47

454 49 11
                                    

*Budayakan VOTE sebelum MEMBACA dan COMMENT setelah MEMBACA, terima kasih. Selamat membaca:)*

---

"Untuk apa gue hidup, jika alasan gue untuk hidup aja udah gak ada."

---

Semua orang yang berada di depan ruang ICU tampak kacau. Begitu juga dengan suasananya.

Semua orang menatap dari luar, kedua remaja yang ada di dalam ruangan, yang sedang di atasi dengan para dokter.

Vanya terus saja menangis di dekapan David. Daffa menatap kosong ke arah bawah tanpa satu kata pun. Iqbal terus saja mondar mandir gelisah dan terus saja menyalahkan dirinya. Sementara Ibu jason terus saja menangis tersedu-sedu melihat anaknya yang sedang terbaring disana tanpa sadar. Tetapi tidak dengan Ayahnya Jason, beliau hanya berdiri dan menatap ruangan itu tanpa ekspresi.

Semuanya berjalan begitu cepat dan tidak terduga. Itu lah takdir.

"Udah Van, kalau lo lemah gini, gimana Deeva bisa sadar?" ucap David menenangkan sambil mengelus lembut rambut Vanya yang masih betah di pelukannya.

"G-gue g-gak guna b-banget! gue harusnya s-sadar kalau Deeva dalam m-masalah," jawab Vanya tersedu-sedu.

"Gak ada yang salah, ini takdir Van. Lo harus kuat," balas David.

Ia terus saja menenangkan Vanya yang tidak henti menangis. Jujur, ia juga lemah di sini. Melihat kedua sahabatnya terbaring lemah disana, ada perasaan yang mengganjal di hatinya.

Mendengar kabar dari Daffa, ia sempat tidak percaya dan terus saja berkata gak lucu prank lo daf!

Tapi saat menyadari nada bicara Daffa yang putus asa, itu berhasil menyadarkan semua ketakutannya.

Terdengar suara hentakan kaki yang cepat ke arah mereka semua.

Laki-laki itu berdiri tepat di depan semua orang dengan napas yang masih tak beraturan.

"KALIAN NGAPAIN DISINI! BANG JASON MANA!" ucap laki-laki itu setengah teriak.

Laki-laki itu adalah Azka- adiknya Jason.

"Azka!" balas Ayahnya menyadarkan Azka.

"Ini semua gara-gara papa kan?! Kenapa sih, papa selalu egois sama bang Jason? apa papa tau perasaan bang Jason gimana?!" bentak Azka dengan mata memerah.

Terlihat sekali Azka baru pulang dari sekolah dengan baju seragam biru putihnya yang masih melekat di tubuhnya.

"Azka! jaga omongan kamu!" jawab Guntara Argya -Ayahnya Jason.

"Papa tau kalau bang Jason sayangnya sama kak Deeva! kenapa papa masih aja mau tunangin Jason dengan perempuan gila itu!" balas Azka berapi api.

"Azka, bisa temenin mama kebelakang?" tanya mamanya dengan lembut, berusaha menenangkan anaknya itu. Azka memang sensitif dengan segala apapun yang berbau dengan Jason.

Azka membuang napasnya berat lalu mengangguk, walaupun terpaksa. Ia juga sadar ini di rumah sakit. Lebih baik ia menenangkan diri sekarang.

Suasana kembali hening menyelimuti keadaan saat ini.

"Om, biar kami aja yang nungguin Jason sama Deeva, nanti kami beri kabar jika ada apa-apa dari dokter. Om sama tante pulang aja, kasian tantenya mungkin masih syok sama kejadian ini, Azka juga," ucap David sopan.

Guntara mengehela napasnya lalu mengangguk pelan.
"Kamu benar. Istri dan anak saya masih syok dengan ini semua. Saya sangat berterima kasih atas kehadiran kalian semua dan saya mohon maaf sudah merepotkan kalian."

Ritirarsi Per Amore [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang