CHANCE - Chapter 26

4.4K 218 0
                                    

Malam ini aku hanya sendirian dirumah Leon. Rumah yang begitu besar yang telah aku huni sejak tiga hari yang lalu. Leon sedang keluar negeri karena ada hal penting yang harus ia urus. Kini aku kembali lagi kerumah Leon, apa memang aku sebaiknya tinggal disini? Ah, tidak, Jessi. Mau dikatakan apa kau nanti jika tetangga yang lain melihat seorang wanita tinggal dirumah Leon yang apalagi bukanlah dalam status sebagai istri. Ditambah kelak kedepannya pasti perut nya akan membesar, semua orang akan tau kalau ia sedang mengandung.

Kacau. Situasi ini membuat aku begitu banyak pikiran. Aku keluar dan berjalan menuju dapur untuk sekedar mengambil beberapa buah untuk ku makan.

Ting tong.

Aku melirik kearah pintu yang bel nya berbunyi, "Biar aku saja." ucapku pada sang pelayan rumah yang tengah sibuk memasak untuk membuat makan malam untukku.

Aku berjalan kedepan pintu. Dan ketika aku membuka nya, betapa kaget dan bingung nya aku saat Lisa berdiri dihadapanku dengan tatapan tak kalah terkejut dariku.

"Kau?! Apa yang kau lakukan dirumah Leon? Ah, aku tau. Kau mencoba menggodanya, iya kan?! Kenapa kau belum puas menggoda kakak ku, hm? Dasar mu-"

"Hentikan ucapanmu, Lisa. Aku tidak semurah itu!" Ya walau aku tau aku memang murahan, tapi itu dulu saat aku ada di dunia malam yang kejam.

Lisa berdecak sambil menatap ku jijik, "Kau yakin? Apa kau tidak terdengar munafik, Jessi?" Aku menahan emosiku agar tidak naik. Lisa berdelik menatap kedalam rumah untuk memastikan sesuatu, "Lebih baik kau panggil Leon untuk keluar sekarang. Katakan pa-"

"Leon tidak ada dirumah." potongku cepat. Alis Lisa seketika terpaut bingung, "Kau tidak bercanda denganku, iya kan? Jika dia tidak sedang ada dirumah. Untuk apa kau disini?"

"Aku, aku tinggal disini." jelasku terbata-bata. Sialan! Sepertinya aku salah mengambil langkah dalam berbicara. Tampaknya Lisa marah besar dan tidak menerima fakta bahwa aku memang tinggal disini.

"Kau sedang tidak bercanda, iya kan?! Katakan, Jessi! Katakan!!" teriaknya tepat di depan wajahku. Aku hanya membuang muka dan berdehem untuk menormalkan jantungku karena teriakannya yang begitu nyaring.

"Aku tidak bercanda, Lisa." tekanku.

Plak!

Argh! Sialan! Ini sakit. Lisa menamparku dengan begitu kuatnya. Apa dia begitu ringan tangan? Brengsek! Ingin rasanya aku membalas tamparan ini. Tapi jika aku membalasnya, berarti aku tidak beda dengan nya yang brengsek.

Kini Lisa menarik rambutku dengan kuat. Seketika aku meringis kesakitan saat kulit kepala ku seakan tertarik sangat kuat karena ulahnya, "Lisa, lepaskan!!" teriakku sembari mencoba menepis tangan sialan itu dari rambutku.

Beberapa penjaga rumah Leon menghampiri kami dan memisahkan aku dan Lisa, "Bawa dia pergi." pintaku sembari masih meringis perih.

Aku menatap benci pada Lisa. Entah kenapa aku seperti nya tidak bisa akur dengan perempuan itu. Ia selalu saja mencari masalah, apalagi disaat pertama kami jumpa.

"Dasar kau brengsek!! Jauhi Leon!! Leon hanya milikku, bitch!!"

Aku menarik nafas panjang dan menetralkan diriku kembali ke situasi normal. Lisa pergi dengan mobil miliknya keluar dari rumah Leon. Cukup sudah malam ini, aku harap keesokan harinya akan lebih indah. Kenapa Andrew dan Lisa bahkan seperti nya sama saja? Kekerasan tampaknya memang mendarah daging dikedua kakak-adik ini.

***

"Kau tau? Aku berhasil mengajak kerja sama klien yang aku datangi kemarin." ucap Leon senang. Aku tersenyum lebar padanya dan merasa bangga memiliki teman sepertinya. Leon adalah sosok yang bekerja keras dan bertanggungjawab. Dia juga sangat pengertian dan penyayang kepada siapapun.

CHANCE [END] #Wattys2019Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz