LIMA BELAS

1.5K 199 10
                                    

Happy reading

***

Jennie mengepalkan tangannya kesal saat melihat mobil milik Sehun terparkir di area pasar malam. Bukan karena mobilnya, namun karena wanita yang masuk bersama Sehun ke dalam mobilnya. Jennie tidak sempat melihat raut muka wanita itu.

"Hey, kau ingin terus berdiri di sini? Cepat masuk, aku sudah mengorbankan waktu kerjaku untuk menemanimu ke pasar malam. Kalau kau meminta pulang, aku tidak akan memberimu tumpangan." Kai bicara panjang lebar saat melihat Jennie hanya diam melihat sebuah mobil yang melaju keluar dari area pasar malam.

Jennie mengalihkan pandangannya dari mobil Sehun yang sudah menjauh, lalu mengapit lengan Kai dan mengajaknya berjalan.

"Aish, kau ini tidak sabaran sekali, Kai."

Kai memutar bola matanya, lalu melepaskan tangan Jennie dari lengannya. "Lepas, makanya kalau kau ingin jalan-jalan itu cari pasangan. Jangan terus mengajakku, aku bosan jika pergi selalu bersamamu," cerocos Kai.

"Hehehe, kau tahu aku ini tidak punya pasangan. Makanya aku mengajakmu karena kau juga tidak punya pasangan. Jadi kita bisa berpasangan layaknya seorang pasangan," ujar Jennie sambil kembali menggapai lengan Kai.

Kai berhenti berjalan kemudian menatap Jennie dengan wajah datar. "Bahasamu berbelit-belit nona, kau tidak punya kosa kata lain selain 'pasangan' hah? Dasar jomblo," ledek Kai lalu berjalan mendahului Jennie.

"Heh pabo! Kau juga jomblo, dasar tidak tahu diri!" Jennie mempercepat langkahnya menyusul Kai.

***

Suasana di dalam mobil terasa canggung. Lalisa lebih memilih untuk mendengarkan lagu lewat earphone dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil, melihat jalanan Seoul di malam hari.

Sementara Sehun fokus menyetir mobil, sesekali ia melirik Lalisa yang duduk di sampingnya. Keduanya menjadi saling diam akibat kejadian di atas bianglala tadi.

Entah kenapa Sehun sulit untuk sekedar berbicara walau hanya sepatah kata, ia terlalu canggung. Dalam hati ia merutuki perbuatannya tadi saat di pasar malam. Tapi ia juga tidak menyesalinya, lagipula Lalisa terlihat tidak apa-apa.

Kenapa suasana ini sangat mencekam. Ah, aku lebih baik bertengkar dengannya daripada harus saling diam seperti ini, batin Sehun.

Mulut Sehun terbuka ingin mengucapkan sesuatu, tapi sesaat kemudian tertutup lagi. Duduknya menjadi gelisah, Lalisa yang menyadari itu hanya melirik sekilas.

"Ehm ...." Sehun berdeham mencoba mencairkan suasana. "Kau belum makan malam, Lisa?"

Lalisa menoleh lalu mengedikkan bahunya. "Hmm, belum."

"Kalau begitu, kita makan malam sebelum ke apartemen. Kau pasti lelah jika harus memasak," ujar Sehun lalu membelokkan setirnya ke arah kiri, mencari tempat terdekat untuk makan malam.

"Oke." Lalisa mengangguk menyetujuinya. Terlihat santai, namun Sehun tidak tahu bahwa jantungnya sedari tadi terus berdetak dengan kencang. Teringat kembali dengan peristiwa tadi.

"Err, Lisa?" Sehun kembali membuka pembicaraan.

"Ne?" Lalisa menoleh, degup jantungnya semakin kencang saat Sehun memanggilnya dan melirik ke arah Lalisa begitu intens.

"K-kau tidak apa-apa?"

"I-iya, aku tidak apa-apa. Memangnya kenapa?" Lalisa bertanya kembali.

Sehun kembali gelisah dengan duduknya, lalu berdeham untuk menetralisir rasa gugupnya. "I-itu, err... bianglala tadi."

SeLisa [END]Where stories live. Discover now