CHANCE - Chapter 36

Mulai dari awal
                                    

Mendengar nya yang hanya memanggilku dengan sebutan formal, membuat aku sadar jika kebencian Jessi memang sudah sangat dalam padaku.

Aku tertunduk, aku tau aku seorang yang jahat. Aku tau aku seperti tidak memiliki rasa kasihan saat meminta hal itu pada Jessi. Aku mengerti! Aku paham akan semuanya! Aku tidak mempungkiri jika semua perkataan Jessi adalah benar!

Aku memaksakan kaki ku untuk mendekat padanya. Memeluk nya, mencium nya serta membawanya kembali ke NY adalah keinginan terbesarku saat ini.

"Sudah ku bilang, berhenti!!!" Teriaknya sembari melangkah mundur hingga dia berada di pinggiran kapal. Aku terhenti sejenak, "Jessi.. dengarkan penjelasanku."

"Tidak! Aku tidak butuh penjelasanmu. Ingat, Mr. Styles, aku sudah-sangat-membencimu!" Ucap Jessi sembari mendikte tiga kata itu dengan penekanan yang dalam.

Aku tetap egois melangkah maju, semakin aku maju, Jessi semakin memilih mundur. Bahkan ia tak segan-segan menaikkan sebelah kakinya ke pinggiran kapal itu.

Mataku sontak terbelalak, "Jessi! Jangan pernah lakukan hal itu!" Tegasku.

"Mundur!" Ucapnya.

Aku tak ingin mundur, "Tidak."

"Terserah apa katamu. Aku akan terjun dari atas ini!"

"Jessi!"

Jessica's POV

"Jessi!"

Byurr..

Tubuhku akhirnya terhempas ke laut. Aku mencoba untuk bisa menarik nafas walau sejujurnya aku tidak bisa sama sekali!

Aku mendengar suara Andrew yang meneriaki namaku, tapi mataku tak dapat terbuka karena air asin ini membuat mataku pedih.

Aku kehilangan tenaga dan akhirnya aku pasrah. Aku semakin tak merasakan udara menerpa tanganku. Malah hangat nya air yang membasuh seluruh tubuhku yang tanda nya aku sudah seutuhnya tenggelam.

***

Aku mencoba membuka kedua kelopak mataku. Berat rasanya, namun harus aku paksakan. Aku melihat sebuah kamar bercatkan putih. Aroma laut sontak tercium di indra penciumanku.

"Kau sudah sadar?" Aku mengalihkan pandanganku pada asal suara itu, "Menurutmu?" Tanyaku sarkastik.

Aku mencoba menegapkan tubuh ku, "Hati-hati.." Ingat Andrew dan mencoba membantuku untuk duduk, namun aku tepis dengan cepat.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri," Protes ku.

Andrew menghela nafasnya gusar. Aku yakin dia tengah menahan emosi nya pada ku. Karena jika seorang Andrew tanpa sebuah emosi, maka itu bukan dirinya.

"Aku ingin pulang," Pintaku tegas, "Tidak. Kita masih akan di atas kapal ini karena kapal yang kita gunakan mesin nya rusak. Dan tidak ada yang bisa menolong kita disini."

Mataku seakan ingin keluar saat mendengar ucapan yang keluar dari Andrew. Hal sial apalagi ini?!

"Kau tidak sedang bercandakan, Mr. Styles?" Andrew hanya menatapku diam.

"Andrew. Aku tidak suka kau menyebut namaku secara formal."

"Terserahku."

"Kau keras kepala, Jessi."

Aku memutar bola mataku malas meladeni ucapannya. Sial!! Aku segera berlari keluar dan mencari sang pengemudi kapal ini. Tidak ada. Sialan. Apa yang sudah Andrew rencanakan?!

"Kau brengsek! Dimana pengemudi itu?"

"Dia sudah kembali sejam yang lalu. Aku tidak butuh pengemudi itu, karena aku bisa membawa kapal ini. Kapal persiar pun bisa aku kendarai untukmu, sayang." Aku menatapnya tajam, "Argh!!" Geramku. Aku duduk di kursi untuk berjemur badan.

"Apa mau mu sekarang? Kenapa kau seperti ini, huh?"

Andrew mendekati ku dan duduk di sebelah ku, kali ini aku tidak mencoba untuk menolaknya. Karena aku sudah begitu lelah. Bangun dari pingsan ku tentu masih belum banyak mengumpulkan tenaga.

"Aku hanya ingin kau kembali padaku, Jessi. Hanya itu."

"Aku tidak bisa."

Andrew menatapku heran, "Kenapa?"

"Karena aku tak ingin kembali terluka atas apa yang akan kau lakukan kedepannya padaku." Jawabku. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangaku. Aku menangis. Menangis karena sudah terlalu lelah dengan semua ini.

Percuma saja, sejauh apapun aku menghindari pria ini, ia akan semakin gencar untuk mendekatiku. Aku pasrah. Tapi aku tak siap.

Aku merasakan Andrew menarik tubuhku kedalam dekapannya. Dekapan hangat yang selama ini aku rindukan. Sungguh aku sangat merindukan pria brengsek ini.

"Aku minta maaf padamu. Pada anakku juga. Aku sangat menyesal karena sikap keegoisanku dulu. Maaf juga aku tidak jujur padamu jika dulu aku masih mencintai mantan istriku. Aku, aku begitu buta karena masih mengharapkan cinta nya, yang padahal aku tau sendiri sampai kapanpun tidak akan pernah ku dapatkan. Aku sudah menyia-nyiakan perempuan seperti mu. Aku hanya menginginkanmu sebagai pemuasku, tanpa memintamu untuk hidup bersamaku."

Dia terdiam sejenak, "Maaf, sayang. Aku ingin memperbaiki semuanya dari awal. Aku ingin kau kembali padaku setelah sekian lama aku menahan rindu sialan ini yang terus memintaku untuk datang menghampirimu."

Aku masih terdiam tak ingin berkata apapun. Semua kalimat itu seakan membuat aku terdiam kaku. Lalu, jika dia merindukanku, kenapa dia baru menemukanku setelah 3 tahun lamanya?

"Lantas kenapa baru sekarang kau menemuiku?" Tanyaku akhirnya. Dia mengeratkan pelukannya padaku walau aku tak membalas pelukannya sama sekali.

"Karena aku masih memiliki banyak urusan pekerjaan, sayang. Aku harus menyakinkan diriku dan memantapkan niatku untuk membawamu kembali padaku. Aku tak ingin kau kembali pergi meninggalkan aku. Mengerti? Lagipula si sialan itu membawamu ke beberapa negara sehingga membuat aku cukup sulit menemukan mu."

Aku mengangguk pelan, "Tapi kepercayaan ku belum seutuhnya untukmu. Aku butuh waktu. Dan aku ingin melihat kesungguhan mu terlebih dahulu."

"Apa kesungguhanku belum tampak olehmu?" Tanyanya kesal. Aku terkekeh pelan, oh oke, tampaknya aku sudah terbuai kembali oleh si brengsek ini. Sepertinya, aku sudah memilih untuk memberikan kesempatan padanya walau belum 100%, tapi ya.. Itu sudah membuatku menjilat kembali perkataan ku dulu yang tak ingin kembali kedekapan pria ini.

"Itu masih kurang, Mr. Styles. Aku ingin kau lebih membuatku percaya akan perubahanmu dan aku ingin kau meyakinkanku untuk tidak menyesal karena menerimamu kembali."

Dia tersenyum nakal padaku, "Baiklah, aku terima tantanganmu, sayang." Bisiknya lalu ia mencium bibirku. Ah, bibir itu! Bibirnya seperti candu bagiku. Sudah lama aku tidak menikmati manisnya bibir Andrew. Sialan. Belum apa-apa aku sudah merasa basah dibawah sana. Ciuman Andrew begitu liar di dalam rongga mulutku.

To Be Continued.

-

Jangan lupa untuk vote dan comment ya.

-

©Next ➡ Chapter 37©

CHANCE [END] #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang