CHANCE - Chapter 31

Start from the beginning
                                    

Jantung Andrew sekarang benar-benar seperti berhenti dan ia merasa tidak ada oksigen yang dapat ia hirup saat mendengar hal bodoh itu dari mulut dokter Maze.

"Keguguran? Jangan bercanda, dok!"

"Aku tidak bercanda, Tuan. Kondisi istrimu tampaknya sangat buruk belakangan ini. Ia seperti tertekan ditambah lagi tubuhnya yang begitu lemah karena kehujanan membuat janin di dalam kandungannya lemah."

'Shit! Jessi keguguran?' Tanya Andrew dalam hati.

Bukankah ia seharusnya bahagia saat mendengar berita ini? Bayi didalam kandungan Jessi keguguran dan itu keinginannya sejak dulu!

Pembicaraan Andrew dan dokter Maze usai sudah. Janin didalam kandungan Jessi sudah dikeluarkan dengan cara operasi. Andrew berjalan dengan tidak percaya di lubuk hatinya, "Hei, apa kata dokter?" tanya James saat Andrew tiba di hadapannya.

"Andrew! Kenapa Jessi dibawa ke ruang operasi? Katakan!" Geram James. Ia perduli dengan teman nya ini. Ia tau jelas jika Andrew mencintai Jessi dan bukan Elena, dan saat tau temannya akan memiliki anak, ia ikut senang.

"Dia keguguran."

"Dia.. Dia keguguran, James!"

Mata James membelalak tak percaya, "Kau tidak berkata benar kan? Ya Tuhan. Lihat? Tuhan akhirnya mengabulkan permintaan mu selama ini, Andrew. Kau menginginkan bayi itu untuk mati! Dan lihat apa yang kau dapatkan sekarang? Aku yakin Jessi akan lebih frustasi ketimbang saat dirimu memintanya untuk mengugurkan bayi itu. Semua nya sudah terwujud. Ku harap, kau tidak menyesal akan ucapanmu tempo dulu." James seakan putus asa. Ia tak berharap jika semuanya akan terjadi, namun ternyata Tuhan mewujudkan semuanya.

Andrew terduduk dan mengusap wajahnya gusar. Pandangannya kosong tak menentu, ia bingung harus bagaimana sekarang. Entah sepertinya hatinya sudah terketuk oleh bayi itu dan juga Jessi. Perempuan yang baru beberapa bulan ia kenal sudah berhasil membuka lembaran baru di hatinya. Menggantikan sosok Elena yang telah lama meninggalkan dirinya dan mengkhianati nya.

***

Jessica's POV

Aroma obat-obatan sangat kuat di penciumanku. Membuat kepalaku seakan sangat pusing mencium aroma itu. Bahkan membuka mata saja aku kesusahan, perlahan namun pasti aku membuka kelopak mataku walau rasanya enggan untuk terbuka.

Cahaya lampu yang menyilaukan, cat dinding berwarna putih, dan suara detak jantung dari sebuah alat, sudah ku pastikan aku berada di rumah sakit. Namun kenapa?

Mengingat kejadian yang terakhir aku alami adalah aku di sebuah cafe bersama Elena, lalu.. shit.

Kejadian yang tak akan aku lupakan, saat mengetahui Elena, temanku sendiri adalah mantan kekasih dari anakku. Anak yang ku kandung saat ini. Aku mengelus perut ku yang sedikit membuncit, namun aneh nya perut ku sedikit sakit saat aku sentuh. Ada bekas jahitan di bawah pusar, dan itu berhasil membuat aku bertanya-tanya. Apakah aku baru saja melakukan operasi?

Pintu kamar terbuka perlahan, disana muncul lah Andrew dan James di belakangnya. Menatapku dengan tatapan aneh mereka, "Andrew?" suaraku seakan tercekat sesuatu sehingga terdengar serak.

"Kenapa aku bisa berada disini?"

"Kau kemarin pingsan di tepi jalan saat hujan deras, dan seseorang saat itu memberhentikan mobilku untuk membawamu kerumah sakit." Jelas Andrew, laki-laki itu duduk di sebelah kanan ku dan menatapku was-was.

"Kau.. kau adalah mantan suami dari Elena. Elena Gibson, iya kan?" Ucapku akhirnya. Sejak awal ia masuk, itu adalah kalimat yang ingin sekali aku tanyakan, namun tertahan oleh pertanyaan yang jauh lebih penting tentang mengapa aku disini.

Sontak mata Andrew dan James terbelalak kaget, James memandang Andrew sebentar lalu menatapku kembali dengan kerutan di dahi nya, "Bagaimana kau bisa tau?" tanya James penasaran. Aku menelan salivaku dengan susah payah, "Kau tak perlu tau dari mana aku mengetahui hal itu. Jawab pertanyaanku." paksaku lebih kepada Andrew.

Andrew menarik nafasnya dengan panjang lalu dengan sekali hentakan ia buang, "Ya, dia mantan istriku. Jawab aku, dari mana kau tau hal itu?"

"Dari dia, dan.. Lisa."

"Kau berteman dengan Elena?"

"Ya, karena dia adalah teman semasa kecilku." Jawabku sembari menitikkan air mata yang tak dapat aku tahan lebih lama.


To Be Continued.

-

Selamat berpuasa semuanya, hari ke dua semoga berkah ya dan engga bolong. Jangan sampe ada yg budi hehe🙏


Instagram : @fitrisrhstti

Jangan lupa Vote ya!

©Next ➡ Chapter 32©

CHANCE [END] #Wattys2019Where stories live. Discover now