Part 21

6.6K 292 2
                                    

Author POV

Sesampainya di rumah, Devan yakin ia pasti akan di tanyai oleh kedua orangtua nya. Dan...

"Devan? Kok kamu pulang?"

"Um,... Aduh ma perut Devan sakit banget nih. Makanya pulang." jawab Devan dengan alasan klasik dan sedikit pura-pura meringis kesakitan.

"Gak bohong kan kamu dev?"
Ujar Klarisa meyakinkan sembari memicingkan mata ke putra nya.

"Ya ampun ma, gak kok."

"Ya sudah sini mama bantu. Nanti mama balurin perut kamu."

Klarisa berjalan beriringan dengan Devan. Baru dua anak tangga di naiki telihat Aldi sedang berlari menuruni tangga dengan terburu-buru. Terlihat penampilan Aldi yang tidak rapih. Dasi yang longgar, rompi seragam yang masih menggantung di bahunya, dan rambut yang acak-acakan seperti belum di sisir. Namun itu semua tidak mengurangi kegantengan nya. Mungkin kata sebagian cewek itu akan menambah ke gantengan nya.

Mata Aldi tersentak saat melihat pemandangan di hadapannya.

'Selalu begini' batin Aldi

Aldi berniat untuk meninggalkan mereka berdua dan melewati nya tapi ditahan oleh tangan Klarisa. "Kamu masuk jam berapa?" tanya Klarisa yang masih senantiasa merangkul bahu Devan. Aldi terus memandangi tangan nya yang masih di pegang Klarisa. Jadi tangan satu merangkul Devan, tangan satunya lagi memegang Aldi.

'Tumben nanya, biasanya masa bodo'

Aldi merutuki kebodohan nya karena diam terlalu lama. Ia menatap sejenak jam tangan nya yang sudah menunjukan pukul setengah sebelas. Jika kalian bertanya-tanya mengapa masuk siang, jawabannya karna kelas Aldi sedang di renovasi. Maka dari itu Aldi mempunyai kesempatan banyak untuk tidur lebih lama. Sebelum menjawab pertanyaan mama nya, Aldi menarik nafas terlebih dahulu. "Jam sepuluh."  akhirnya Aldi menjawab singkat. Terlihat Klarisa menggeleng-gelengkan kepala nya. "Sekarang jam berapa Aldi?"

"Setengah sebelas"

"Itu artinya?"

"Ck!"

Aldi tak menanggapi pertanyaan mama nya. Ia memutuskan melanjutkan jalan nya dari pada menanggapi nya sama saja membuang-buang waktu. "Aldi!" kini yang memanggil adalah Devan. Yang dipanggil pun menoleh sambil mengernyit kan dahinya tak mengerti. "Ko tumben berangkat jam segini?"

Tapi kini Aldi tak menjawab nya dan langsung kembali berlari menuju motornya yang terparkir di depan. Tiba-tiba saja ada yang menabrak Aldi hingga membuat orang tersebut jatuh oleng.

Bruk!

"Aduh! Aw!" Yasmin meringis saat pantat nya menyentuh lantai marmer dengan sempurna.

"Ck! Sial banget sih gue hari ini."

"Loh lo ko diem aja sih! Bantuin kek!"

Aldi mengulurkan tangannya ke arah Yasmin berniat ingin membantu, tapi langsung di tepis kasar oleh Yasmin.

"Gausah! Gue bisa sendiri." Yasmin beranjak berdiri dengan tangan yang masih sibuk merapikan bajunya."Dasar cewek!" Aldi dibuat bingung akan sikap Yasmin. Aldi melihat penampilan yasmin yang terbilang berantakan tapi cantik. Aldi menggeleng-geleng kepala nya sambil berlalu. Tapi Yasmin lebih dulu menahan tangan Aldi. "Btw lo siapa nya Devan?"

Aldi melengkungkan alis nya tidak mengerti. Ia semakin jengah dengan sikap perempuan aneh yang ada di hadapannya. "Um, maksud gue. Ekhem, kenalin gue pacarnya Devan. Lo bisa panggil gue Yasmin." Yasmin berdeham sebentar lalu menyodorkan tangan nya ke arah Aldi. Namun Aldi hanya menatap sekilas tangan Yasmin lalu meninggalkan Yasmin dengan mulut yang ternganga tidak menyangka.

"Ish! Dasar aneh!" teriak Yasmin kepada Aldi yang sedang memakai helm diatas motor ninja hitamnya. Aldi sempat menoleh ke arah Yasmin dan melihat bibir nya mencebik dengan wajah nya yang kesal akan sikap Aldi. Diam-diam Aldi terkekeh geli dalam hati. Sedangkan Yasmin menarik tangannya kembali sambil menghentakkan kaki nya melangkah masuk ke dalam rumah Devan.

'Cewek aneh' batin Aldi.

***

Yasmin sudah menemui ART disini. Katanya boleh langsung naik saja ke atas, kamar Devan. Tanpa pikir panjang Yasmin langsung melangkahkan kaki nya ke atas. Yasmin yakin jika ini adalah kamar Devan. Karena ia tau jika Devan memiliki sifat yang sederhana.
Yasmin mengetuk pintu kamar di hadapannya. Tok! Tok! Tok!. Namun tak ada jawaban dari dalam kamar. Melihat pintu tersebut tidak dikunci, Yasmin membuka pintu kamar dengan motif klasik dari kayu jati. Yasmin melangkah mengendap-endap masuk. Tapi tidak ada seorang pun di dalam sana.

Sebut saja Yasmin tidak sopan. Ya, memang benar adanya. Karena saat ini Yasmin malah melangkah ke arah poster yang terpajang di tembok yang berwallpaper bola basket. Poster itu adalah Michael Jordan bersama Kobe Bryant. Yasmin bingung karena ia tahu jika Devan tidak suka basket, bermain basket saja tidak bisa.

Karena rasa penasaran nya muncul, Yasmin melangkah pasti ke arah nakas di samping tempat tidur. Yasmin mengambil pigura berukuran sedang yang terpampang foto cowok seorang diri sambil memegang bola basket di pelukannya, dan tak lupa dengan medali emas yang mengalung sempurna di leher cowok itu. Sangat cocok dipakai nya.

Seperti tak asing dengan wajah orang tersebut Yasmin mencoba untuk kembali mengingat-ingat. 'Ah! Gue inget, ini kan cowok pas gue nabrak diluar itu. Yang sok jual mahal. Gue yakin pasti itu orang nya!'  mimik muka Yasmin berubah menjadi kesal akan kejadian tadi.

Perhatian nya kemudian teralihkan dengan bola basket yang berada di bawah kolong nakas tersebut. Karena tangan nya tak kuasa ingin memainkannya, akhirnya ia menaruh bunga yang sedari tadi ia peluk di atas kasur yang entah punya siapa. Yasmin mengambil bola basket dan sesekali memantulkan ke bawah dengan lihai. Tetapi gerakan nya terhenti saat mendengar sahutan seorang cowok dengan ketus. Spontan Yasmin menengok ke arah sumber suara dan bola basket yang ada di tangan nya terjatuh karena terkejutnya bukan main. Mata Yasmin membelalak tidak percaya bahwa ini adalah kamar cowok dingin itu. Kenapa Yasmin begitu yakin kalo ini adalah kamar pacarnya?

"Lo?! Ngapain di kamar gue?!."
Ujar cowok itu sarkas dengan menatap Yasmin tajam.






***
Sorry kalo masih gak nyambung ini first story soalnya😁.
Vomment please🙏
👇👇👇👇

2FAB 4YOU (COMPLETED)Where stories live. Discover now