"Iya, mantan pacarmu itu," sahut Sehun dengan nada sinis di dalamnya.

Lalisa membulatkan mulutnya. "Oh, maksudmu Kai?"

"Jangan sebut namanya. Aku tidak suka."

Lalisa tertawa pelan, matanya menatap geli pada Sehun. Pria itu mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kau cemburu hah?" Lalisa tersenyum menggoda.

"Cih. Tidak, siapa juga yang cemburu padamu." Sehun memalingkan wajahnya.

"Eoh, masa iya kau tidak cemburu. Kau tadi kesal begitu."

Lalisa menoel-noel lengan kekar Sehun yang terbuka, dia hanya memakai kaos hitam tanpa lengan dan celana jeans selutut, serta topi di kepalanya.

"Hey, mengaku saja jika kau itu cemburu. Iya kan? Iya iya iya." Lalisa menarik turunkan alisnya.

Sehun menatap wanita di depannya. Wanita itu terlihat sangat menggemaskan saat ini, ingin rasanya Sehun mencubit pipinya.

Cukup memandangi wajah Lalisa yang kini tertawa geli, Sehun menangkap pergelangan tangan Lalisa.

"Eh." Lalisa terkesiap.

Sehun menatap lekat-lekat wajah Lalisa. "Kalau aku memang cemburu padanya lalu kenapa?"

Lalisa merasa gugup ditatap begitu intens oleh Sehun, mulutnya sulit berkata-kata saat ini.

"Hmm, euh i-itu berarti kau menyukaiku kan? Yah, sudah kuduga dari awal." Lalisa menyunggingkan senyum evil-nya, sambil mencoba meredam kegugupan yang melanda dirinya.

Sehun membalas senyuman Lalisa. "Iya. Aku menyukaimu."

Napas Lalisa tercekat, kenapa Sehun begitu lancar mengucapkan kata-kata seperti itu. Sehun tidak tahu saja kalau saat ini jantung Lalisa bagaikan sedang lari marathon, berdetak begitu cepat.

"Hey, kau serius sekali." Sehun nyengir memperlihatkan deretan giginya "Memangnya kau belum pernah mendapat pernyataan cinta atau semacamnya? Aduh, hahaha. Cecunguk itu tidak memperlakukanmu dengan begitu baik rupanya. Kau tahu bagaimana wajahmu tadi? Itu sangat lucu, hahaha. Aduh, perutku sakit sekali."

Sehun tertawa begitu lepas, sementara Lalisa sudah menarik tangannya yang tadi dipegang oleh Sehun. Lalisa benar-benar kesal, bahkan wajahnya saat ini mungkin sudah memerah.

Dengan seenaknya saja Sehun mengatakan hal itu pada Lalisa, tanpa memikirkan efek yang dia buat.

"Aish. Kau ini benar-benar menyebalkan eoh!" Lalisa mencubit ganas lengan Sehun.

"Aduh! Kau ini benar-benar ganas, seperti singa betina saja." Sehun menghentikan tawanya, mengusap lengannya yang tampak memerah akibat cubitan Lalisa.

"Diam kau!"

"Hey, jangan merajuk seperti itu. Kau nampak makin jelek saja jika begitu." Sehun menoel dagu Lalisa.

Lalisa menghardiknya kasar, sementara Sehun hanya tertawa melihat perlakuan Lalisa padanya.

"Jangan menyentuhku! Dasar pabo sialan." Lalisa mengerucutkan bibirnya kesal.

Sehun masih tertawa melihat raut wajah Lalisa, sampai seorang pelayan datang dan menyerahkan pesanan Sehun dan Lalisa. Tawa Sehun langsung mereda, meskipun masih ada kekehan-kekehan kecil yang terdengar.

Lalisa tidak mempedulikan pria di hadapannya, dia sibuk dengan makanan santapannya. Jika meladeninya sama saja dengan memancing Sehun untuk lebih membuatnya kesal dan naik darah.

Sehun pun kini sibuk dengan makanannya, sesekali dia juga mencuri pandang pada Lalisa. Cara dia makan selalu membuat Sehun tertarik.

Untung kali ini tidak ada sisa saus di sudut bibirnya, kalau ada mungkin Sehun akan kembali mengusapnya dan membuat Lalisa gelagapan.

Sesaat kemudian, seorang pelayan kembali datang menghampiri meja Sehun dan Lalisa. Dia membawa botol minuman pada nampan, dan dua gelas kecil.

"Ini soju yang anda pesan, tuan."

"Ah, terima kasih." Sehun tersenyum sekilas.

"Sama-sama tuan, permisi." Pelayan tersebut membungkukkan badannya, lalu beranjak dari sana.

"Kau memesan soju?" Lalisa memicingkan matanya.

"Iya, kenapa memangnya?"

Sehun menuangkan sedikit sojunya pada gelas kecil yang tersedia.

"Kau terbiasa mabuk?"

"Aku ini seorang namja, aku sudah terbiasa minum minuman seperti ini."

Sehun meminum minumannya dalam sekali tegukan.

"Aku ingin juga."

Lalisa mengambil salah satu gelas yang tersisa, lalu menuangkan sedikit soju ke dalamnya.

"Hey, memangnya kau kuat meminumnya?"

"Aku ini wanita yang tangguh, kalau hanya seperti ini saja aku akan kuat." Lalisa kemudian meminum sojunya dalam sekali tegukan.

Setelahnya, kening Lalisa mengernyit. Melihat itu, Sehun tertawa kecil.

"Ugh, kenapa rasanya seperti ini?"

"Hahaha, sudah kubilang kalau kau tidak terbiasa jangan minum."

Sehun lalu menuangkan air putih pada gelas dan menyodorkannya pada Lalisa.

"Minum ini."

"Tidak mau." Lalisa menggelengkan kepalanya.

"Eoh, kau jangan keras kepala. Nanti kalau kau mabuk, aku juga yang repot."

Lalisa kembali menuangkan soju pada gelasnya, dan meminumnya kembali.

"Lihat? Sudah kubilang aku ini wanita yang kuat, aku tidak akan mabuk jika hanya minum sedikit soju."

Sesaat kemudian, Lalisa menundukkan kepalanya diatas meja. Terdengar racauan tidak jelas dari mulutnya.

Sehun tertawa melihat tingkahnya, tangannya kemudian terulur untuk mengusap puncak kepala Lalisa.

"Sepertinya aku akan kembali menggendongmu hari ini, chagiya."

Sehun menyunggingkan senyum manisnya, kemudian menaruh kepalanya di atas meja berhadapan dengan Lalisa. Tangannya yang bebas menggenggam tangan Lalisa.

***

SeLisa [END]Where stories live. Discover now