CHANCE - Chapter 26

Start from the beginning
                                    

"Aku turut bahagia mendengarnya, Leon." ucapku sembari memberikan senyum kecil padanya. Leon membalas senyumanku, ia kembali menyuapkan sepotong roti kedalam mulutnya, "Hari ini kau ada acara?" tanya Leon dan aku mengangguk, "Aku harus bertemu dengan Elena. Sepertinya aku akan menerima pekerjaan itu, Leon. Aku tidak bisa berdiam diri dirumah, apalagi ini rumahmu. Aku tidak bisa. Setidaknya aku akan membayar sewa atas ru-"

"Tidak. Tidak ada sewa menyewa. Aku yang mengajakmu untuk tinggal disini, dan aku tidak mau menerima uang apapun darimu, mengerti?" bibirku seketika manyun, "Ini tidak adil, Leon. Aku harus, agar Lisa tidak salah paham lagi." Leon terdiam.

"Lisa? Apa dia tau kau tinggal disini?" tanya nya tak percaya, aku mengangguk, "Dia kemarin datang kemari, dan ternyata aku yang saat itu membukakan pintu untuknya. Dia marah besar Leon, disaat dia tau aku tinggal bersamamu." Jelasku.

"Sepertinya dia memang sangat mencintaimu, kenapa kau meninggalkannya?"

Leon menggeleng pelan, "Karena kami tidak berjodoh, Jessi. Itu mudah sekali." Aku menatap Leon tajam, "Alasanmu sangat klasik, Leon." ejekku.

"Apa dia melakukan sesuatu padamu?"

"Tidak. Dia hanya memarahiku saja, lalu pergi." bohongku. Aku tidak mau lagi bermasalah dengan Lisa. Apalagi jika Leon tau Lisa menampar serta menjambak rambutku waktu itu.

"Baguslah jika dia tidak berlaku kasar padamu. Karena jika itu terjadi, aku akan turun tangan padanya."

See? Seperti yang aku katakan.

"Sudah lah, aku harus bersiap-siap untuk bertemu dengan Elena." aku berdiri dari kursi dan meninggalkan Leon sendirian dengan sepotong roti bakar miliknya.

-

"Telfon aku jika kau sudah selesai. Aku akan menjemputmu, dan kita akan langsung menonton." ucap Leon ketika kami sudah tiba disebuah bar mini, "Menonton? Kau tidak berkata itu tadi."

"Tiba-tiba saja aku ingin menonton denganmu. Ya sudah, buruan. Nanti telfon aku, ingat?"

"Hm, hm."

"Leon?" panggil seseorang.

Aku memalingkan wajahku ke wanita yang berdiri hanya sejengkal di sebelah kananku, yaitu Elena, "Hai!! Kau mengenal Leon?" tanyaku. Elena mengangguk antusias. Aku melirik ekspresi Leon yang membuatku bingung. Wajah nya seperti bingung dan hanya diam saja.

"Leon, kau tidak membalas sapaan Elena?" ucapku.

"Oh, hai Elena. Lama tidak berjumpa, iya kan?" tambah nya dengan kekehan kecil.

"Iya sudah lama sekali tidak berjumpa denganmu semenjak aku bercerai." ucap Elena. Oh, apakah mereka sudah berteman sejak lama? Aku harus bertanya pada Leon nanti.

"Um, Jessi aku harus pergi sekarang. Jangan lupa kau telfon aku nanti, ok?"

"Iya, Leon. Kau begitu cerewet." ejekku. Leon berpamitan padaku dan Elena lalu bergegas pergi dari sini. Aku mengajak Elena untuk segera masuk ke bar.

"Kau sejak kapan mengenal Leon?" tanya Elena langsung ketika kami selesai memesan sebuah minuman. Aku berfikir sejenak, "Um, cukup lama. Kau sendiri?"

"Aku mengenalnya dari adik mantan suamiku."

Adik mantan suaminya? Ah, ini sepertinya tentang masa lalu Elena, "Oh ya? Apa kau masih berhubungan dengan mantan suamimu itu?" Elena menggeleng pelan, "Tidak. Bahkan menurutku dia sangat membenciku sekarang."

Oke, ini semakin membuatku bingung. Sepertinya masa lalu Elena tidak begitu menyenangkan, namun tidak seburuk ku, tentu saja.

"Membencimu? Karena apa?"

Aku menatap Elena yang hanya diam saja, "Um, tidak apa jika kau tidak ingin bercerita, Elena."

"Tidak, aku tidak apa. Um, kami bercerai karena aku lebih mencintai laki-laki lain dibanding dirinya. Karena itu, dia menceraikan aku. Mungkin itu memang keputusan yang baik, dari pada dia terus merasakan luka, karena pernikahan kami hanya dia lah yang berjuang. Kami bisa menikah karena sebuah perjodohan antara kedua orang tua kami. Dan dia mencintaiku, namun aku tidak bisa mencintainya, walau aku sudah berusaha, Jessi." setitik air mata jatuh dari pelupuk mata Elena.

To Be Continued.

-

Yihiiiiiii jangan lupa vote lohh😘

-

©Next ➡ Chapter 27©

CHANCE [END] #Wattys2019Where stories live. Discover now