EMPAT

2.1K 285 6
                                    

Happy reading

***

Sehun dan Lalisa kali ini berencana untuk berjalan-jalan mengelilingi pulau Jeju. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kapan lagi mereka akan liburan bebas seperti ini tanpa dihantui oleh pekerjaan yang menumpuk. Apalagi ketika nanti mereka pulang berbulan madu.

Yah, ini tidak bisa dibilang bulan madu bagi mereka. Mereka menikah pun karena paksaan kedua orang tuanya.

"Hey cepatlah. Kenapa kau berdandan lama sekali, sih!"

"Kau sabar sedikit! Belum juga satu jam aku berdandan," jawab Lalisa.

Hari ini Sehun memakai celana jeans selutut dan kaos berwarna hitam polos dilapisi dengan kemeja flanel yang tidak dikancingkan. Sebuah topi serta kacamata bertengger di kepalanya.

Sementara Lalisa memakai hotpans jeans putih dan baju tanpa lengan dilapisi dengan cardigan berwarna pink. Rambutnya yang panjang sengaja tak diikat. Sama seperti Sehun, sebuah topi dan kacamata juga menghiasi kepalanya.

Setelah siap, mereka keluar dari hotel dan berjalan berdampingan.

***

Sehun dan Lalisa berjalan menyusuri perkebunan jeruk di pulau Jeju. Banyak turis asing maupun lokal yang berkunjung ke sana. Rata-rata pengunjung yang datang merupakan sepasang kekasih ataupun suami istri.

Sehun menyusul Lalisa yang berjalan mendahuluinya. Kemudian merangkul pundak Lalisa dari samping.

"Hey lepaskan! Apa yang kau lakukan?" langkah Lalisa terhenti, begitu pun Sehun.

"Aku sedang merangkulmu. Lihat orang-orang itu, memangnya kau tidak ingin seperti mereka?" Sehun menunjuk pada pasangan yang saling merangkul dan menautkan tangannya.

Mata Lalisa menyipit. "Aku tidak mau. Memangnya kenapa? Kau ingin seperti mereka hah?"

"Hey, kita ini pasangan suami istri. Tak ada salahnya jika berlaku seperti itu."

"Cih, tak sudi sekali aku berangkulan denganmu."

"Ayolah, jangan seperti itu. Kau pasti iri kan pada mereka semua? Bisa berpelukan dan saling menggenggam seperti itu." Sehun menaik turunkan alisnya genit.

Lalisa bertingkah seolah olah ingin muntah melihat aksi Sehun.

Sehun tertawa. "Eoh. Jangan seperti itu nona. Kau tidak perlu malu."

"Iya, aku malu. Aku malu berjalan denganmu. Diam. Jauh-jauh dariku, jangan lebih dari dua meter." Lalisa berjalan sedikit menjauh dari Sehun.

Sehun membulatkan matanya, kemudian melirik Lalisa sinis.

"Kau malu berdampingan denganku? Oh, bukan. Seharusnya aku yang malu, kau kan dekil."

Lalisa menggeram kesal, lalu melengos pergi meninggalkan Sehun sendirian.

"Aish. Apa yang dipikirkan wanita itu, aku kan suaminya. Memangnya salah kalau aku merangkulnya." Sehun menggerutu sendiri, lalu menyusul Lalisa yang berjalan mendahuluinya.

Lalisa sibuk memandangi hamparan kebun jeruk di depannya. Sesekali dia akan berfoto di di dekatnya. Sehun memperhatikan Lalisa dari jauh, dia tersenyum melihat tingkah istrinya itu.

Sehun menghampiri Lalisa yang tengah memperhatikan ponselnya. Lalu dia memanggil seorang jasa fotografer yang kebetulan ada di dekat mereka. Kemudian menyuruh sang fotografer tersebut untuk memotret mereka berdua.

"Berikan ponselmu." Sehun mengambil ponsel Lalisa lalu menyimpannya di dalam kantong celananya.

"Hey, kembalikan ponselku!"

SeLisa [END]Where stories live. Discover now