"Bersikaplah seperti biasa, jika di hadapan eomma dan appa layaknya pasangan lain. Begitu juga di depan umum, semuanya sudah mengetahui perihal status kita."

Lalisa menghela napas. "Kau tidak memikirkan wanitamu itu? Bagaimana dengannya?"

Sehun tersenyum. "Dia masih seperti biasa. Dia tak mengetahui perasaanku. Lalu denganmu? Kau pasti mempunyai seorang pria kan?" Sehun menolehkan wajahnya, menatap Lalisa.

"Hmm, ya begitu. Sama denganmu."

Sehun tertawa. "Kenapa kau menertawakanku? Ada yang salah dengan ucapanku?" tanya Lalisa sinis.

"Hey, aku tidak menertawakanmu. Hanya saja ini lucu, kita menerima perjodohan ini sementara ada hati yang lain yang ingin kita perjuangkan."

Lalisa mengulum bibirnya. "Iya, tapi ini demi eomma dan appa. Entah kenapa aku melihat binar harapan di mata keduanya, seolah aku ini harapan satu-satunya mereka berdua jika aku bersamamu."

Flashback off

Lalisa menguap, dia sudah sangat lelah. Sejak makan malam tadi, mereka berdua tidak langsung pulang ke kamar hotel. Tetapi berjalan-jalan sebentar ke pinggir pantai.

Lalisa menunggu Sehun keluar dari kamar mandi, dia sedang membersihkan dirinya karena tadi sempat terjatuh ke dalam air laut ketika di pantai. Sebenarnya Lalisa yang mendorongnya.

"Hah, akhirnya selesai. Hey, kau tidak tidur?" tanya Sehun ketika keluar dari kamar mandi.

"Aku akan tidur sekarang." Lalisa melangkahkan kakinya menuju kasur lalu menutup dirinya dengan selimut.

"Eoh. Apa yang kau lakukan?" Lalisa berteriak karena selimut yang dipakainya terangkat, Sehun masuk ke dalam selimut bersamanya dan membaringkan tubuhnya di sana.

"Kenapa? Aku akan tidur."

"Kau tidur di sofa itu! Aku di sini, pergi sana, hush!" Lalisa mendorong tubuh Sehun agar menyingkir darinya.

"Hey! Aku juga berhak tidur di sini. Sudah sana bergeser, aku sudah mengantuk."

Sehun kembali membaringkan dirinya di kasur yang sama dengan Lalisa. Namun, Lalisa dengan sekuat tenaga kembali mendorong Sehun dari sana. Mana mau Lalisa tidur dengan laki-laki itu, meskipun sekarang dia itu suaminya. Karena bagaimanapun, tak ada satu pun dari mereka yang saling menginginkan.

"Cepat keluar dari sini! Kau tidur di sofa sana!" Lalisa mendorong-dorong bahu lebar Sehun.

"Tidak! Aku ingin di sini." Sehun masih mempertahankan pendiriannya.

Mereka terlibat saling dorong sekarang. Lalisa tidak mau tidur dengan Sehun. Sedangkan Sehun tak mau tidur di sofa. Dia juga mau merasakan empuknya kasur hotel ini.

Sehun kini berhadap hadapan dengan Lalisa. Lalisa terus mendorong dada bidang Sehun. Tenaganya memang tak sekuat Sehun, sampai kini Sehun masih tetap duduk di atas kasur.

"Sehun kau keluar eoh!"

"Lisa." Sehun menangkap pergelangan tangan Lalisa. Lalu memaksanya berbaring pada kasur.

"A-a-apa yang kau lakukan eoh?" Lalisa gugup. Tangannya terus meronta agar lepas dari pegangan Sehun. Tapi tenaga Sehun terlampau kuat.

"Apa hah? Kau takut? Kau ini istriku sekarang, kau harus siap dengan resiko apapun yang akan kau terima." Sehun menampilkan senyum liciknya.

"Heh! Kau jangan bercanda, apa yang akan kau lakukan?!"

"Kau diam saja. Aku yang akan memulainya."

SeLisa [END]Där berättelser lever. Upptäck nu