CHANCE - Chapter 2

9.4K 406 5
                                    

Kulihat kearah jam dinding yang sudah menunjukkan tengah hari. Kini Peter baru saja selesai belajar. Walau umurnya masih lima tahun, ia sudah diajarkan berhitung dan mengenal beberapa hewan dan juga tumbuhan.

"Apakah kau ingin bermain denganku?"

Aku melihatnya sedang menggambar sebuah rumah, "Um boleh. Kau sedang apa?"

"Menggambar. Apakah kau tidak melihatnya?"

Aku terdiam sejenak. Melihat dirinya yang sibuk mewarnai rumah yang sudah ia gambar, "Kau tau? Ini adalah rumah aku dan pasanganku kelak." Aku terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa anak seumurnya membahas pasangannya kelak. Aku tergelak heran sembari menggeleng, "Kau sudah ingin menikah?" Candaku. Dia menggeleng, "Memang kau sudah siap?"

"Eh?"

Peter tergelak pelan, "Wajahmu sangat lucu, Jessi." tawanya.

Aku mengerti apa maksudnya. Berarti dia ingin menikah denganku, iya kan? Sudah pernah ku bilang kalau Peter berpikiran dewasa tidak seperti anak-anak yang seumuran dengannya.

"Kau juga sangat menggemaskan, kau tau?" aku mencubit pipi tembem nya. Belakangan ini ia sangat banyak makan, sehingga berat badannya bertambah.

"Aku tau. Dan akan selalu menggemaskan." jawabnya percaya diri.

Aku menggeleng heran dengan anak ini. Aku terus menemaninya bermain hingga waktunya ia tidur siang.

***

Aku menghirup udara sebanyak-banyaknya saat aku tiba di apartemenku. Kesendirianku mulai kurasakan. Tak ada yang menemaniku disini. Aku memilih untuk segera mandi dan bersiap-siapa ke aktivitas malamku. Apalagi kalau bukan menjadi pekerja seks.

Aku membuka semua pakaianku, merendamkan tubuhku kedalam bath up. Rasa hangat air mengalir ketubuhku, seakan semua beban hidupku terhempas begitu saja.

Sudah hampir satu jam aku didalam bath up hingga airnya sudah tidak terasa hangat lagi. Aku segera bangun dan menyiapkan segala pakaianku untuk malam ini. Malam menyebalkan yang sangat-sangat aku benci.

Kira-kira malam ini mood ku akan membaik atau tidak? Semoga saja aku bisa mendapat pelanggan yang baik dan tidak pemaksa seperti kemarin malam.

Aku mengoleskan make up tipis diwajahku dengan lipstik merah darahku. Tampaknya mood ku sudah membaik ketimbang kemarin. Aku mencari dress yang sesuai dengan riasan wajahku. Kembali memilah dress mana yang akan aku kenakan, akhirnya aku memilih dress berwarna putih tulang. Dengan hils berwarna hitam.

Aku melihat kearah arloji ditanganku sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ini saat nya aku pergi menuju club sialan itu. Ah ya Tuhan kapan aku bisa pergi dari tempat itu?

Aku melangkah keluar dan tidak lupa mengunci apartemen milikku agar tidak dimaling orang. Tapi apa yang bisa di maling dari apartemen kecil yang aku tinggali? Bahkan alat-alat elektronik saja tidak ada. Sangat menyedihkan, bukan?

Turun dengan anak tangga yang begitu banyak membuat betis ku semakin besar jika terus seperti ini. Aku menepikan taxi dan segera menuju tempat kerjaku.

Aku tiba beberapa menit kemudian, disana sudah cukup ramai. Semua teman kerjaku sudah bersiap-siap untuk menawarkan dirinya kepada para pria hidung belang yang ada dibawah sana. Aku menambahkan riasan wajahku lebih cetar kembali dibanding sebelumnya.

CHANCE [END] #Wattys2019Where stories live. Discover now