SEMBILAN BELAS

Começar do início
                                    

"J-jadi, bunga ini darimu?"

Sehun mengangguk. "Kau suka?"

"Eh, i-iya," jawab Lalisa gugup.

"Jangan gugup seperti itu, aku ini suamimu. Bersikaplah biasa saja." Sehun mencubit pelan kedua pipi Lalisa sambil terkekeh geli.

Lalisa terdiam, bunga dari Sehun ia pegang erat-erat. Sementara Sehun di hadapannya masih tertawa geli.

"S-sehun sudah. Lepaskan tanganmu dari pipiku," omel Lalisa.

Sehun melepaskan cubitannya dan tersenyum pada Lalisa.

"Kenapa? Perlakuanku membuatmu terbang? Jantungmu berdetak lebih cepat dari biasanya? Apa kau sudah jatuh cinta padaku sekarang?"

Sehun memberondong Lalisa dengan beberapa pertanyaan sekaligus. Lalisa terhenyak, pertanyaan seperti itu membuatnya tegang.

"Tidak usah menjawabnya sekarang, kau boleh menjawabnya saat kau siap. Bukankah aku pernah bilang begitu?" Sehun menangkup pipi Lalisa dengan tangan kanannya.

"Eh, i-iya."

Sehun tertawa geli, kemudian menarik tubuh Lalisa untuk duduk berdampingan dengannya di sofa. Lalisa menyimpan bunga pemberian Sehun di atas meja.

"S-sehun," panggil Lalisa dengan suara pelan.

"Hm?" Sehun menoleh dan menatap Lalisa intens.

"T-terima kasih untuk bunganya," cicit Lalisa.

"Sama-sama. Oh ya, saat kemarin kau pulang terlambat, temanmu juga ada yang sakit 'kan?" tanya Sehun.

Lalisa mengangguk membenarkan.

"Tiba-tiba saja dia kesakitan saat sedang di kafe bersamaku, jadi aku langsung membawanya ke rumah sakit," jelas Lalisa.

Sehun ber-oh ria. "Memangnya, siapa nama temanmu itu?"

"Jennie."

Sehun terhenyak mendengar jawaban dari Lalisa, matanya membulat sempurna.

"J-jennie? Nama temanmu Jennie?" tanya Sehun memastikan.

"Iya." Lalisa mengangguk. "Memangnya kenapa?"

Sehun mengusap wajahnya gusar, kemungkinan Lalisa mengetahui hubungannya dengan Jennie semakin besar, juga sebaliknya. Pikirannya kembali pusing saat kembali memikirkan perkataan Kai saat di rumah sakit tadi.

"Sehun, kau kenapa?" tanya Lalisa cemas.

Sehun tersenyum. "Tidak apa-apa, kau khawatir padaku, ya?" goda Sehun.

Kedua mata Lalisa membulat, lalu menepuk lengan Sehun dengan keras.

"Tidak, siapa juga yang khawatir denganmu," elak Lalisa.

Lalisa mengalihkan pandangannya ke arah lain, asal jangan melihat ke arah Sehun. Sehun tertawa geli, selalu menyenangkan jika menggoda Lalisa seperti ini. Sejenak pikirannya teralihkan karena melihat seseorang yang dicintainya merajuk lucu seperti ini karenanya.

"Lisa," panggil Sehun.

"Apa?!" ketus Lalisa.

"Jangan marah seperti itu, kau makin jelek saja jika marah," ejek Sehun.

Sontak Lalisa mencubit lengan Sehun dengan sekuat tenaga, Sehun mengaduh kesakitan karena cubitan Lalisa yang sangat keras. Pantas jika ia mendapat julukan 'singa betina' dari Sehun.

"Aish, ini sangat sakit Lisa, dasar singa betina," maki Sehun.

"Hah!? Apa!?"

"Hehe, tidak chagiya, aku hanya bercanda."

SeLisa [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora