16 ● First Mission #1

Mulai dari awal
                                    

Aku adalah istri Baekhyun, dan selamanya akan tetap seperti itu.

"Tidak, kurasa rencana Suho memang tepat. Kita tidak perlu menggunakan banyak waktu dan tenaga jika dibagi menjadi tiga kelompok. Toh, dengan begini kita bisa cepat kembali ke Korea." Kali ini Baekhyun mengeluarkan argumennya dan aku hanya bisa terdiam, mereka pasti tidak berniat mendengar pemikiranku.

Suho mengangkat alis kirinya. "Apakah kau cemburu karena Baekhyun akan pergi bersama gadis lain?"

Yejin mendengus, "Aku hanya tidak suka melihat calon suamiku lebih sering bekerja dengan wanita lain. Apa yang akan dikatakan orang-orang nanti?"

"Aku hanya bekerja dengannya. Kau seharusnya bisa membedakan antara urusan pekerjaan dan pribadi, Yejin," bela Baekhyun cepat.

Demi apapun, apa dia berniat meyakinkan gadis itu perihal kesetiaannya? Astaga, aku benar-benar muak mendengarnya. Apakah dia tidak tahu kalau istrinya sedang sakit hati di sini?

Suho terkekeh. "Aku yakin asistenku tidak berniat menggoda bosnya sendiri. Apalagi kalian akan menikah. Bukankah begitu, Hailey?"

Aku terhenyak selama beberapa saat. Semua mata di ruangan tertuju ke arahku yang mau tak mau akhirnya mendorong kepalaku untuk mengangguk. "Ya, tentu saja. Saya tidak mungkin menggoda atasan saya sendiri," kataku, "lagipula, saya sudah memiliki seseorang yang special," lanjutku untuk mempertegas argumen.

Suho menopang kepalanya dengan kedua lengan di sofa. "See, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sekarang kalian bisa bersiap-siap, kita akan segera sampai di Jepang dan kita harus langsung berpencar dengan tim masing-masing."

Kami mengangguk bersamaan, kemudian bangkit dan mempersiapkan diri. Rupanya benar, tidak membutuhkan waktu lama, kami sudah sampai di Jepang. Enam buah mobil nampaknya sudah menunggu kehadiran kami. Tiga untuk kami gunakan dan tiga lainnya yang akan ditumpangi oleh bodyguard Suho yang telah dibagi menjadi tiga tim pula.

Mingyu? Lelaki itu tidak menggunakan mobil yang sama dengan kami, dia memiliki mobilnya sendiri dan akan pergi entah ke mana. Meskipun begitu, gerak-gerik Mingyu tetap akan dipantau oleh Suho, mengingat banyaknya musuh yang mengintai keselamatan anggota keluarganya.

Aku berada dalam mobil yang sama dengan Baekhyun. Meski tadi sempat ada sedikit drama mengesalkan antara Yejin dan Baekhyun, di mana Yejin terus-terusan mengatakan pada Baekhyun agar tidak bermain mata dengan gadis lain ataupun mendekatinya.

Ugh, rasanya aku ingin mual melihat betapa menggelikannya Yejin. Aku bahkan tak pernah bersikap seperti itu pada Baekhyun dulu.

Kami tiba di sebuah hotel mewah yang berada di pusat kota Tokyo. Baekhyun membuka kaca mobilnya. "Ini adalah salah satu hotel milik Suho, kita akan tinggal di sini untuk sementara waktu," jelasnya tanpa memalingkan wajah ke arahku.

"Saya mengerti Tuan," balasku.

Begitu keluar dari mobil, kami disambut oleh beberapa staff hotel yang langsung memberikan welcome drink dan mengantar kami ke kamar. Kebetulan kamarku dan Baekhyun sama-sama berada di lantai sepuluh dan yang lebih membuatku senang adalah kamar kami bersebelahan.

Sebelum masuk ke kamar, Baekhyun menepuk pundakku dan bergumam, "Temui aku di lantai dua belas setelah ini, katakan namamu dan mereka akan mengantarmu ke tempatku."

"Baiklah Tuan, saya akan segera ke sana," jawabku cepat lalu segera masuk ke kamar dan menata pakaian juga beberapa kosmetik di atas meja.

Tanpa berganti pakaian dan hanya melepas jaket, aku segera pergi ke lantai dua belas untuk menemui Baekhyun. Aku tidak tahu apa yang akan kami lakukan di sana, tapi tidak membuang-buang waktu dan melakukan apa yang dia inginkan dengan cepat merupakan keuntungan bagiku. Selain aku bisa lebih cepat melihat wajahnya, dia juga tidak akan menyesal bekerja bersamaku.

Begitu keluar dari lift, dua orang staff hotel sudah berdiri di dekat dinding. Aku mendekati mereka dan langsung berkata seperti apa yang telah diterangkan Baekhyun tadi. "Aku Sofia Hailey dan Tuan Byun Baekhyun memintaku menemuinya di lantai dua belas," kataku.

Salah satu dari staff tersebut menjawab, "Saya akan mengantar anda ke tempat Tuan Byun," ucapnya lalu berjalan mendahuluiku.

Kami berjalan ke ujung kanan hotel, tepat di depan sebuah pintu, staff tersebut berhenti. "Tuan Byun sudah menunggu anda, nona."

Aku tersenyum simpul. "Thanks," ucapku.

Tanpa basa-basi, segera kubuka pintu tersebut. Berbeda dari apa yang kuduga sebelumnya. Rupanya pintu tersebut menghubungkan antara luar dan dalam hotel. Semula aku berpikir bahwa Baekhyun akan menungguku di dalam ruangan, rupanya tidak, ia sudah menunggu di luar hotel, tepat di lantai dua belas.

 Semula aku berpikir bahwa Baekhyun akan menungguku di dalam ruangan, rupanya tidak, ia sudah menunggu di luar hotel, tepat di lantai dua belas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia duduk di tangga batu, balutan turtleneck sweater bewarna hitam yang ia gunakan benar-benar cocok dengan bentuk tubuhnya. Baekhyun terlihat sangat tampan, benar-benar tampan. Pancaran kegagahannya membuatku tak bisa berkata-kata. Andai saja dia tidak melupakanku, mungkin sekarang aku sudah menciumnya tanpa ampun.

Ugh...

Kurasa aku benar-benar merindukannya.

Aku tak bisa mengingkari itu.

"Hailey, kau sudah datang?" tanya Baekhyun yang sedetik kemudian menengok dan mendapatiku berdiri di belakangnya.

Kutarik kedua ujung bibirku membentuk senyuman sempurna dan mengangguk. "Ya, Tuan. Saya baru saja datang."

Baekhyun bangkit, kedua telapak tangannya di masukkan ke saku celana. "Kalau begitu kita mulai saja sekarang."

Mulai?

Apa yang akan kami lakukan?

Otakku penuh pertanyaan, namun bibirku tetap diam. Baekhyun mengajakku berjalan ke sebuah ruangan kecil di luar sini. Terkesan seperti gudang atau garasi. Ada sebuah alat pengaman di dindingnya. Untuk membuka ruangan tersebut dibutuhkan password dan sidik jari Baekhyun.

Setelah menekan kodenya, perlahan pintu ruangan terbuka dan betapa terkejutnya aku melihat apa yang ada di dalam sana. Dari depan sampai belakang, atas sampai bawah, ruangan tersebut hanya diisi oleh berbagai macam senjata api, entah laras panjang ataupun pendek.

Mulutku otomatis membulat, tak menyangka di hotel semewah ini menyimpan barang yang begitu membahayakan.

Baekhyun melangkah masuk dan mengambil sebuah pistol, lalu mengarahkan ujungnya kepadaku dan menyipitkan salah satu matanya, seolah akan menembakku dengan pistol tersebut.

"Aku ingin kau belajar menggunakan senjata api. Kita tidak mungkin menjalankan misi tanpa membekalimu pengetahuan sedikitpun," jelasnya.

TO BE CONTINUED

OBLIVIATE - BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang