CHANCE - Chapter 30

Start from the beginning
                                    

"Tidak apa-apa."

Elena menatap Jessi dan Lisa, mereka seperti tengah memancarkan kebencian antara satu sama lain. Ketika topik pembahasan dimulai, Elena tau ekspresi Jessi berubah.

"Aku harus pulang sekarang, permisi."

"Apa kau tidak ingin tau arah pembicaraan kami, Nona Jessi?" Ada penekanan di kalimat terakhir. Lisa sengaja mencegah jalang ini untuk pulang, ia masih ingin melihat Jessi hancur jika tau kakak laki-laki nya itu masih mencintai mantan istrinya. Dan ketika ia tau Elena adalah perempuan yang dimaksud, maka Jessi tidak dapat melupakan hari ini.

"Kau kenapa cepat sekali ingin pulang?" tanya Elena bingung, "Tentu saja dirinya tidak mau mendengar obrolan kita, Elena."

Jessi meletakkan kembali bokongnya di sofa dan melipat kedua tangannya di depan dada. Semenjak ia hamil, emosinya tidak dapat ia kontrol. Bisa saja tiba-tiba ia meledak-ledak, dan Leon lebih sering menjadi bahan pelampiasan nya jika suasana hatinya sedang buruk.

"Apa kau merindukan Andrew, Elena? Pintu rumahku terbuka lebar untuk kehadiranmu."

"Tidak, Lisa. Andrew sangat membenciku sejak aku memilih laki-laki lain dan menceraikannya." Ucap Elena piluh. Sejujurnya ada rasa menyesal yang begitu mendalam. Ia tau jelas jika Andrew masih mencintainya, dan itu sangat menyentuh hatinya, tentu saja.

Jessi seakan kehilangan oksigen. Ia tidak dapat bertahan lebih lama lagi disini, dihadapan Lisa dan juga teman semasa kecilnya, Elena, yang notabene adalah mantan istri dari laki-laki yang juga adalah Ayah dari anak di dalam kandungannya.

Jessi pergi meninggalkan mereka tanpa sebab. Air matanya bahkan tak dapat ia tampung lebih lama jika ia terlalu lama duduk di tempat sialan itu dan mendengar semua ocehan sialan dari mulut Lisa. Ini bukan kesalahan Elena, seharusnya ia membenci Lisa dalam hal ini. Tapi entah kenapa, ia ikut kesal pada Elena setelah mendapatkan fakta bahwa Andrew adalah mantan suami nya.

Ia mengubungkan semua kejadian janggal nya selama ini. Leon? Pantas saja Elena mengenal Leon. Leon adalah mantan kekasih dari Lisa, dan Lisa adalah adik dari Andrew. Betapa bodohnya ia selama ini tidak dapat mencerna semuanya. Kenapa Leon menyembunyikan hal ini padanya? Argh, kenapa semua orang seakan mengkhianati dirinya. Menutupi semua fakta darinya.

Elena yang sedari tadi meneriaki namanya tak kunjung ia gubris. Mendapatkan fakta itu cukup menyayat hati kecilnya. Tidak seberapa dibandingkan saat Andrew dengan tegas meminta dirinya untuk mengugurkan bayi nya ini. Itu sangat sakit, seakan tidak ada seorangpun yang ingin ia bahagia.

Ia terus menyusuri deras nya air yang jatuh dari atas langit kelabu. Semua orang menatap Jessi aneh karena hujan-hujanan tanpa sebuah payung dengan teriakan-teriakan kekesalan dari mulutnya. Ia benci semuanya. Semua orang disekitarnya seakan dibalik topeng.

"Aku benci mereka semua.." Desah nya saat ia terduduk di tepi jalan dengan air mata yang sejak tadi sudah meluncur indah di pipinya, namun tersembunyi oleh aliran hujan yang jatuh.

"Kenapa mereka begitu jahat?"

"Kenapa, Tuhan?!!"

Dan setelah itu ia merasakan kepalanya pusing bahkan perut nya sangat terasa sakit sekali. Jessi mencengkram perut nya yang begitu menusuk dinding rahim nya itu.

"Argh!! Sakit.."

Ia merasakan kelaminnya seakan mengeluarkan cairan kental. Ia yang saat kini mengenakan dress panjang berwarna kuning, dibawah sana sudah berganti warna. Kuning nya benang pada dress yang ia kenakan, berganti menjadi gelap karena darah yang mengalir.

Jessi terkejut setengah mati. Ia tak ingin bayi nya kenapa-kenapa jika sudah begini, dengan cepat ia berdiri dan meminta bantuan pada siapapun. Orang-orang disekelilingnya merasa panik dan iba melihat kondisi Jessi, ada yang dengan cepat membopong Jessi ke tempat yang teduh, ada juga yang mencoba untuk memberikan semangat pada Jessi, dan ada juga yang memberhentikan sembarang mobil agar segera membawa perempuan ini ke rumah sakit.

Jessi tak dapat lagi menahan agar dirinya tetap sadar, seorang wanita paruh baya mencoba untuk terus menyadarkan Jessi agar tidak pingsan, namun seperti nya Tuhan berkata lain. Jessi pingsan di bekapan wanita paruh baya itu.

Suami wanita itu memberhentikan mobil mewah yang lewat di jalan dekat dengan posisi mereka.

Awalnya pemilik mobil itu kesal setengah mati, namun saat mendengar ada seorang perempuan yang tengah sekarat, itu membuat hatinya tersentuh. Dengan cepat ia keluar dari mobilnya dan merelakan jas mahal nya itu terkena air hujan yang turun dengan deras.

Ia melihat kerumunan itu, dan betapa lebih terkejutnya ia saat tau jika perempuan itu adalah Jessi. Kondisi yang sangat begitu mengiris hatinya. Darah yang banyak mengalir dari bawah selangkangan nya membuat jantung nya seakan copot dalam sepersekian detik.

"Tuan! Apa yang kau pandangi, cepat bantu wanita ini!" teriak wanita paruh baya itu dengan kesal.

Andrew Styles, kini merasakan perasaan yang membuat ia bingung. Iba? Yakinkah ia hanya iba saat ini? Atau kah ada hal lain di benak nya pada perempuan itu? Kenapa dirinya saat melihat kondisi Jessi seperti ini seakan membuat dirinya kehilangan oksigen untuk di hirup?

Dengan cepat Andrw membopong tubuh Jessi yang begitu dingin dan juga wajahnya yang sangat pucat. Darah yang menempel di jas miliknya tidak ia hiraukan.

'Jessi.. Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa sampai seperti ini?' Batin Andrew.

To Be Continued.

-

Hayoo tebak anak Jessi selamat atau tidak? Tebak yokk tebak sebelum ke next part nya😂

Untuk yg beragama islam, selamat berbuka puasa yaa🤗 selamat menunaikan ibadah puasa. Minal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir batin dari aku jika ada salah-salah sama kalian *salah update lama mungkin* wkwk, but aku minta maaf, dan sekali lagi selamat menyambut bulan suci ramadhan ya, semoga puasa nya berkah tahun ini ga ada yg bolong *kecuali wanita pms* hehe🙏😇

Jangan lupa vote ya❤

-

©Next ➡ Chapter 31©

CHANCE [END] #Wattys2019Where stories live. Discover now