Akhirnya laki-laki itu bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju dapur untuk mencari sekotak susu. Mark membuka pendinginnya tapi ia tak menemukan sekotakpun susu disana.

Oh, dia lupa lagi untuk belanja bulanan dan susu yang selalu tersedia di pendinginnya sudah habis 3 hari lalu.

Mark menghembuskan nafas kesal lalu mengambil jaket putihnya dan berjalan keluar apartemen. Ya, dia harus membeli susu jika tidak mau nanti pagi matanya memerah karena tidak tidur. Lagipula ada minimarket tepat dibawah apartemennya yang selalu buka 24 jam. Jadi dia tidak perlu jauh-jauh hanya untuk membeli sekotak susu.

Tidak lama setelah laki-laki itu membeli susu, ia kembali ke dapur dan menuangkan susu itu kedalam gelas lalu meminumnya sedikit demi sedikit. Jaket putih yang ia kenakan masih melapisi kaos hitam polosnya. Mark berjalan ringan ke arah ruang tamu dan mendudukan dirinya diatas sofa.

Mark semakin merindukan Koeun dan rasanya perasaan itu tak bisa ia bendung lagi.

Akhirnya Mark mengalah dan memilih untuk menghubungi gadisnya. Dia tidak peduli apakah Koeun akan mengomelinya karena belum tidur dimalam selarut ini.

Yang jelas, Mark butuh mendengar suara Koeunnya.

Nada sambung terdengar begitu lama bagi laki-laki itu. Dan Mark berharap Koeun mengangkat panggilannya sekarang.

"Halo?" Panggilan diseberang sana diangkat dan Mark bisa mendengar suara Koeun menyapanya. "Mark?"

"Hai Eun." Tanpa sadar, laki-laki itu memulas senyum lebar. Memang tidak ada yang bisa membuatnya lebih bahagia dari ini.

"Pukul berapa sekarang di sana?"

"Eumm..." Mark tak yakin harus memberitahu gadis itu. Karena ketika Koeun tahu jika sekarang sudah pukul 3 pagi di Vancouver, maka gadis itu tak segan untuk menutup panggilan darinya dan memaksa laki-laki itu untuk tidur. Tapi Mark juga tak mungkin berbohong padanya. Koeun tidak sebodoh itu untuk tahu jarak perbedaan waktu antara waktu Korea dan waktu di Vancouver itu adalah 17 jam. "Jam 3 pagi?"

"Ya, kenapa menghubungiku di pagi buta begini? Memangnya kau tidak tidur? Besok tidak ada kuliah atau bagaimana?"

Nah, apa kata Mark? Gadis itu akan mengomelinya.

Tapi jujur, Mark merindukan omelan Koeun. Rasanya berbeda saat dia masih bisa melihat gadisnya setiap hari dengan sekarang. Dulu dia bisa mendengar omelan Koeun 24/7, tapi sekarang omelan Koeun sudah seperti barang mewah untuknya.

"Aku tidak bisa tidur."

"Insomniamu datang lagi?"

"Begitulah. Aku lelah tapi aku tetap tak bisa tidur." Mark bisa mendengar Koeun menghela nafasnya diseberang sana. Tapi ada suara lain yang juga masuk kependengaran laki-laki itu. Seperti suara bising. Orang-orang berbicara dan musik-musik yang bercampur. "Eun, kau ada dimana sekarang?"

"Aku? Ahhh, aku ada di Myeongdong. Lami memintaku untuk menemaninya membeli baju untuk pesta kelulusan."

Ah, Lami. Anak sekolahan yang tinggal disebelah apartemen Koeun.

"Pasti melelahkan sekali berbelanja dengan anak itu." Mark terkekeh halus ketika mendengar Koeun tertawa. "Kau tahukan Lami bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membeli sebuah rok."

"Aku tahu. Ini kami sudah berkeliling hampir 3 jam dan anak itu belum juga menemukan pakaian yang pas." Mark sekali lagi tertawa ketika mendengar suara Lami yang berteriak meminta pendapat Koeun untuk pakaian pilihannya. "Tunggu ya Mark, Lami baru selesai mengganti pakaiannya. Dia meminta pendapatku untuk pakaian pilihannya."

WHAT IF? (mark + koeun)Where stories live. Discover now