DUA PULUH DUA

1.5K 189 12
                                    

Happy reading

***

Pintu apartemen Jennie terbuka, menampilkan sosok Kai yang sedang berjalan ke arahnya sambil menenteng sebuah kantong kresek berwarna putih.

Kai duduk begitu saja di samping Jennie yang sedang menonton serial drama kesukannya.

"Aku menyesal tidak mengunci pintunya," celetuk Jennie.

"Tidak mungkin kau akan mengunci pintunya, itu mustahil terjadi sebelum aku memberitahumu terlebih dahulu," sahut Kai.

Jennie mengerucutkan bibirnya kesal, lalu menyuapkan keripik kentang ke mulutnya.

"Kau pasti belum makan, ayo cepat makan ini." Kai mengeluarkan sesuatu dari kantong yang ia bawa.

Jennie meneguk ludahnya, kalau soal makanan ia tidak akan menolak. Meskipun terkadang sulit untuk mengatur pola makannya.

Kai menyodorkan satu kotak makanan ke arah Jennie, Jennie dengan senang hati menerimanya dan langsung memakannya dengan lahap.

"Setelah ini kau haru meminum obatmu. Aku heran kenapa isi kulkasmu makanan yang tidak sehat semua. Harus aku yang selalu membawakanmu makanan yang sehat," gerutu Kai.

"Itu sudah menjadi kewajibanmu," sahut Jennie santai.

Kai mendengus. "Sudahlah, cepat habiskan."

Jennie kembali melahap makanannya, begitu juga dengan Kai. Beberapa menit kemudian, makanan keduanya habis tak bersisa.

"Aku akan membawa minuman," ucap Jennie, kemudian bangkit dari sofa.

"Arghh ...."

Belum sepenuhnya Jennie berdiri, ia kembali membungkuk sambil memegang perutnya dan berteriak kesakitan.

"Jennie!" Kai berdiri dan membantu Jennie yang kesakitan, membawanya untuk duduk terlebih dahulu.

"K-kai ... sh-saa-kit ...."

Jennie mencengkram kuat pada bagian perutnya.

Kai berdecak. "Aishh ... aku akan membawamu ke rumah sakit."

Kai lalu membawa Jennie pada pangkuannya, dan segera keluar untuk menuju ke mobil dan segera membawa Jennie ke rumah sakit dimana ia bekerja.

Saat berada di mobil, Jennie terus meringis kesakitan sambil memegangi perutnya. Kai memacu mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi agar segera sampai di rumah sakit.

***

Kai duduk di samping ranjang tempat Jennie berbaring, menggenggam salah satu jemarinya.

"Kau tidak meminum obatmu?" tanya Kai memulai pembicaraan.

Jennie mengubah posisi tidurnya menjadi ke samping, menghadap pada Kai.

"Percuma," jawabnya tak acuh.

Kai mendengus, memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Penyakitmu bertambah parah, Jennie. Kau harus segera melakukan pengobatan." Kai berkata serius.

Jennie menggeleng. "Percuma Kai, percuma. Aku tidak mau melakukan pengobatan, toh penyakitku sudah bertambah parah dan tidak akan tertolong lagi."

Kai mengernyitkan dahinya, tidak suka dengan semua perkataan Jennie.

"Apa maksudmu? Kau bisa sembuh apabila melakukan pengobatan, jangan pesimis seperti itu," tukas Kai.

"Tidak mau! Lebih baik aku dirawat seperti biasa, kalaupun tidak juga tak apa, aku bisa menikmati sisa hidupku yang tinggal sebentar lagi."

SeLisa [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon