DUA BELAS

1.5K 194 18
                                    

Happy reading

***

Kai berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang dipenuhi oleh tenaga medis dan keluarga pasien yang berlalu lalang.

Kemarin pria itu baru saja tiba di Seoul setelah liburan dari pulau Jeju. Dan sekarang, dia harus disibukkan kembali dengan pasien yang membutuhkan pertolongannya.

Kai mendorong pintu berwarna putih, ruangan tempat prakteknya. Di sana terdapat seorang wanita berambut panjang sedang duduk membelakanginya, menghadap meja kerjanya.

"Ehm." Kai berdeham menyadarkan sosok tersebut.

Wanita itu menoleh dan tersenyum saat Kai masuk lalu duduk di hadapannya.

"Kai, lama sekali tidak berjumpa. Aku ini rindu padamu," ujar wanita tersebut.

"Hah, Jennie ... Kau itu bertemu denganku bukan karena alasan tersebut, aku tahu. Jangan sok jika bicara di depanku. Pencitraan ...," sahut Kai.

Jennie terkekeh mendengar sahutan Kai yang ditujukan padanya.

"Jangan seperti itu, Kai. Kau ini sahabat terbaikku, jangan berlaku seperti itu pada Jennie-mu yang cantik ini." Jennie mengedipkan matanya ke arah Kai.

Kai memutar kedua bola matanya malas.

"Apa lagi yang terjadi Jennie?" tanya Kai to the point.

Jennie terdiam, senyum yang tadi ia tunjukkan seketika pudar.

"Err, akhir-akhir ini perutku selalu sakit tiba-tiba," jawabnya pelan.

Kai menghela napas kasar, kedua matanya menatap Jennie lekat-lekat.

"Sudah kubilang, jangan lakukan pekerjaan itu lagi. Resikonya bisa bertambah besar padamu."

"Kai, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu. Bagaimana aku bisa hidup sementara hanya itu jalan yang kupunya."

"Kau bisa melakukan pekerjaan lain yang lebih layak Jennie. Tidak dengan cara seperti ini. Sekarang kau sudah merasakan akibatnya, bukan?"

Jennie terdiam, matanya memandang kosong ke depan.

"Kai, kau harus mengerti keadaanku. Aku tidak bisa berhenti begitu saja dari pekerjaan ini. Aku menggantungkan hidupku pada pekerjaan ini. Jika aku berhenti, aku akan seperti apa nanti?"

Kai mengembuskan napas lelah. Sulit membujuk Jennie untuk menghendaki perintahnya. Lebih tepatnya, itu semua untuk kebaikannya. Kai sudah memperingatinya beberapa kali, namun Jennie mempunyai pendirian yang teguh.

Kai menatap kedua mata Jennie. Wanita itu balik menatapnya.

"Terserah kau saja. Tapi aku ingatkan sekali lagi, jangan lakukan pekerjaan itu. Atau jika tidak, berhentilah sejenak. Ini semua demi kebaikanmu. Aku meminta ini bukan sebagai seorang dokter, tapi sebagai sahabatmu."

"Kalau kau masih tetap begini, kondisimu akan semakin parah. Kau tentu tahu resikonya. Oh ya, jangan lupa meminum obat dan banyaklah beristirahat. Kau harus memikirkan kesehatan tubuhmu juga. Aku harap kau berhenti dari pekerjaanmu," lanjut Kai.

Jennie memejamkan matanya dan mengembuskan napas pelan. Kemudian bangkit dari hadapan Kai dan berpamitan untuk pulang.

"Terima kasih atas saranmu, aku harap aku juga bisa berhenti. Hey, mendekatlah aku punya sesuatu untukmu."

Senyuman kembali tercetak di wajah Jennie. Wanita itu kemudian mendekati Kai yang masih duduk di meja kerjanya. Lalu mencubit sekilas pipi Kai dan segera menghindar sebelum dihujani hujatan pedas dari mulut seksinya itu.

SeLisa [END]Where stories live. Discover now