(10) Muhammad Habibullah

5.6K 302 0
                                    

Sudah direvisi

Part singkat khusus Habibi nih:))

***

Laki-laki tampan yang memiliki mata tajam hitam pekat itu terkenal sebagai most wanted di sebuah salah satu universitas di Kota ini. Dia adalah Muhammad Habibullah yang terkenal dengan nama Habibi.

Tak sedikit kaum hawa yang memiliki keinginan untuk menjadi pacarnya namun dia tak mengubris satu pun. Sombong adalah sikap pilihannya agar tak memberi harapan-harapan bagi kaum hawa di kampus ini.

Hanya satu seorang gadis yang berani bertingkah padanya, ialah Indah Syakira, mantan pacar yang tak dianggap olehnya. Dan satu gadis lagi yang baru menjadi mahasiswa baru dialah Aleeta Putri Aisyah.

Gadis yang selalu menghindari dirinya dan hanya dia satu-satunya gadis yang menolak ketampanan seorang Habibi.

***

Aku membuka pintu rumah setelah memarkirkan mobil di halaman depan. Kuembuskan napas kasar, selalu saja seperti ini, sepi tak ada penghuni. Kedua orang tuaku terlalu sibuk mengurus dunianya dan adik kecilku? mungkin dia sedang sekolah.

Bayanganku seolah kembali mengingat wajah cantik MABA di kampus, namanya Aleeta, dia berhasil mengukir sebuah rasa dihatiku.

Jika ada ribuan kaum hawa menginginkanku, maka dia berbanding terbalik dari keseribu gadis itu.

"Abaaaanggg!!!" baru saja mata ini terpejam tiba-tiba suara cempreng dari balik pintu membangunkanku.

"Ada apa, Nay?" tanyaku dengan suara berat, Naysila adik bungsuku yang sangat kusayangi, dia baru kelas dua SMA. Dia melangkah masuk dan duduk ditengah-tengah kasur

"Bang, Nay pengen belajar ngaji," ungkapnya lalu meraih ponselku yang tergeletak di sana, sedetik kemudian suara teriakannya terdengar, "ABANG!!! nama ustadzah ini siapa? abang kok bisa fotbar sama ustadzah ini? Nay mau ngaji sama ustadzah kayak gini!!"

Ya ampun, untung adikku, kalau tidak sudah daritadi kulempar ke lantai bawah.

"Abang ... cantik banget, Bang," ucapnya tak henti-henti menatap foto Aleeta, dizoom berulang kali. Hhm, adik ku ini terlalu berlebihan.

"Calon kakak ipar lo, Dek."

"Dih ngarep!" ejeknya, "siapapun kakak ustadzah ini, pokoknya Nay mau ngaji sama dia!"

"Emang lo kesambet apa sih minta pengen ngaji begini?"

"Aha! Karena cowok yang aku suka pandai mengaji, Bang. Kalau aku bisa ngaji pasti dia bakal suka sama aku." jawabnya seraya menaik-turunkan alisnya.

Astaga anak ini, berbeda sekali dengan abangnya, aku yang selalu dikejar-kejar kaum hawa sedangkan dia yang mengejar-ngejar kaum adam.

"Hhmm... dasar genit!" kulihat dia nyengir kuda.

***

Sesuai janjiku pada Naysila semalam, aku akan meminta Aleeta mengajarkannya mengaji, aku memang bertindak cepat karena aku bukanlah orang yang suka menunda waktu dan Aleeta juga, aku yakin, diriku akan segera mungkin memiliki dia.

Mataku mulai menemukan pandangan favoritnya--Aleeta--yang tengah berjalan menunduk. Sungguh... hari ini dia begitu cantik memakai gamis katun berpadu dengan jilbab panjang berwarna senada dengan gamisnya,

Bidadari nyasar ini mah.

Segera saja aku melangkah menghampirinya dan menyapanya, "Pagi Aleeta?" dia sedikit kaget.

"Waalaikumussalam," jawabnya kemudian, Aduuuhh ... aku lupa!

"Sorry, Assalamualaikum Aleeta." Ulangku.

"Waalaikumussalam, Kak."

"Bisa kita berbicara sebentar?"

"Bicara aja Kak. kalau mau bicara."

"Hhm, ini tengah jalan Al. Bisa kita ke taman?"

"Kalau begitu tunggu temanku datang agar kita enggak cuma berdua," jawabnya lagi. Begini kah menghadapi perempuan sholiha? Terkadang ia membuatku sedikit kesal, entahlah.

"Teman lo--sorry temanmu jam berapa datangnya?" tanyaku, kesabaranku sedikit tergoyahkan.

"Mungkin sebentar lagi, aku ke kelas dulu Kak. Assalamualaikum," ucapnya hendak melangkahkan kaki. Buru-buru kutahan dan mengatakan bahwa aku tidak punya waktu lama.

"Maksud kakak? kalau enggak ada waktu lama, tafadhol ... bicara aja sekarang." nada bicara Aleeta mendesak, mungkin ia juga kesal. Sabodo lah.

"Hhm, prodi kamu, pendidikan agama islam, 'kan?" tanyaku dan dia mengangguk, "Otomatis kamu bisa mengaji, 'kan?"

Dia melirikku lagi meski sekilas, "Adikku menangis minta dicarikan guru ngaji, kalau kamu bersedia dia akan senang." Jelasku

"Memang enggak ada guru ngaji yang lebih afdhol?? ustadzah di luar sana banyak dan lebih baik dariku, aku bisa mengaji tapi aku masih belajar."

Apakah ini artinya penolakan? Oh tidak bisa, aku benci penolakan.

"Gini, aku juga sudah maksa dia tapi dia menangis sejadi-jadinya biar kamu jadi ustadzahnya, dia enggak mau ustadzah lain. Dia menyukaimu," kataku dengan nada lirih yang kubuat-buat, "Aleeta aku mohon, bantu Adikku."

Aleeta masih setia dengan aktivitas favoritnya---diam---lalu dia menjawab, "InsyaAllah ... aku permisi Kak. Assalamualaikum," dia benar-benar sudah melangkah menjauh.

Aku berdecak sebal, gadis ini ... Kalau aku tak menyukaimu sudah kusingkirkan dari dunia ini!!!! enggak ding, bercanda.

"Pagi my handsome!!" Oh my god, aku yakin dia pasti perempuan psikopat itu.

Dan benar saja dialah orangnya, gadis dengan jilbab jipon-nya, memakai rok namun ketat dibagian bokong, kemejanya pun ketat berbeda beribu-ribu kilometer dengan Aleeta.

"Males gue liat muka lo!"

"Habibi... status kita masih pacaran jangan lupa itu!"

Ya, kami memang pernah berpacaran, tapi itu dulu jaman SMA, tapi sekarang bagiku kami sudah menjadi mantan! dan sayangnya gadis gila ini tidak pernah mau menerima kata putus dariku.

"Oke, sekarang aku akan memperjelaskan lagi hubungan kita---" dia segera memotong dan berteriak , "Stoooooppp... pokoknya kita masih pacaran!" Dia berlari cepat meninggalkanku.

Dasar jelangkung! Datang tak diundang pulang tak diantar.


***

Tbc

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh teman-teman...
Terimakasih sudah bersedia baca cerita khayalan ku yang absurd ini=D

Jazakumullah khoir...

Anjeni Meis
27 Juli 2017

Raani & Aleeta ✔(TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang