah. "Astagfirullah jambul gua Rain!!!"

"Gak guna lo kampret!"teriak Rain tepat di telinga Safda tanpa tahu malu,atau mungkin Rain yang lupa situasi sehingga sekarang ia dan Safda sudah menjadi bahan tontonan.

"Lepas jambul gua atau gua apa-apain lo Rain. Liatin aja"ancam Safda yang tidak membuat Rain ciut. Gadis itu malah semakin membabi buta. "Ni cewe belum pernah di grepe kayak nya ya"

"Anjir mesum banget lo!"

"Adaww...."kini perut Safda yang menjadi sasaran Rain. "Cari Sahla sono!"lagi lagi cubitan pedas Rain mendarat di perut Safda. Lalu Rain pergi begitu saja meninggalkan beberapa pasang mata yang menonton adegan kekerasan kecil tadi.

"Ingat cewe selalu benar cowo selalu tersakiti"bisik Rian tiba-tiba yang entah datang seperti jalangkung.


**SaSa**


Panggilan alam yang baru saja Safda setorkan tadi membuat perasaan nya yang sebelum nya campur aduk antara bimbang,khawatir ingin mencari Sahla atau terlebih dahulu memenuhi panggilan nya menjadi lega walau tidak begitu lega karena belum menemukan gadis nya.

SASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang