CHANCE - Chapter 11

Start from the beginning
                                    

"Ada apa?"

Andrew berjalan dan menarik Lisa kehadapanku, "Minta maaf dengannya. Sekarang." dingin sekali nada bicara Andrew pada Lisa. Lisa tersenyum miring mendengar perintah Andrew yang gak ada apa-apanya untuknya.

"Meminta maaf? Padanya? Yang benar saja, Andrew. Apa kau gila jika aku harus meminta maaf pada seorang jalang?"

"Hentikan ucapanmu, Lisa. Jangan sampai tanganku yang membuatmu diam."

Lisa menatap Andrew tajam. Ia sepertinya tidak suka jika Andrew sudah bermain tangan dengannya, "Baiklah. Aku minta maaf. Puas?!" ketika ia selesai berbicara itu, ia pun pergi kembali ke kamarnya dan segera istirahat.

"Sudah lah, Andrew. Lupakan saja kejadian malam ini, aku lelah."

"Kalau begitu, kau tidur denganku malam ini."

"Ap-"

"Tidak ada penolakan."

Kemudian Andrew berjalan lebih dahulu diikuti oleh diriku yang masih terdiam disini. Sebetulnya aku bimbang apakah harus tidur dengan pria ini atau tidak setelah ia disebut sebagai jalangnya Andrew. Dan nanti apalagi?

***

Peter sudah menjalani operasi dan sekarang ia dalam masa pemulihan. Sudah sangat lama ia berada di rumah sakit. Tubuhnya bahkan tidak seperti dulu akibat operasi yang ia jalani. Pengobatannya sangat membuat bocah lima tahun itu sedikit kurus walau nafsu makannya tidak berkurang sama sekali.

"Aku sembuh, Jessi."

"Iya, Peter. Kau sembuh!" ucapku girang. Sungguh bahagia melihat Peter kembali riang seperti ini. Begitu pula dengan Laura, aku kasihan padanya yang selalu sedih tiap malam melihat tubuh Peter yang semakin kurus walau tidak total.

"Kapan aku bisa pulang? Aku rindu bermain denganmu." ucapnya.

Aku tersenyum kecil dan mencubit pipi yang dulu nya berisi, sekarang sedikit kurus dengan tulang pipi yang kelihatan.

"Kau masih harus disini untuk masa pemulihan, Peter." Jelasku.

Dan akhirnya Peter harus tidur siang sekarang. Aku memilih untuk keluar sebentar sekedar mencari angin. Terlalu lama diruangan Peter membuat aku sedikit pusing mencium aroma obat-obatan.

Aku melihat segerombolan anak kecil tengah tertawa di tepi air pancuran rumah sakit. Rumah sakit ini memang rumah sakit untuk anak-anak. Jadi tidak heran jika banyak sekali anak-anak disini, apalagi di arena taman.

Aku menghampiri mereka semua dan ketika aku tiba, mereka menatap ku heran, "Kau siapa?" tanya salah satu anak laki-laki yang jika ku tebak umur nya sekitar delapan tahun. Kepala nya botak dan ia sangat kurus.

"Hai, aku Jessi. Siapa namamu?"

Aku mengulurkan tangan sekedar memperkenalkan diriku pada nya. Ia tak kunjung menyambut uluran tanganku, lalu tiba-tiba saja seseorang menyalami tanganku, "Aku Leon Hale."

Aku menatap Leon sinis. Kenapa dia selalu menggangguku? Hidupku tidak lepas dari dua pria ini. Leon dan Andrew. Tampaknya jadwal hidupku ada dua: pertama di pagi hingga sore aku bersama Leon, dan malam hingga menjelang pagi aku bersama Andrew. Apakah aku tidak memiliki kehidupan yang lain selain mereka? Ini sungguh membosankan.

"Apa kalian suka es krim?" tanya Leon pada mereka semua dan sontak dibalas dengan terikan, "Ya!!"

Aku tertawa kecil mendengar antusias mereka semua. Di kala penyakit menyerang tubuh mereka, anak-anak kecil ini masih bisa tertawa riang seperti tidak ada sakit yang mereka rasakan.

Leon pergi sebentar untuk membelikan beberapa es krim, aku menatap mereka semua dengan iba. Sungguh aku iba pada mereka semua. Mungkin jika aku berada di posisi mereka, aku tidak akan setegar apa yang aku lihat sekarang.

"Nama mu siapa?" aku dari tadi memperhatikan seorang gadis kecil yang berambut ikal pirang bermata biru. Sungguh cantik!

"Aku Mariane. Nama panggilan ku Ane."

"Baiklah Ane, berapa umurmu?" tanyaku lagi.

"Enam tahun." jawabnya menggemaskan. Ingin rasanya aku bungkus dia lalu ku bawa pulang.

Leon's POV

Aku tersenyum melihat anak-anak ini, "Siapa yang mau es krim?!!" Teriaku antusias.

"Aku!"

"Aku mau!"

"Mr, aku mau!"

"Ah, punyaku mana?!"

Tukang es krim nya sibuk membuatkan es krim yang diminta anak-anak ini. Aku ikut bahagia jika mereka suka dan tidak bersedih.

"Leon, kau membawa tukang es krim kemari? Kau gila! Hahahaha." Jessica tertawa keras melihat aku membawa tukang es krim nya kemari. Aku tersenyum melihat Jessi tertawa lepas seperti ini.

Aku bahagia melihat Jessi tertawa lepas karenaku, "Apa kau mau?"

"Boleh." Ia masih sibuk menahan tawa nya agar tidak pecah lagi. Aku membuatkan es krim untuk Jessi. Es krim strawberry kesukaan Jessi.

"Ini.." aku menyodorkan satu cup es krim padanya, "Terimakasih, Leon."

"Kenapa kau seperti bocah, hm? Makan es krim saja harus berserakan seperti ini." Aku mengusap ujung bibir nya yang membekas es krim disana. Jessi diam membeku melihat sikapku padanya.

Aku sudah harus mencari hambatan hati. Untuk saat ini dan masa depanku. Umurku akan beranjak kepala tiga. Aku tidak mau lagi sendirian, aku ingin menikah tentu saja! Apalagi yang ingin aku kejar? Karir ku sudah memuncak, aku memiliki beberapa perusahaan dan juga saham dimana-mana. Aku hanya butuh hambatan hati. Pemikat hati. Yang bisa menjagaku, menjaga hatinya untukku, menjadikan aku sebagai raja satu-satunya dihidupnya, dan aku ingin Jessi menjadi pemaisuri ku.

To Be Continued.

-

Yihiiii, pada di tim siapa nih? Andrew apa Leon? Hehehe😂 aku di tim Peter aja deh😄

Jangan lupa vote dan comment guys😘

-

©Next ➡ Chapter 12©

CHANCE [END] #Wattys2019Where stories live. Discover now