SATU

3.1K 347 12
                                    

Happy reading

***

Lalisa tampak begitu cantik dan anggun dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih yang menjuntai panjang melewati mata kakinya.

Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Sehun. Setelah seminggu yang lalu kedua orang tua mereka memutuskan untuk menggelar acara pernikahan diselenggarakan pada hari ini.

Sebenarnya Lalisa dengan Sehun dijodohkan oleh kedua orang tua mereka masing-masing. Tak ada yang bisa menolak itu semua. Bahkan, Sehun pun menerima perjodohan itu dengan tangan terbuka.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, Lalisa melihat ibunya masuk dan menghampirinya.

"Kau sudah siap sayang? Ayahmu sudah menunggu di luar."

"Iya, eomma, aku sudah siap," jawab Lalisa sambil tersenyum.

Lalisa kemudian keluar ruangan dibantu ibunya karena gaun pernikahannya membuatnya sulit berjalan.

***

Lalisa tiba di altar pernikahan. Dia mengandeng tangan ayahnya yang berada di samping kanannya. Lalisa terlihat gugup, ia melihat Sehun di seberang sana.

Laki-laki itu terlihat tampan dengan tuxedo berwarna putih yang membalut tubuh atletisnya. Tampak senada dengan gaun yang dipakai oleh Lalisa saat ini.

Untuk sesaat, Lalisa terpesona dengan penampilan Sehun kali ini. Lalisa menggelengkan kepalanya pelan. Kenapa disaat seperti ini dia malah memikirkan Sehun. Lalisa melangkah diiringi ayahnya menuju tempat di mana Sehun berdiri.

***

Acara pernikahan berjalan dengan lancar. Kini, Lalisa dan Sehun berdiri berdampingan menyambut uluran salam dari para tamu yang berdatangan.

Setelah upacara pernikahan tadi, Sehun dan Lalisa langsung menggelar acara resepsi di hotel bintang lima yang sudah kedua orang tua mereka persiapkan sebelumnya.

Sampai kapan antrean tamu ini akan berakhir? Kakiku rasanya akan copot jika terus seharian berdiri di sini. Lalisa membatin.

Sehun menatap wanita di sampingnya. Wanita yang kini telah sah menjadi istrinya. Dia terlihat cantik dan anggun dengan gaun berwarna silver tanpa lengan yang ditaburi dengan ratusan berlian swarovski. Cocok dengan tuxedo berwarna senada yang dipakai Sehun siang ini.

Sehun menatap Lalisa lekat-lekat. Wanita itu tampak meringis kesakitan entah karena apa. Diam-diam Sehun merasa khawatir dengan keadaan Lalisa.

"Kau kenapa?" Sehun bertanya ketika tamu sudah berhenti menyalami mereka. Kini, pasangan itu duduk di kursi yang terdapat di belakang mereka.

"Apa pedulimu?" sinis Lalisa.

"Hei. Kau harus ingat kalau sekarang jika aku ini suamimu."

"Memangnya kalau kau suamiku aku harus apa? Kalau bukan karena eomma dan juga appa aku takkan sudi menikah denganmu."

"Ah, kau hanya tidak mau mengakui kalau sebenarnya kau senang menikah denganku." Sehun tersenyum miring.

Lalisa mendecih. "Mungkin kau yang seharusnya senang menikah denganku, bukannya dari awal kau yang sangat antusias menyambut pernikahan ini?"

SeLisa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang