Part 42

4.5K 204 9
                                    

Author POV

Tak terasa mereka habiskan waktu hingga jam sepuluh malam. Sudah merasa cukup akan bersenang-senang, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kerumah. Masih seperti biasa Yasmin selalu mengecek hp nya apakah ada kabar dari Devan atau tidak. Dan nyatanya adalah tidak. Berjam-jam Yasmin menunggu dengan gelisahnya. Tapi Yasmin selalu yakin bahwa Devan pasti baik-baik saja, mencoba untuk tidak negative thinking namun lagi dan lagi nyata nya tidak seperti itu.

Yasmin mematikan lampu kamar nya dan berniat untuk langsung tidur. Detik, menuju menit sampai berganti jam terus begitu, Yasmin memandangi layar handphone nya yang tidak menemukan tanda-tanda notifikasi dari Devan. Tepat pukul duabelas malam, Yasmin cukup lelah untuk menunggu sedangkan matanya kini sudah tak kuasa menahan rasa kantuk yang sedari tadi menerjang nya.

Gelap. Tertutup sempurna sudah mata Yasmin, kini ia sudah tertidur pulas, dengan harapan semoga dipagi nanti Devan akan mengabari nya tanpa harus di spamchat terlebih dahulu. Bisa kalian bayangkan Yasmin spamchat Devan hingga 193ur. Gila kan?

*****

"Ma! Yasmin berangkat dulu yaa!" pamit Yasmin dengan mulut yang penuh dengan roti.

"Iyaa nak, kamu berangkat sama siapa?"  tanya Rissa sambil mengoleskan selai ke roti. Yasmin tersentak, bagaimana ia bisa lupa. Ia mau berangkat dengan siapa kalau devan saja yang biasanya menjemputnya tidak ada kabar sampe pagi ini.

"Aduh! Iya ma lupa, papa udah berangkat belum? Aku bareng papa aja deh." yang tadinya Yasmin hendak keluar rumah tiba-tiba langkah nya terhenti saat ingat jikalau ia sekarang berangkat dengan siapa.

"Papa udah berangkat nak daritadi, sebelum kamu bangun. Papa mu itu ada meeting mendadak." jelas Rissa yang sudah selesai mengoles selai pada roti.

"Yah kalo kak Raka manaa?" kesal Yasmin

"Masih ngebo kayak nya." jawab Rissa sekenanya.

"Yah jadi gimana dong mah?"

"Ko kamu ribet banget sih nak, kamu gak sama Devan? Kalo engga tinggal naik motor sendiri aja kenapa sih ah."

"Engga ah, gamauu."

"Ojek online."  jawab Rissa asal karna sudah terlanjur kesal.

"Oh iyaa bener makasih mama kuu." mata Yasmin melebar senang, kenapa tidak sedari tadi ia memikirkan itu. Dengan lari marathon dadakan, Yasmin berhambur ke pelukan ibunya sambil morning kiss nya.

"Ck, aduh ah cium-cium udah sana berangkatt ini udah jam 6.45 nak." risih Rissa.

"Aduh iyaya" Yasmin ingin mengambil handphone yang biasanya ia taruh di saku rok nya. Namun hasilnya nihil.
"Loh maa, handphone Yasmin manaa??" Yasmin menggeledah kantung saku sampe tas nya namun tidak ada. Sampai akhirnya ia ingat bahwa handphone nya masih di kamar tepat di kasur nya.
"Yaampuun! Masih dikasurr! Syalan! Telat udah gini sihh." keluh Yasmin saat ingat dimana handphone nya, dan lagi Yasmin harus menaiki anak tangga yang lebar dan tinggi. Belum lagi ia harus kembali turun. Sungguh Yasmin menyesali meminta kepada orangtuanya untuk mempunyai kamar dilantai atas.

*****

Enam lebih lima puluh tujuh menit Yasmin baru sampai didepan sekolahnya. Walaupun waktu masih tersisa tiga menit, tetapi gerbang sudah dulu ditutup dan dikunci. Kelarr sudah hidup Yasmin kalau seperti ini. Sebenarnya banyak juga kelas lain yang telat, tetapi mereka harus menjalankan hukuman. Tidak berat sih hanya membaca buku di perpustakaan lalu membuat kesimpulannya.

Sayang nya Yasmin tipikal orang yang tidak suka membaca. Menurutnya itu sangat membosankan, membaca sampai beratus-ratus halaman dan yang dilihat hanyalah sebuah tulisan hitam dengan ukuran font yang sama dan tulisan yang sama. Tidak ada menariknya. Akhirnya dengan nekat Yasmin pergi ke halaman belakang sekolah untuk memanjat pagar yang sebenarnya cukup tinggi namun karena ada bantuan tangga yang biasanya anak-anak bolos pakai.

Sukses. Yasmin sudah berhasil memanjat tembok sekolah dan sekarang ia berada di atas puncak tembok tersebut,  dan yang jadi pertanyaan nya adalah bagaimana ia bisa turun jika tembok nya setinggi ini? Yasmin menghembuskan nafas nya perlahan, kini terasa desiran jantung nya yang mulai berdegub kencang. Biasanya kalau Yasmin terlambat tidak pernah sendirian, pasti ditemani. Dan pasti itu Devan dan hanya Devan. Jika seperti ini biasanya Devan lebih dulu lompat ke bawah dan membantu Yasmin untuk turun dengan cara menengadahkan tangan nya.

Tetapi kali ini sepertinya tidak. Yasmin harus berjuang sendiri dengan cara sendiri walaupun tidak menemukan celah-celah cara untuk turun.

"Aduh ya, gue turun nya gimana?" tanya Yasmin pada diri sendiri. "Gapapa dah, bismillah aja." entah mengapa disaat seperti ini Yasmin malah membaca doa makan. Yasmin menutup matanya lalu dalam hitungan ketiga siap untuk melompat.

1

2

3

Brukkk!

"Adoh! Sakittt gilaa! berdarah kaga ya?" heboh Yasmin saat mendarat ditanah dengan posisi yang salah. Yasmin mengecek apakah ada yang berdarah atau tidak. "Oh engga, engga, gak berdarah sih alhamdulillah. Baru inget gue kalo keturunan wonderwoman." jawab Yasmin pada diri sendiri. Yasmin bangkit dan membersihkan tanah di rok nya. "Udah ah cabs, gue mau tanding congklak sama blackwidow." seru nya Yasmin hingga tak menyadari bahwa sedari tadi dibalik tembok ada seseorang yang memperhatikan dengan senyum geli nya.

"Telat ya? Lagian suruh siapa telat, nekat banget sih lo pake manjat tembok segala. Udah tau cewek, apa salahnya sih tinggal baca buku diperpus terus disimpulin? Pake manjat-manjat segala, untung selamet kalau engga? Eh tapi gapapa sih gue suka sikap lo yang nekat. Lebih menantang. Makin buat  gue pengen cepet-cepet milikin lo." jelas orang tersebut dengan tangan yang bersedekap di dada sambil mengapit rokok nya di sela-sela jari tengah dan telunjuk.

Yasmin tersentak melihat kehadiran orang tersebut. "Loh?" tunjuk Yasmin kaget kepada orang yang sibuk menghisap rokok lalu mengebulkan asapnya ke udara. Otomatis Yasmin menutup hidung nya dan mengipaskan tangan nya ke udara agar asap itu hilang. Yasmin tidak suka asap rokok. "Kenapa? Kaget gue disini? Udah gak usah dipikirin."  lelaki itu kini menatap Yasmin lalu membuang rokok nya yang sedikit lagi habis.

"Oke." Yasmin mengangguk-angguk kepalanya dan hendak meninggalkan orang tersebut dan masuk ke kelas, namun tangan nya ditahan dengan pelan bersamaan dengan diinjaknya rokok yang baru saja ia buang.

"Tunggu."










*****
-dian
Vomment

👇👇
🌟🌟🌟

2FAB 4YOU (COMPLETED)Where stories live. Discover now