★∞★

Loly turun dari pangkuan Jansen, dia menatap Lana dengan sedih.

"Loly sayang sekali pada Ayah dan Ibu. Ayah dan Ibu tidak akan membuang Loly, kan?" Jansen mengelus pipi Loly.

"Ayah juga sayang pada Loly. Kita akan selalu bersama sampai kapan pun." Loly memeluk lengan Lana karena wanita itu hanya diam.

"Bu, Loly tidak mau Ibu yang lain. Loly hanya punya satu Ibu. Ibu satu-satunya Ibu Loly." Lana terkesip mendengar ucapan Loly. Lalu dia tersenyum tipis.

"Iya. Loly juga tetap menjadi putriku. Loly jangan sedih, ya." Loly mengangguk.

Jansen menatap Lana dengan kening yang berkerut saat melihat wajah Lana.

"Lana, kau kenapa?"

"Aku tidak mau tinggal di sini," jawab Lana sambil tersenyum tipis. Dia mengangkat Loly, lalu mendudukkan Loly di sebelahnya.

"Loly juga tidak mau tinggal di sini. Di sini tidak enak. Ayah, bagaimana kalau kita pindah saja?"

Jansen meraih tangan Lana, dia tersenyum. Sepertinya dia harus menuruti permintaan kedua wanita yang dia kasihi itu.

"Kalian ingin tinggal di mana?"

"Aku ingin di rumah ibuku saja." Lana menatap Jansen malu-malu.

"Loly ingin ikut ke mana saja asal Ibu ada," sahut Loly.

"Nanti akan kupikirkan, ya." Lana mengangguk, dan Loly juga ikut-ikutan.

"Tapi sepertinya kita tinggal di sana untuk sementara, agar aku bisa tenang menyelesaikan masalah yang terjadi. Aku akan mengurus mereka." Jansen mengecup punggung tangan Lana membuat Loly cemburu. Maka dia mengikuti apa yang dilakukan Jansen.

"Ayah, nanti adiknya laki-laki atau perempuan?"

"Ayah tidak tahu, laki-laki atau perempuan sama saja. Ayah tetap sayang pada mereka. Jansen meletakkan tangannya di perut Lana, lalu mengelusnya dengan pelan membuat Lana kegelian. Tapi Lana menahannya agar tidak merusak suasana.

"Ayah, Loly juga mau!" jerit Loly, Lana tersenyum. Loly memukul tangan Jansen, lalu dia juga mengelus perut Lana.

"Loly tidak sabar lagi. Apa adiknya akan lahir besok, Yah?" Jansen menggeleng.

"Kita harus menunggu, Lyly. Sampai nanti perut Ibu besar." Loly mengangguk. Mereka terus mengelus perut Lana sampai tidak sadar kalau Lana kini tertidur.

"Ayah, Ibu tidur...." Jansen mendongak, dia tersenyum lebar. "Loly juga ingin tidur, Ayah."

"Iya, di kamar Ayah saja, ya Ly...." Loly mengangguk. Dia turun dari sofa dan berlari ke kamar Jansen.

Sementara itu, Jansen menggendong Lana dan membawanya ke kamar. Dan saat sudah di kamar, Loly sudah berbaring lebih dulu di tengah ranjang. Jansen membaringkan Lana dengan gerakan pelan. Lalu menyelimuti Lana dan Loly.

Jansen menatap Loly yang pipinya merona.

"Loly malu, Ayah. Tapi apa Ayah mau mengecup kening Ibu? Kening Loly juga," katanya sambil memejamkan matanya.

Jansen melirik Lana, dia membungkukkan badannya, mengecup kening Lana membuat darahnya berdesir. Lalu mengecup kening Loly.

"Terima kasih, Ayah. Loly tidur dulu." Loly memeluk tangan Lana dan dia memejamkan matanya.

Jansen mengelus kepala Lana membuat Lana semakin terlelap.

"Entah kenapa aku merasa sangat bahagia dan juga takut, Lana. Aku merasakan firasat buruk, tapi semoga tidak ada hal buruk terjadi pada kita. Termasuk padamu.

Jansen meletakkan bantal guling di samping Loly agar Loly tidak terjatuh. Lalu dia berbaring di sebelah kiri Lana. Dia mengecup bibir Lana.

"Sepertinya aku jatuh cinta padamu, Lana...." bisiknya pelan. Dia mengecup bibir Lana sekali lagi.

★∞★

Vote dan komennya jangan lupa, ya.

Yuk, mari follow instagramku: Naomiocta29. Nanti di follback asal di minta, hehe...

Terima kasih!
29 September 2017

I Will Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang