Agus merindukan keceriahan putri bungsunya itu, ia rindu saat putri kecilnya itu memanggilnya, ia rindu ketika putrinya itu meminta ia menyimak hafalan surahnya. Sungguh Agus merindukan semua.

"Mas, tumben pagi banget perginya,"

Agus tersedak kaget, "Mm... ada tugas mendadak. Doakan semuanya lancar yah." Ujarnya berbohong, ia hanya belum siap menceritakan kejanggalannya ini pada siapapun.

"Aamiin... aku selalu mendoakanmu," Baiti menyalami tangan suaminya dan dibalas kecupan singkat dikeningnya sebelum Agus pergi.

...

Mobil Agus mendarat di pinggir jalan tepat di mana Faisal mengalami kecelakaan. Ia berjalan menuju tempat yang hanya tinggal bekas pembakaran. Agus mengitari pandangannya dengan tajam.

"Permisi, apakah pernah terjadi kecelakaan di sini satu bulan yang lalu?" tanyanya mengintimidasi seorang warga yang berjualan di sana.

"Benar Pak, satu bulan yang lalu,"

"Saya dengar seorang pemuda menabrak tempat pembakaran?"

"Wah, kalau pemuda atau bukan tidak ada yang tahu Pak. Karena mobilnya meledak tidak lama dari dia menabrak ke area pembakaran," jelas orang itu, Agus mengangguk-angguk.

"Apa ada yang melihat secara dekat kejadian itu?"

Orang itu nampak berpikir memutar memori diotaknya.

"Mang Tono, iyaaa pas kejadian Mang Tono yang melihat secara dekat karena beliau tengah mengumpulkan sampah-sampah."

"Bisa antarkan saya padanya?"

Orang itu mengangguk dan Agus sudah berucap hamdalah 'Semoga berhasil' batinnya.

"Nah ini rumah Mang Tono, Pak." tunjuk lelaki itu pada sebuah gubuk kecil yang tak layak ditempati, Agus meringis kasihan.

"Assalamualaikum Mang Tono."

Tak lama pintu dibuka oleh pemiliknya yang berpenampilan layaknya seorang pemulung, Agus menjadi prihatin padanya.

"Terimakasih, Pak. Ini sebagai gantinya karena anda sudah memberikan waktu untuk mengantar saya ke sini." Agus memberikan dua lembar uang seratus ribu pada lelaki yang mengantarnya sampai sini.

"Tidak usah, Pak. Saya ikhlas," tolak lelaki itu.

"Saya juga ikhlas, Pak. Ini sebagai ucapan terimakasih saya, terimalah Pak." Dan akhirnya lelaki itu menerimanya dan permisi pamit dari sana.

"Ada apa, Pak?" tanya lelaki tua yang bernama Mang Tono itu.

Setelah menceritakan semuanya kepada Mang Tono, akhirnya lelaki tua itu mengingat kejadian sebulan yang lalu.

"Saya melihat ada mobil putih berhenti lalu pemiliknya segera turun dan membuka mobil yang menabrak tempat pembakaran itu dan membopong paksa pemuda itu." Cerita Mang Tono berusaha mengingat semua yang ia lihat.

Agus menutup mulutnya, entah perasaan bahagia atau sedih sekarang yang ia rasakan. Bahagia, ya dia bahagia karena dugaan putrinya memang benar namun ia juga sedih ke mana Faisal dibawa oleh si pemilik mobil putih itu.

"Lalu?"

"Lalu... bersamaan pemuda itu dibopong keluar, mobilnya meledak."

"Apa anda melihat plat nomor mobil putih itu, Pak?"

"Saya tidak tahu jelas karena mata saya yang tidak sehat lagi." Kekehannya membuat Agus ikut tertawa.

"Tapi kalau tidak salah ujung platnya itu tulisan MA," sambung Mang Tono

Raani & Aleeta ✔(TAHAP REVISI)Where stories live. Discover now