CHANCE - Chapter 4

8.1K 339 8
                                    

Aku semakin panik saat menuju rumah sakit terdekat. Saat aku menelfon Laura dan memberitahunya kondisi Peter, ia marah besar dan beberapa kata cacian ia lontarkan padaku. Aku tau jelas ia sangat menyayangi Peter melebihi apapun itu, bahkan ia rela melakukan apapun demi anak semata wayangnya.

"Santailah sedikit, Jessi. Peter pasti baik-baik saja." Leon sedari tadi mencoba menenangkanku, namun itu sepertinya tidak berhasil. Peter sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Aku menatap wajah Peter yang sedikit pucat. Kasihan.

Tak lama kami akhirnya tiba di rumah sakit. Segera Leon membopong tubuh Peter dan membawa nya ke UGD untuk segera diperiksa oleh dokter.

Jantungku seakan terus berdetak tak henti-hentinya. Ini sungguh sangat tiba-tiba, "Bagaimana ini?" tanyaku yang lebih tepatnya untuk diriku sendiri. Leon merangkul bahuku, "Tenanglah. Peter anak yang kuat, dia pasti tidak apa-apa. Percayalah." ucapnya. Aku hanya mengangguk pasrah pada Tuhan.

Setelah kami menunggu lama akhirnya Laura datang dengan wajah begitu panik, "Dimana anakku?!" Teriaknya sambil mencengkram bahuku, "Dia ada didalam, Laura." ucapku tak berani menatap matanya yang sangat tajam menyala karena emosi. Aku mendengar deru nafas nya yang memburu ditelingaku, "Jika terjadi sesuatu pada Peter, aku akan memecatmu." ancamnya. See? Sudah ku bilang. Tamatlah riwayatku.

"Kau tidak bisa seperti itu, Laura. Jessi tidak melakukan apapun pada keponakanku."

"Tapi dia teledor, Leon. Kenapa kau membelanya?"

"Karena dia tidak salah makanya aku membela nya. Jangan seperti anak kecil, Laura. Dewasa lah sedikit."

"Terserah kau saja. Percuma berbicara padamu, itu hanya sia-sia saja."

Laura berjalan menuju pintu UGD sembari mengintip apakah Peter tidak apa-apa. Sesaat kemudian dokter keluar dengan wajah yang santai, "Bagaimana dok?" tanya Laura langsung. Dokter membuka kaca mata yang ia kenakan, "Apa kau ibunya?"

"Ya, aku ibunya. Ada apa?"

"Apa kau tidak tau tentang anakmu?"

"Apa maksudmu? Ada apa dengan Peter?!"

Aku sedikit cemas akan berita yang ingin dokter itu sampaikan, bahkan Leon sudah siap siaga merangkul bahuku jika aku tidak kuat menerima berita itu. Seharusnya Leon merangkul adiknya yang sudah di ujung kecemasan.

"Dia mengindap leukimia. Ini masih taraf awal, jadi tidak terlalu berbahaya."

Seketika bahuku mencolos, "Leukimia?" gumamku pelan. Leon mengelus-elus bahuku, "Tenanglah."

"Lakukan apapun demi Peter, dok!!" pinta Laura. Air mata Laura bahkan sudah tumpah sejak tadi, "Kami pasti akan melakukan sebisa kami demi kesehatannya."

"Kau harus." paksa Laura.

"Tentu, nyonya. Kalau begitu saya pamit dulu."

Beberapa saat setelah dokter itu pergi, akhirnya Peter dibawa ke sebuah kamar VVIP untuk menjalankan pengobatan disini. Aku ingat sekali jika Peter tidak suka berada dirumah sakit. Karena disini banyak orang sakit dan juga ada jarum suntik benda yang paling ia benci.

***

Aku memilih untuk tidak bekerja hari ini karena Laura harus meeting keluar kota untuk memenangkan tender besar yang sangat berpengaruh untuk perusahaan nya. Walau awalnya ia tidak ingin, namun Leon berhasil membujuk nya untuk segera menyelesakkan pekerjaan nya dan membiarkan aku untuk menjaga Peter disini. Aku pikir Laura tidak akan membiarkan ku untuk menjaga Peter disini, tapi aku salah. Ia masih menerimaku karena ia membutuhkan ku saat ini.

CHANCE [END] #Wattys2019Where stories live. Discover now