DUA PULUH DELAPAN

1.8K 174 14
                                    

Happy reading

***

"Ayo Kai, cepatlah."

Kai mendengus, lalu mensejajarkan langkahnya dengan Jennie yang telah lebih dulu berjalan di depannya.

"Tunggu aku. Memangnya dia sedang menunggumu," gerutu Kai.

Jennie menghentikan langkahnya, lalu mendelik ke arah Kai. "Hei, bukan dia tapi mereka. Kau juga sebenarnya ingin bertemu dengan dia 'kan?"

Kai berhenti tepat di hadapan Jennie, matanya mengerjap dua kali. "Yah, sebagai pertemuan terakhir sebelum nanti tidak bisa melihatnya lagi."

Jennie mendecih. "Sudah kuduga. Bukan hanya aku saja, tapi kau juga."

Kai mengangkat bahunya tak acuh, kemudian melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Jennie di belakang. Memasuki sebuah restoran yang terlihat mewah bahkan jika dilihat dari tampilan luarnya saja.

"Mereka berdua duduk di sebelah mana," gumam Jennie yang kini berdiri di samping Kai, sembari melihat setiap sudut restoran, mencari seseorang yang telah lebih dahulu tiba.

"Itu dia!" seru Kai saat melihat seorang wanita melambaikan tangan padanya.

Keduanya kemudian berjalan menuju sebuah meja yang terletak di samping jendela restoran, menampilkan lalu-lalang orang yang masih beraktivitas di malam hari.

"Apa kami terlambat?" tanya Jennie dengan wajah sedikit cemas.

Lalisa menggeleng sambil tersenyum. "Tidak. Kami juga baru saja tiba di sini, lalu memilih tempat duduk."

Kemudian Lalisa mempersilakan Jennie dan Kai duduk pada dua buah kursi di hadapannya. Lalisa duduk berhadapan dengan Jennie, dan Kai duduk berhadapan dengan Sehun. Sehun yang sejak tadi memperlihatkan ketiganya hanya diam.

Lalisa menginjak kaki Sehun di bawah meja, mengisyaratkan untuk menyapa mereka berdua. Sehun meringis merasakan denyutan pada kakinya yang diinjak oleh Lalisa. Ia kemudian menatap pada Jennie yang duduk di hadapan Lalisa dan menyapanya, dibalas kembali oleh Jennie.

Namun saat Sehun menatap pada Kai, mereka berdua saling bertatapan tajam. Seakan ada kilatan dendam pada bola mata mereka dan dinding permusuhan yang menjulang tinggi membatasi jarak antara keduanya.

"Sehun!"

"Kai!"

Pekikan Lalisa dan Jennie yang bersamaan menyadarkan Sehun dan Kai. Keduanya memutuskan kontak mata dan melirik pada dua wanita yang kini menatap mereka berdua dengan tajam.

"Aku mengajak kalian berdua ke sini tidak untuk menatap saling bermusuhan seperti itu. Kita semua datang untuk makan malam dan menghabiskan waktu bersama-sama," omel Lalisa yang disetujui oleh Jennie dengan anggukan.

"Jangan saling menatap seolah kalian bermusuhan seperti itu, saat ini kita semua kan teman. Ayo, sekarang saling bersalaman," titah Jennie.

Sehun dan Kai melotot ke arah Jennie, meragukan apa yang ia katakan. Tapi Jennie dan Lalisa mennangguk tegas, sorot mata mereka berdua mengatakan agar Sehun dan Kai saling berjabat tangan.

Dengan ragu, Sehun dan Kai mengulurkan tangan masing-masing dan saling menggenggam. Sementara Lalisa dengan Jennie tersenyum sumringah melihat kedua pria itu saling berjabat tangan, mencoba menerima kehadiran masing-masing. Setelah itu, keduanya saling melepaskan genggaman tangan.

"Aku sengaja mempertemukan kita semua, karena aku ingin kita saling mempererat hubungan kita ... sebagai seorang sahabat," ujar Lalisa membuka pembicaraan.

SeLisa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang