LIMA

2K 276 11
                                    

Happy reading

***

Pagi-pagi sekali Lalisa telah bangun dari tidurnya. Dia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, karena semalam dia tidak sempat mandi.

Lalisa keluar dari kamar mandi dengan setelan dress pendek tanpa lengan di atas lutut. Rambutnya yang masih basah dililit oleh handuk. Dia kemudian duduk di meja rias dan mengeringkan rambutnya.

Sehun masih tertidur di sofa yang ada di kamar. Semalam dia benar-benar tidur sendiri di kasur. Bukan. Bukan maksud Lalisa dia kesepian dan ingin Sehun menemaninya. Tapi dia lega karena Sehun tak lagi mengganggunya seperti malam-malam sebelumnya.

Bicara soal semalam, Lalisa teringat soal Sehun yang menggendongnya sampai ke kamar. Lalisa sebenarnya tertidur saat itu, hanya saja saat Sehun membaringkannya di kasur dia sempat bangun meski belum sepenuhnya sadar.

Dia jadi teringat dengan Sehun, pria itu semalam yang mencium keningnya dan membisikkan sebuah kalimat untuknya.

"Aish. Kenapa aku jadi teringat si pabo itu." Lalisa menggelengkan kepalanya.

Lalisa meneruskan kegiatannya. Setelah mengeringkan rambutnya, Lalisa memoleskan make up tipis natural pada wajahnya. Dia tidak ingin terlihat menor di usianya yang masih muda ini. Jadi, dia mengenakan make up yang sewajarnya saja.

Lalisa berjalan menghampiri Sehun yang masih tertidur. Mencoba membangunkan Sehun, tapi pria itu malah kembali menggelungkan dirinya dibalik selimut.

"Sehun bangunlah! Sehun!" Lalisa menggoyangkan bahu Sehun.

"Ngghhh."

"Aigo! Cepat bangun pemalas, kita belum sarapan." Lalisa masih terus menggoyangkan bahu Sehun, kali ini lebih keras.

Bukannya terbangun, Sehun malah merubah posisi tidurnya menjadi telentang dengan mulut yang sedikit terbuka. Suara dengkuran halus keluar dari mulutnya.

"Aish. Jorok sekali pria ini."

Karena kesal Sehun tak kunjung bangun, Lalisa pergi ke kamar mandi dan membawa segayung air dari sana. Lalu dia mencipratkan air tersebut ke wajah Sehun.

"Bangun kau, pabo!"

"Eoh. Lima menit lagi eomma."

"Sehun! Bangun eoh!" Lalisa mengucurkan langsung air dari gayung tersebut.

"Huah! Hey, apa yang kau lakukan?!" Sehun mengusap wajahnya yang basah kuyup.

"Bangun kau! Kebo sekali, aku ini lapar dan belum sarapan. Kenapa kau malah enak-enak tidur."

"Oh, nyonya besar menungguku. Baiklah, kalau begitu siapkan pakaianku." Sehun tersenyum penuh arti.

"Hey! Jangan banyak bicara, cepatlah." Lalisa menarik kasar tubuh Sehun dari sofa. Lalu mendorong pria itu agar memasuki kamar mandi.

"Aish, iya nyonya besar. Kau hanya perlu menunggu sebentar, kenapa tidak sabaran sekali." Sehun mengedipkan matanya ke arah Lalisa saat tiba di pintu kamar mandi.

Lalisa cengo. "Kau mau ikut ke dalam juga?" Sehun manatapnya genit.

"Aigo! Cepatlah kau masuk! Jangan banyak bicara." Lalisa mendorong Sehun lalu menutup keras pintu kamar mandi tersebut. Sementara Sehun tertawa dari dalam.

"Ya Tuhan, kenapa aku harus dijodohkan dengan orang seperti itu."

Lalisa mendudukkan dirinya di sofa kamar tersebut, menunggu Sehun selesai dengan ritualnya. Lalu matanya secara tak sengaja melihat sebuah kotak berukuran sedang berwarna merah di bawah meja.

Lalisa kemudian mengambilnya. Dia meneliti kotak tersebut, ternyata itu tertuju untuknya. Tapi tidak ada inisial si pengirim di kotak itu.

Lalisa membukanya, sebuah bunga plastik dengan secarik kertas. Lalisa mengambil kertas itu, lalu membaca tulisan di dalamnya.

Selamat atas pernikahanmu. Kuharap kau tidak melupakanku. Kalau kau mau, kita bisa bertemu nanti. Mungkin di pulau Jeju ini.

K

Dahi Lalisa mengernyit, dia tidak tahu si pengirim kotak beserta surat ini. Tapi inisial penulis surat tersebut K.

"K? Untuk siapa?"

"Surat apa itu?" tanya Sehun tiba-tiba. Dia sudah keluar dari kamar mandi, dengan celana pendek sementara bagian atas tubuhnya shirtless.

"Entah, kau yang menerima kotak ini?" tanya Lalisa tanpa mengalihkan pandangannya.

"Iya. Memangnya kotak itu isi apa?"

"Bunga dan surat ini," jawab Lalisa, lalu dia melihat ke arah Sehun.

"Omo! Pakai bajumu pabo!" Lalisa melemparkan tutup kotak tersebut ke arah Sehun dan menutup matanya.

"Oh iya, hehe aku lupa."

***

Sehun dan Lalisa kini berada di restoran hotel, mereka sedang sarapan.

"Hari ini kita akan ke mana?" tanya Sehun.

Lalisa menggumam tidak jelas, mulutnya sedang mengunyah makanan.

"Ke mana saja, aku mau," jawab Lalisa.

"Biar dekat kita ke pantai saja," usul Sehun.

"Ya ya, terserah kau lah."

Mereka kembali melanjutkan sarapan, tidak ada yang mengeluarkan suara.

Dari jauh nampak seorang pria memakai setelan jeans, kemeja serta sebuah sneakers yang dipakainya berjalan menghampiri meja Sehun dan Lalisa.

"Boleh aku bergabung di sini?" Pria itu tiba-tiba duduk di meja yang kosong, bergabung dengan Sehun dan Lalisa.

Lalisa yang sedang mengunyah makanannya langsung mendongak, melihat seseorang yang bergabung dengannya.

"Kau?!" Lalisa membulatkan matanya.

"Hai," sapa pria itu.

"Kenapa kau bisa berada di sini?" Lalisa bertanya tanpa membalas sapaan pria tadi.

Sehun menatap mereka berdua penuh heran, otaknya berpikir jika istrinya dan pria itu sebelumnya sudah saling mengenal.

"Aku hanya sedang berlibur di sini. Beristirahat dari pekerjaanku sejenak, sangat penat jika aku terus berada di rumah sakit."

"Oh, ternyata kau masih betah menjadi seorang dokter ya, haha."

Pria itu terkekeh. "Tentu saja, itu cita-citaku sejak masih kecil. Tidak mungkin kutinggalkan begitu saja."

"Haha iya."

Sehun merasa menjadi patung di sini, dia tidak dianggap sama sekali. Lagipula pria di sampingnya ini siapa. Berbicara seenak jidat dengan istrinya, tanpa tahu ada pemiliknya yang memperhatikan mereka berdua.

Apa-apaan ini, sejak tadi aku hanya diam dan mereka terus bicara seolah aku hanya sebuah patung di sini. Cih, lagipula cecunguk ini siapa. Beraninya dia bicara dengan Lisa tanpa persetujuanku. Sehun membatin, sambil matanya terus terpaku dengan kedua insan di hadapannya ini.

"Ehm!" Sehun berdehem keras.

Lalisa tersadar, lalu melihat ke arah Sehun. Begitu juga pria itu.

"Eh, aku sampai lupa. Kalian kan belum berkenalan."

Pria itu menatap ke arah Sehun. Sehun menatapnya balik dengan tajam.

Pria itu mengulurkan tangan pada Sehun, mulutnya menyunggingkan senyum sinis.

"Perkenalkan, aku Kai. Mantan kekasih Lalisa."

***

SeLisa [END]Where stories live. Discover now