SEPULUH

1.7K 212 4
                                    

Happy reading

***

Lalisa sedang tiduran saat Sehun tiba-tiba masuk ke kamar. Mereka berdua menempati kamar milik Sehun sampai besok, karena harus segera pindah ke apartemen yang sudah kedua orang tua mereka siapkan.

Kamar milik Sehun sangatlah rapi, berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Lalisa sebelumnya. Kamar luas yang bernuansa hitam putih, terdapat sebuah kasur king size di tengah ruangan. Ada sebuah rak di salah satu sudut ruangan yang penuh dengan buku, dan sebuah sofa yang dikhususkan untuk membaca.

Sehun melangkahkan kakinya mendekati Lalisa yang sedang tiduran. Lalu ikut merebahkan dirinya di samping Lalisa.

"Ah, akhirnya aku kembali ke kamar tercintaku," ucap Sehun sambil memejamkan matanya.

Lalisa menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari Sehun.

"Hey, kenapa kau bergeser? Kemarilah, berdekatan denganku." Sehun menggerakkan tangannya untuk menggapai Lalisa.

Lalisa beringsut, bangkit dari posisinya berbaring dan duduk menyender pada kepala kasur.

"Diamlah, jangan bergerak eoh."

"Kenapa? Kau ini istriku, kenapa pula aku tidak boleh berdekatan denganmu?"

"Aish, sudahlah diam. Aku ingin tidur, kau tidur sana di sofa."

Lalisa turun dari kasur dan menarik paksa Sehun yang sedang berbaring.

"Hey! Apa yang kau lakukan?"

Sehun menarik lengannya yang ditarik oleh Lalisa dan kembali tiduran di atas kasur miliknya.

"Aku ingin tidur di sini Sehun, kau pindahlah ke sofa itu."

"Shireo, ini kamarku, aku bisa melakukan apapun semauku."

"Tapi aku ingin tidur Sehun! Aku tidak mau tidur berdua denganmu."

"Kalau begitu kau sana yang tidur di sofa. Ini kamarku, aku sepenuhnya memiliki kuasa di sini," ucap Sehun sambil memejamkan matanya.

Lalisa berdecak kesal, ia sedang tidak mau berdebat kemudian mengambil satu bantal dan juga selimut yang terletak di atas kasur. Berjalan menuju sofa kemudian berbaring dan menggelung tubuhnya dengan selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

"Dasar pabo sialan! Kau menyebalkan Sehun!" ucap Lalisa dari balik selimutnya.

Sehun membuka matanya yang semula terpejam dan melihat Lalisa melalui ekor matanya. Sehun terkekeh melihat Lalisa yang sepertinya sedang marah.

"Sama-sama chagiya, aku tahu aku memang tampan," sahut Sehun sambil tertawa.

"Aish, neo michyeoseo!!!"

Sehun terbahak di kasurnya saat mendengar ucapan Lalisa.

"Malam kembali chagiya, aku juga cinta padamu."

"What ever Sehun!"

Sehun kembali terbahak di kasurnya.

***

Lalisa merasakan sesuatu yang empuk ketika ia terbangun dari tidurnya. Seingatnya, ketika tidur ia berada di sofa dan tertidur dengan posisi yang sangat tidak nyaman.

Lalisa mengubah posisi tidurnya menjadi miring ke kanan dengan mata yang masih terpejam. Tangannya kirinya yang terbentang bebas merasakan sesuatu yang bidang.

Lalisa perlahan membuka matanya, penglihatannya masih samar dan buram.

"Pagi, chagiya. Apa tidurmu nyenyak semalam?"

Suara itu. Sehun. Lalisa spontan membuka matanya dan melihat Sehun yang tertidur sambil menghadap ke arahnya.

"Kyaaa!!!!"

Lalisa mendorong wajah Sehun yang hanya terpaut beberapa senti dengan wajahnya. Sehun menahan tangan Lalisa yang mendorong wajahnya, lalu menatap lekat kedua bola matanya.

"Aish, lepaskan Sehun!"

"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu."

Lalisa terkunci, dia tidak bisa bergerak sama sekali. Sehun dengan kuat mencengkram kedua tangannya.

"Sehun!!!" teriakan Lalisa membuat Sehun melepaskan cengkramannya.

"Sehun, Lalisa, ada apa di dalam?" suara Jae Hwa terdengar dari luar.

"Tidak apa eomma," sahut Sehun sedikit berteriak.

Setelah itu suara Jae Hwa tidak terdengar lagi.

"Suaramu ini memekakkan telingaku Lalisa."

Lalisa tidak menghiraukan perkataan Sehun. Ia segera bangkit dan membuka selimut yang menutupi tubuhnya.

Huft, aku masih aman eoh.

Lalisa memberikan tatapan membunuh ke arah Sehun.

"Kenapa kau membawaku ke kasur hah!? Dan kenapa kau tidur sekasur denganku!?"

"Karena semalam kau mengigau ingin tidur bersamaku. Jadi aku memindahkanmu agar tidur bersamaku," jawab Sehun santai.

"Siapa yang mengigau! Kau ini hanya mencari kesempatan saja!" ucap Lalisa kesal.

"Menurutmu siapa yang mencari kesempatan? Kurasa tadi kau yang memegang dadaku saat tidur." Sehun tersenyum penuh kemenangan.

"Hah!? Bicara apa kau ini, yang ada kau yang sengaja mendekat ke arahku!"

Sehun tidak mempedulikan Lalisa yang terus mengoceh di sampingnya. Dia kembali memejamkan matanya dan berniat untuk hibernasi hingga nanti siang.

"Tidurlah kembali Lalisa, kau tidak ingin cepat-cepat pergi ke apartemen kan?"

"Tidak mau! Kau saja yang tidur, aku tidak sudi tidur denganmu!"

Lalisa beranjak dari kasur, namun sebuah tangan menahan pergerakannya. Sehun menarik Lalisa untuk kembali berbaring dan segera memeluknya dengan erat.

"Sehun!! Apa yang kau lakukan eoh! Lepaskan aku pabo!"

Sehun masih memejamkan matanya, pelukannya pada Lalisa tidak terlepas sedikitpun.

"Bertahanlah sebentar saja, Lisa. Apa sebegitu bencinya-kah kau padaku?" tanya Sehun lirih.

Lalisa terdiam seketika saat mendengar ucapan Sehun. Napasnya tercekat, ucapan yang dilontarkan oleh Sehun entah kenapa begitu menohok hatinya.

"Ya, kau tahu itu. Lalu apa lagi yang perlu kau tanyakan!?" Lalisa menatap Sehun yang masih terpejam.

Kalimat yang ia ucapkan barusan terlontar begitu saja. Lalisa tidak berniat sama sekali untuk mengucapkan itu pada Sehun.

Sehun membuka matanya perlahan, menatap Lalisa yang masih berada dalam pelukannya.

"Jika kau membenciku, aku yang akan membuatmu perlahan mengubah perasaan itu menjadi sebuah cinta."

Tatapan mereka berdua bertemu dalam waktu yang lama. Tak ada satu pun yang berniat menyudahinya, hingga Sehun melepaskan pelukannya pada Lalisa dan beranjak dari posisinya.

"Ah, bersiaplah Lisa. Kita akan pindahan hari ini."

Sehun melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Meninggalkan Lalisa yang masih mencerna kata-kata Sehun tadi.

***

SeLisa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang