TUJUH BELAS

1.4K 193 25
                                    

Happy reading

***

Kai duduk berhadapan dengan Lalisa. Saat ini mereka ada di kantin rumah sakit. Setelah Kai menjalankan tugasnya sebagai dokter dan menangani Jennie, Kai mengajak Lalisa untuk bicara berdua.

Lalisa meneguk teh yang ia pesan, lalu menyedekapkan kedua tangannya di atas meja dan menatap Kai di hadapannya.

Kai masih terdiam dengan tatapannya yang kosong, lalu mendongak dan tersenyum saat tatapannya bertemu dengan Lalisa.

"Kita bertemu lagi," celetuk Kai.

Lalisa tersenyum simpul dan mengangguk membenarkan. "Kau benar, bagaimana kabarmu?" tanya Lalisa.

"Baik, aku selalu baik. Kau sendiri?"

"Baik, sudah lama tidak melihatmu bertugas seperti ini." Lalisa tertawa kecil.

"Bagaimana? Aku tambah tampan kan kalau sedang bertugas jadi dokter?" Kai menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum menggoda pada Lalisa.

Lalisa tertawa lalu menepuk lengan Kai pelan. "Kau ini tidak berubah dari dulu. Percaya dirimu tinggi sekali."

Kai terkekeh. "Ngomong-ngomong, siapa temanmu yang sedang sakit itu?" tanyanya.

Lalisa menghentikan tawanya. "Jennie, dia temanku sejak beberapa hari yang lalu. Kau kan yang menanganinya tadi?"

Alis Kai menyatu mendengar jawaban dari Lalisa. "Ah iya, tadi aku yang menanganinya. Tapi, bagaimana kau bisa kenal dengan Jennie?"

"Aku mengenalnya saat di butik, dia memesan gaun padaku. Lalu kita menjadi teman, entahlah meskipun baru beberapa hari tapi dia terlihat baik, aku senang berteman dengannya," tutur Lalisa.

Kai mengangguk paham, lalu menyesap kopinya yang mulai dingin.

"Kai, kenapa tadi kau terlihat panik saat masuk ke ruangan Jennie?"

"Uhuk ...." Kai tersedak kopinya, dia menepuk dadanya pelan lalu minum air putih yang tersedia disana.

"K-kau tidak apa-apa Kai?" Lalisa bertanya panik.

"Tidak apa-apa Lisa. Ehm ...." Kai membetulkan letak duduknya. "Sebenarnya Jennie itu sahabatku. Jadi aku sangat panik saat mengetahui dia kembali masuk rumah sakit," ungkapnya.

"Mwo? Jadi, Jennie itu sahabatmu?"

"Iya." Kai mengangguk. "Kau tahu, dia wanita yang membuat hubungan kita berakhir," lanjut Kai.

Lalisa membulatkan matanya, dia tertegun sejenak. "M-maksudmu Jennie yang—"

"Iya." Kai memotong ucapan Lalisa. "Waktu kau melihatku dengannya di apartemen milikku, dia itu Jennie. Dia sedang mabuk saat itu jadi aku membawanya ke sana, itu memang salahku tidak memberitahumu kalau Jennie itu sahabatku.

"Aku berharap waktu terulang kembali. Tapi sekarang sudah terlambat, kau sudah bersama Sehun sekarang." Kai tertawa sumbang.

Lalisa menunduk dan memejamkan matanya sesaat. "Jadi ternyata, wanita itu Jennie, sahabatmu." Lalisa menghela napasnya pelan. "Semuanya sudah berlalu, aku sudah bersama dengan Sehun. Kau juga harus menemukan wanita lain, kenapa kau tidak bersama Jennie saja?"

"Mana mungkin Lisa, dia itu sahabatku. Aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri, lagipula dia mempunyai pria spesialnya sendiri."

"Hmm, aku harap kau segera menyusulku. Tidak mungkin kau terus sendiri seperti ini, kan?" Lalisa sedikit tertawa untuk mencairkan suasana yang sedikit canggung.

SeLisa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang