EMPAT BELAS

1.6K 219 18
                                    

Happy reading

***

Mobil milik Sehun melaju mencumbui aspal di jalanan kota Seoul. Pulang dari kantor, Sehun bergegas untuk menjemput Lalisa di butiknya. Ia tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali. Meskipun itu memang kesalahannya karena ia malah bertemu dengan Jennie tanpa sepengetahuan Lalisa.

Sehun merasa belum siap memberitahu Lalisa perihal hubungan pertemanannya dengan Jennie. Begitu juga sebaliknya, Sehun belum memberitahu Jennie tentang hubungan pernikahannya dengan Lalisa. Suatu saat ia pasti akan memberitahukannya, meskipun konsekuensinya akan sangat besar.

Sehun memarkirkan mobilnya tepat di depan butik. Dilihatnya Lalisa sedang berdiri sambil memainkan ponselnya, lalu menoleh saat mendapati mobil Sehun yang masuk ke pelataran butiknya. Sehun keluar dari mobil dan berjalan menghampiri Lalisa.

"Halo, chagiya. Aku tidak terlambat, 'kan?" Sehun tersenyum ke arah Lalisa.

"Kau terlambat lima menit."

"Aih, hanya lima menit. Tidak akan membuat kakimu terlepas dari tempatnya."

Lalisa mencebik, ia merasa kalimat yang diucapkan Sehun ditujukan untuk menyindirnya karena ia tidak dijemput kemarin.

"Sudahlah, cepat pulang." Lalisa berjalan menuju mobil mendahului Sehun.

Sehun menggeleng melihat tingkah Lalisa yang begitu lucu di matanya. "Tunggu aku Lisa."

Setelah masuk ke dalam mobil, Sehun menjalankan mobil dengan kecepatan sedang.

"Kita tidak langsung pulang, aku akan membawamu ke suatu tempat," ujar Sehun.

Lalisa menoleh, melihat Sehun yang sedang menyetir di sampingnya. "Kau mau membawaku ke mana? Ini sudah sore, Sehun."

"Kita jalan-jalan sebentar, aku bosan jika hanya berdiam diri di apartemen."

"Hm, terserah lah," sahut Lalisa.

Sehun tersenyum, kemudian menggapai puncak kepala Lalisa dengan tangan kanannya dan mengusapnya lembut.

"Nah, begitu. Kau istri yang sangat baik."

Lalisa membeku, ia merasa puluhan kupu-kupu beterbangan di perutnya.

Aigo, apa-apaan ini. Perasaan apa yang aku rasakan.

"Jangan gugup seperti itu, pipimu sampai memerah," celetuk Sehun setelah melepaskan tangannya dari kepala Lalisa.

Sontak Lalisa langsung memegang kedua pipinya. Berusaha menutupi wajahnya dari penglihatan Sehun.

"Tidak. Aku tidak gugup, pipiku juga tidak memerah," bantah Lalisa.

Sehun tertawa geli. "Itu saja sudah menunjukkan betapa gugupnya kau, Lalisa."

"Aish, kubilang tidak. Bicara apa kau ini." Lalisa mengerucutkan bibirnya kesal karena Sehun terus saja menggodanya.

Tawa Sehun menggema, ia sangat suka saat menggoda Lalisa seperti ini. Mobil terus melaju membelah jalanan di sore hari. Diiringi tawa dan makian kecil dari pasangan tersebut.

***

Mereka tiba di tempat yang dimaksud oleh Sehun, sebuah pasar malam. Sehun memarkirkan mobilnya pada pelataran parkir di sana.

Keduanya masih belum keluar dari mobil. Lalisa masih menunggu Sehun karena ia tidak tahu seluk beluk tempat yang mereka kunjungi.

Sehun membuka jas yang dipakainya, kemudian membuka satu persatu kancing kemeja yang ia kenakan.

SeLisa [END]Where stories live. Discover now