Part 55

5K 209 2
                                    

Author POV

Devan sampai di salah satu toko bunga terkenal di Jakarta. Bunga yang ia lihat sangat lah indah dan unik, sampai ia bingung harus memilih yang mana. Ia pun terpaku sama salah satu bunga yang tertutup oleh bunga lain karena letak nya ditengah-tengah dan hanya memiliki satu tangkai saja. Devan mengambil bunga tersebut. Masih segar dan mekar. Warna nya pun masih pekat tidak pudar dan layu. Black rose. Itu lah bunga yang ia pegang saat ini. Devan menghampiri sang penjaga toko bunga untuk menanyakan adakah stok lagi untuk bunga yang sejenis.

"Mbak, saya mau bunga ini dirangkai sebuket ya mbak." pinta Devan kepada penjaga toko tersebut

"Bentar ya mas, saya liat dulu."  Devan mengangguk sebagai respon nya.

"Oh, maaf mas stok black rose nya lagi kosong. Sisa satu tangkai aja mas. Jadi gimana?" tanya pelayan tersebut sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Yah, gak ada lagi ya mbak?" tanya Devan dan pelayan pun menggeleng dengan tersenyum ramah.

"Yaudah deh mbak, bunga ini sama bunga lain aja mbak campur sebuket ya mbak." pinta Devan kepada sang pelayan.

Pelayan yang memakai seragam berwarna pink pun mengangguk tersenyum lalu masuk ke dalam ruangan yang Devan sendiri tak tahu ruangan apa. Sembari menunggu, Devan duduk di kursi tunggu sambil memikirkan bagaimana caranya ia memberi bunga ini. Apakah secara langsung? Atau lewat perantara? Kalau langsung dan Yasmin gak mau gimana? Kalau lewat perantara, dia bilang 'kenapa gak langsung?' gimana? Sungguh rumit rencananya.

Pelayan itu kembali dengan bunga cantik yang ada di tangan nya. Ya, bunga itu berbentuk hati dengan black rose adalah ditengah-tengahnya. Devan menghirup dalam-dalam harum bunga itu, lalu ia tersenyum berharap semuanya akan baik-baik saja. Setelah ia menyelesaikan administrasi lalu ia meninggalkan toko bunga tersebut dan pulang kerumah.

*****

Tok tok tok

"Siapa?" teriak Aldi dari dalam kamar.

"Gue." jawab Devan. Aldi berdecak dan memutarkan bola matanya malas.

"Masuk." jawab Aldi singkat sambil terus memainkan ps nya yang sempat tertunda.

Ceklek.

Devan masuk kedalam kamar yang benar-benar sangat jarang ia kunjungi. Mengetahui hubungan nya dengan Aldi yang terbilang tidak akur dan sekarang berjauhan.

"Ada apa?" tanya Aldi dengan nada juteknya.

"Entar dulu ngapa, gue napas aja belom." Devan kini sudah tiduran di kasur empuk milik adik nya.

Sudah berapa lama ya ia tidak mengobrol dengan adiknya? Devan tersenyum miris. Harus nya ia tidak seperti ini. Harusnya mama tidak terlalu memihak nya yang bisa membuat Aldi iri. Terdengar suara helaan nafas berat dari mulut adiknya. Mungkin ia tidak suka ada Devan yang berlama-lama di ruangan privasinya. Aldi merasa risih saat kedatangan kakak nya ke dalam kamar. Itu semakin membuat nya bosan.

"Tumben lo gak keluar?" tanya Aldi yang sangat ingin kakak nya segera keluar dari kamarnya.

"Insaf." jawab Devan yang membuat Aldi tersenyum geli.
Devan tidak bisa melihat itu, karena posisi Aldi yang membelakangi Devan.

"Jadi, gue kesini. Hm, ajarin gue mesen barang online dong." pinta Devan dengan cengiran khasnya yang sudah duduk di samping Aldi.

Aldi mengerutkan alis tebalnya. Bagaimana bisa hal sepele seperti itu seorang Devan tidak bisa? Aldi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sesekali berdecak heran.

2FAB 4YOU (COMPLETED)Where stories live. Discover now