24 ● Painkiller

Mulai dari awal
                                    

"Maafkan saya, Tuan."

Ia terkikik. "Kau tidak bersalah, kenapa harus minta maaf?" Ia meraih daguku dengan tangan kanannya dan mendogakkan wajahku agar menatapnya. Jarak kami hanya terpaut beberapa centi, hingga aku tak berani bergerak sedikit pun. "Kenapa kau tidak mau menatapku ketika berbicara? Aku lebih suka kita mengobrol dengan saling memandang."

Mulutku tiba-tiba terasa kaku, pandangan yang dilemparkan Mingyu seolah berusaha menggoda dan memainkan sisi kewanitaanku. Ayolah, perempuan mana yang tak terpesona jika lelaki tampan melakukan hal seperti ini?

"Saya rasa... saya rasa itu tidak sopan..." jawabku sekenanya.

Lagi-lagi Mingyu terkikik geli, ia melepaskan tangannya dari daguku dan bertanya, "Berapa usiamu?"

"26 tahun, Tuan."

Ia mengangguk-anggukkan kepala. "Aku lebih muda tiga tahun darimu. Kurasa kau tidak perlu memanggilku Tuan, lagipula aku tidak membayarmu. Panggil saja aku Mingyu dan aku akan memanggilmu noona. Bagaimana, Sofia noona? Ah tidak, aku lebih suka Hailey noona."

Aku mulai berpikir apakah semua pria di lingkungan Suho memang pintar berkata manis? Lihatlah Mingyu, dia bahkan berhasil membuatku tersipu dengan jurus adult-innocent-nya.

Suaraku memelan, "Apakah tidak masalah memanggil dengan seperti itu?" tanyaku polos.

Mingyu tersenyum lebar. "Tentu saja, lagipula siapa yang bisa melarangku? Jadi mulai sekarang aku akan memanggilmu seperti itu. Noona juga harus melakukannya, oke?"

Yang harus kulakukan hanya menuruti kata-kata Mingyu agar bisa segera keluar dari sini. Kutarik kedua ujung bibirku dan tersenyum manis padanya sebagai tanda setuju. Mingyu menepuk kedua tangannya bersamaan, dia kelihatan senang mendapat persetujuan dariku.

"Baiklah, sekarang lebih baik noona segera tidur. Kecuali jika noona ingin bercerita mengenai apa yang terjadi dengan Baekhyun hyung sampai dia masuk rumah sakit."

Oh astaga, kenapa dia harus menyinggung Baekhyun, sih?

Sejujurnya aku takut bercerita, aku takut jika apa yang kukatakan akan berbeda dengan kesaksian Baekhyun.

"Tapi sepertinya noona kelelahan." Ia bangkit dan mengulurkan tangan padaku. "Aku tidak akan memaksa noona untuk bercerita, lebih baik sekarang noona tidur. Suho hyung bilang kita akan pulang ke Korea besok pagi."

Kuterima uluran tangan Mingyu yang kemudian menarikku untuk berdiri. Ia mengantarku sampai ke depan pintu kamar dengan alasan yang masuk akal namun terkesan bodoh—dia takut Katrina masih menunggu di depan dan menanti saat yang tepat untuk menyarangku.

"Terima kasih sudah banyak membantuku," ucapku tulus.

"Aku hanya datang di saat yang tepat, itu saja." Ia memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Kalau begitu selamat malam, tidurlah dengan nyenyak malam ini, noona."

"Kau juga, tidurlah dengan nyenyak, good night," ujarku sebelum akhirnya masuk ke kamar dan menutup pintu.

Kutempelkan telingaku ke pintu dan berusaha mendengar apakah Mingyu masih ada di luar sana. Setelah merasa aman, aku segera mengambil ponsel dan menghubungi Siwon untuk memberitahu bahwa aku telah mendapatkan sidik jari juga salinan mata Suho. Ah, Siwon pasti akan marah padaku karena seharian ini lagi-lagi aku mematikan alat komunikasi kami.

Setelah menekan tombol panggil pada kontak Siwon, kutempelkan ponselku ke telinga, dan benar kan? Siwon langsung menghujaniku dengan serentetan kata khawatirnya.

OBLIVIATE - BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang