Part 39

4.6K 206 4
                                    

Author POV

Mendengar Farhan memanggil Sinka, Yasmin langsung tersentak dan menatap tajam Farhan yang malah memasang senyum kemenangan. Yasmin langsung menyambar coklat yang ada ditangan Farhan sebelum Farhan mengasih nya ke Sinka. "Eh? Kok lo malah ngambil sih?" tanya Farhan heran namun sudah mengerti apa maksudnya. "Apaan sih lo manggil-manggil Sinka segala." sungut Yasmin dengan muka cemberut sambil menyembunyikan coklat nya yang dapat ia raih di belakang punggung nya. "Lah kan tadi kata lo terserah siapa aja. Yaudah itu coklat mau gue kasih ke Sinka. Buru siniiin coklat nyaa yas." Farhan meminta kembali coklat nya padahal ia tahu apa jawaban dari Yasmin.
Yasmin menggelengkan kepalanya sambil tangan nya yang semakin erat memegang coklat nya seakan-akan takut di curi. Sinka kini sudah ada dihadapan meja mereka. Yasmin memadang muka sinka dengan jengah. "Eh Sinka. Haii. Tadi dipanggil Farhan ya? Itu masa si Farhan minta tolong pesenin nasi goreng coba. Lo bisa pangpesenin ga? Satu aja buat Farhan." samber Yasmin dahulu sebelum Farhan berbicara. Farhan menatap Yasmin kesal, jujur ia makin dibuat tidak enak dengan Sinka. "Oh gitu ya? Emang bener han? Kenapa ga mesen sendiri aja? Atau ga manggil bi Siti nya aja kesini. Kenapa mesti aku?" tanya Sinka tak kira-kira.

Yasmin semakin dibuat malas dengan semua pertanyaan Sinka yang tidak penting. "Iya bener kan han? Farhan ga bisa mesen abisan dia lagi sakit perut kasian. Ya awalnya sih gue aja yang mesen, tapi dia mau nya dibawain sama lo. Katanya sih lebih special. Nah kenapa ga manggil bi Siti aja? Ya karna lo bisa liat sendiri kan betapa sibuk nya bi Siti sama pesenan yang lain? Kalo gue suruh bi Siti kesini kan ga enak jadinya." jelas Yasmin dalam satu tarikan nafas. "Ko kamu yang jawab? Kan aku nanya nya ke farhan." kini Sinka sudah mulai sedikit berani menantang Yasmin.

Tapi ya mungkin Sinka tidak ada salah nya juga. Yasmin tersentak mendengar penuturan yang keluar dari bibir Sinka. "Loh orang Farhan nya aja biasa aja ko. Udah deh kalo lo gamau yaudah gapapa. Beres kan? Ribet banget sih hidup lo." sulut Yasmin yang sudah berdiri dari duduk nya dan menatap Sinka dengan amarahnya. "Emang gamau, kan itu kamu yang nyuruh bukan Farhan!" Sinka sudah menaikan dagu nya dan menatap nyalang Yasmin. Yasmin melongo melihat Sinka tiba-tiba berubah nyalang seperti ini. Namun raut muka Yasmin kembali seperti semula.

"Ck, bodoamat lah ya nerd. Mending lo cabut deh gue bosen liat muka lo." ujar Yasmin dengan muka datar nya. Yasmin kembali duduk, dan menatap Farhan tanpa ekspresi. Dan aneh nya Sinka tidak pergi juga dari hadapan nya. Sinka masih setia berdiri entah kenapa. "Wah, nerd lo mancing emosi gue nih lama-lama." Yasmin memutarkan bola matanya sebal. Sinka masih dalam keadaan semula tanpa ada pergerakan sekalipun. "Aku gak akan pergi sebelum Farhan yang nyuruh aku pergi." ujar Sinka sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Dih apa sih gak jelad banget lo! Gak jelad pake d!" ujar Yasmin dengan wajah yang sudah merah padam. Sedangkan Sinka hanya acuh sambil menaikan bahu nya. "Sabar yas sabar, mood gue makin down yang ada." Yasmin mengelus dadanya dengan helaan nafas lelah sambil sesekali menatap tajam Farhan yang senyum-senyum tidak jelas. Mungkin Farhan yang mengerti langsung menyuruh Sinka pergi secara halus. "Udah pergi kan? It so easy beb." ucap Farhan kembali memainkan gitarnya sambil menatap wajah Yasmin yang kesal.

"Udah sana makan coklat nya, ntar gue laguin sambil main gitar. Mau request lagu apa?." tanya Farhan yang sudah siap dengan posisi gitar dipangkuannya. "Oke setuju, resah? tau ga?" tanya Yasmin sambil menggigit coklat nya. "Tau, tapi itu terlalu melow gak sih?" tanya Farhan sedikit tidak setuju. "Um, iya sih yaudah angin pujaan hujan aja tau ga? gue suka instrumen nya, jangan-jangan lo gabisa?." canda Yasmin. "Wah nantangin ya nih anak, gitu doang sih selepe boyy." ujar Farhan sambil membenarkan posisi duduk nya dan berdeham lalu memulai instrumen awal lagu. Yasmin menikmati alunan gitar yang dimainkan Farhan sesekali mengoceh tidak jelas dan tidak lupa memakan coklat nya.

Tidak sadar sedari tadi ada yang memperhatikan mereka berdua sambil meremas botol coca cola yang masih penuh belum diminum sedikitpun. Tidak bisa menahan rasa kesalnya akhirnya ia bangun dari duduk nya dan meninggalkan minuman dengan cara melemparnya sembarang arah. Kalut. Kacau. Kecewa. Kesal. Sedih. Rindu. Semua yang dirasakan Devan kali ini, ntah bagaimana ia mengatasi masalahnya. Jujur ia sangat rindu akan kekasihnya, ingin rasanya merengkuh tubuh mungil nya. Berbagi kehangatan.

Bruk!

Tanpa melihat jalan ternyata Devan menabrak seseorang yang tidak tahu siapa. Devan hanya menatap sekilas, tanpa mengucapkan maaf dan pergi berlalu. "Dev! Tunggu!" panggil Aldino. Sebenarnya Sevan sangat hafal siapa yang empunya suara tersebut, tapi ia tetap tidak menoleh dan melanjutkan jalan nya, bahkan lebih cepat. Aldino menyadari itu hanya terkekeh, dan berlari mengejar Devan.

'Damn it! ' batin Devan

"Apaa? Lo mau nanya gue kenapa kaya gini? Sorry gue sibuk gada waktu. Ohh... atau lo mau gebukin gue gara-gara tadi gue gak sengaja nabrak lo? Oke, sorry buat yang tadi. Udah kan? Yaudah minggir." ujar Devan malas. Aldino bergeming ditempat. Tidak mempersilahkan Devan buat pergi, sudah cukup baginya. Aldino masih menahan Devan dan menghalangi jalannya.
"Heh! Minggir tolol!" Devan menepis tangan Aldino namun Aldino sudah dulu menonjok perut Devan. Karna Devan dalam keadaan belum siap akhirnya ia terdorong kebelakang dan sedikit membuatnya lemas. "Ikut gue!" Aldino mencengkram tangan Devan keras lalu membawa nya ke rooftop sekolah.











*****
Tjieee up lagi gan
Diingetin lagi yaaa kudu vomment
Okee?
Maatiww 💋💋
👇👇
🌟🌟🌟

2FAB 4YOU (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang