CHANCE - Chapter 38

Mulai dari awal
                                    

Diana mendesah, "Ah, masalah percintaan memang sangat sulit. Baiklah, semoga kau dan Leon masih berhubungan baik setelah ini. Bilang pada Andrew, jika dia berani menyakitimu, aku dan Matt tidak akan segan-segan menghajarnya." Jessi terkekeh pelan mendengar perhatian dari Diana.

Mereka berpelukan sangat lama. Jessi juga memberikan pelukan serta kecupan kecil pada Flora, "Kita akan bertemu lagi di New York! Jangan terlalu lama berlibur!" Seru Jessi dengan tawa kecil di akhir kalimatnya.

-

Andrew menakutkan jarinya lembut di sela-sela jari Jessi saat akan menuju bandara. Pesawat pribadinya sudah bersiap untuk pergi. Andrew sudah tau semuanya, bahkan dia juga menjelaskan pada Jessi jika ia sudah tau sangat lama kalau Leon mencintainya. Jessi begitu merasa bersalah, kenapa ia bisa dengan polos melukai hati Leon. Ia bercerita serta menangisi Andrew padanya. Ia yakin hati Leon sangat terluka mendengar semuanya. Semua keluh kesah tentang Andrew padanya.

Mereka memasuki pesawat yang tidak terlalu besar karena ini hanya sebagai pesawat yang digunakan oleh Andrew jika berpergian ke mana pun dalam konteks tiba-tiba.

"Kau baik-baik saja?"

Jessi mengangguk, "Hanya sedikit menyesal."

Andrew mencium kening Jessi lembut, "Ini bukan salahmu. Semua orang berhak bahagia, semua orang juga merasakan luka. Disini kau tidak bersalah, laki-laki itu saja yang bodoh tidak mau mengungkapkan perasaannya padamu agar dia lega." Walau sejujurnya Andrew tidak ingin Leon mengungkapkan perasaan nya pada Jessi. Itu bisa saja membuat Jessi luluh dan malah memilih melupakan Andrew dan menerima cinta Leon. Cinta timbul karena terbiasa, bukan?

"Apa aku terlihat jahat, Andrew?" Andrew menggeleng pelan sembari mengelus rambut Jessi, "Tidak, sayang. Jika kau merasa bersalah, bicaralah padanya nanti." Oke, Andrew mencoba untuk dewasa. Tidak ada lagi sifat ke egoisan nya. Ia mencoba mengerti Jessi agar ia dapat di mengerti oleh Jessi.

"Ku harap dia tidak akan marah padaku." Bisik Jessi.

Mereka sudah tiba di New York beberapa jam yang lalu. Jessi terlalu lelah untuk mencari keberadaan Leon, untuk saat ini ia harus beristirahat dulu, esok adalah hari yang pas untuk membicarakan hal ini agar Leon tidak salah paham.

***

Jessi serasa ingin menangis, berteriak, dan juga marah dalam satu waktu. Ia tidak mendapatkan Leon di mansion laki-laki itu. Ataupun di kantor. Bahkan dirinya mendatangi rumah Laura hanya untuk menanyakan apakah Leon datang kesini atau tidak.

"Dia kemarin memang kesini, ada apa?" Tanya Laura mengintimidasi. Jessi menggeleng pelan, "Kami hanya memiliki sedikit urusan, Laura. Apakah kau tau dimana dia sekarang? Karena aku tidak mendapatkannya di rumah ataupun kantornya." Jelas Jessi. Dibelakang sana, Andrew dengan sabar menunggu Jessi yang tengah berbincang pada Laura.

"Tidak. Aku tidak tau."

"Jessi!!" Seru Peter dari dalam. Jessi menangkap tubuh kecil itu yang berlari padanya. Mereka berpelukan, "Peter! Ah, kau semakin menggemaskan." Ucap Jessi sembari mengacak-acak rambut Peter yang sudah di potong. Tidak ada lagi si Peter berambut panjang.

"Aku lebih suka rambutmu yang panjang." Puji Jessi, "Mom, yang menyuruhku untuk memotong rambut. Padahal aku tidak mau, Jessi." Adu Peter. Laura menatap mereka berdua, "Rambutmu memang sudah harus di potong, Peter. Jangan membuat Mommy seakan jahat karena sudah memaksamu memotong rambutmu." Kesal Laura. Jessi tertawa melihat pertengkaran lucu antara Ibu dan anak ini.

"Baiklah, Laura. Aku harus pergi. Terimakasih atas waktumu." Ucap Jessi lembut dengan senyum manis nya, Laura membalas nya, "Ya, itu perbincangan yang tidak buruk."

"Sampai jumpa, Peter!" Seru Jessi sembari mencium pipi anak kecil itu yang makin menggembul, "Ah, apakah secepat ini, Jessi? Baiklah, sampai jumpa!" Balas Peter tidak rela.

Jessi berjalan masuk kedalam mobil Andrew, "Maaf membuatmu menunggu lama."

"Bukan apa-apa. Aku tau kau juga merindukan anak itu, siapa namanya?"

"Peter." Jawab Jessi semangat, "Ah, Peter. Jadi bagaimana? Apa Leon kemari?"

Jessi menggeleng pelan, "Tidak. Hari ini dia tidak datang kesini. Tapi kata Laura kemarin memang Leon kemari. Namun setelah itu Laura tidak tau kemana keberadaan Leon." Jelas Jessi. Andrew mengangguk pelan. Ia mengecup lembut bibir Jessi.

Seketika Jessi merasa mual saat mencium aroma gel rambut yang Andrew gunakan, "Kenapa? Apa aku bau?"

Jessi mengangguk, "Kau sangat membuatku mual!" Seru Jessi sembari menutup hidung nya, "Mual? Jangan-jangan.." Bisik Andrew.

Jessi seketika terdiam, "Aku hamil?" Andrew mengangguk dengan senyum lebar terpancar dari wajah pria itu. Ia akan kembali memiliki anak? Ah, ia tak akan menyia-nyiakan anaknya lagi.

To Be Continued.

-

Yeayy double update for this night. Beda beberapa menit aku langsung ketik lagi karena mumpung ideku lagi lancar kayak arus sungai😂

Semoga suka ya!

jangan lupa vote dan comment.

-

©Next ➡ Chapter 39©

CHANCE [END] #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang