TIGA BELAS

1.5K 212 10
                                    

Happy reading

***

Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Lalisa masih terjaga di apartemennya. Ditemani dengan segelas cokelat hangat dan televisi yang sedang menayangkan drama.

Beberapa kali ia melihat ke atas televisi, tepatnya pada jam dinding yang menempel. Sudah sejak sore tadi Sehun belum pulang dan menampakkan dirinya. Sejak itu pula Lalisa menahan kesal, karena Sehun tidak jadi menjemputnya tanpa memberi kabar apapun.

Bukan apa-apa, masalahnya karena Lalisa saat itu tidak membawa mobil. Jadi terpaksa ia harus pulang menggunakan taksi.

"Jika 30 menit lagi dia tidak juga datang, aku akan mengunci apartemen ini!" ucap Lalisa kesal.

Matanya menatap ke arah pintu, jika saja Sehun masuk dari sana Lalisa akan langsung menyeretnya dan menumpahkan semua kekesalannya.

Lalisa tidak menghubungi nomor Sehun karena ia memang tidak menyimpannya. Pernah satu kali Lalisa menyimpannya saat sebelum menikah, lalu ia hapus lagi karena Sehun yang terus meneleponnya setiap satu jam sekali.

Jadi Lalisa memutuskan untuk mengganti nomor miliknya dengan nomor yang baru. Demi menghindari Sehun yang pada saat itu terus gencar menghubunginya.

Suara pintu yang terbuka mengagetkan Lalisa, dilihatnya Sehun yang berjalan masuk dengan baju yang sedikit berantakan. Lalisa lalu melihat ke arah jam, masih pukul 23.15 malam. Dia tidak akan mengunci apartemen dan mengeluarkan Sehun, tapi akan menghujaninya habis-habisan dengan kalimat pedas yang siap meluncur dari mulut Lalisa.

Lalisa menyimpan cokelat nya di atas meja kemudian menghampiri Sehun yang sedang melepas sepatu.

"Aish, jinjja. Kau benar-benar menyebalkan Sehun, tidak menjemputku dan baru pulang selarut ini!?"

Sehun menoleh, ditatapnya wajah Lalisa sambil tersenyum tak berdosa.

"Aigo, jeongmal mianhaeyo Lisa, aku benar-benar lupa harus menjemputmu. Pekerjaanku benar-benar banyak sekali karena ini hari pertamaku masuk kerja kembali," jawab Sehun.

Lalisa menyipitkan matanya curiga. "Yang benar saja kau bekerja hingga larut seperti ini."

Sehun gelagapan ditatap seperti itu, otaknya berpikir mencari alasan yang tepat untuk meyakinkan Lalisa.

"Oh, kau tidak percaya padaku? Ini masuk akal Lisa, pekerjaanku menumpuk karena kita terlalu asyik bulan madu. Iya, kan?"

Lalisa memutar bola matanya malas. "Kau tidak berpikir jika kakiku akan lepas dari tempatnya karena terlalu lama menunggumu!?"

"Lisa, aku minta maaf. Kalau begitu aku akan memijat kakimu, bagaimana?" Sehun tersenyum lebar pada Lalisa.

"Tidak usah! Aku tidak butuh pijatanmu!" Lalisa melenggang pergi meninggalkan Sehun yang melongo di tempatnya.

"Lisa, jangan marah padaku eoh."

Sehun menyusul istrinya yang pergi ke kamar. Dilihatnya Lalisa yang menggulung seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Lisa, jangan bersembunyi di bawah selimut. Aku minta maaf, aku akan memijatmu, ya?" Sehun menepuk pundak Lalisa yang tertutupi oleh selimut.

Lalisa masih tidak bergeming. Sedangkan Sehun masih saja menepuk-nepuk pundaknya sambil memberi rayuan agar Lalisa tidak marah.

"Menyingkir dariku, eoh!" bentak Lalisa sambil menyibakkan selimut yang dipakainya.

Sehun memundurkan wajahnya yang semula berada di dekat Lalisa. Mengerjapkan matanya beberapa kali dan mengembuskan napasnya pelan.

SeLisa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang