"Kalau memang iya kenapa? Kalau aku ingin menikah denganmu memangnya kenapa?" Sehun tersenyum miring.

Lalisa diam tak berkutik. Lidahnya kelu untuk menjawab, dia mengalihkan pandangannya dari Sehun dan memalingkan wajahnya. Kali ini Lalisa benar-benar sangat kesal.

Tak terasa, acara berjalan lancar dan kini para tamu undangan sudah pergi. Lalisa menghela napas lega, sejak tadi dia hanya berdiri dan menyalami para undangan yang tak henti-hentinya berdatangan.

Tapi semuanya tidak hanya sampai disini, Sehun dan Lalisa diseret paksa oleh kedua orang tuanya masing-masing memasuki mobil. Pakaian resepsi bahkan masih melekat di tubuh mereka.

Mobil yang ditumpangi mereka melaju dalam padatnya kota Seoul di sore hari. Lalisa menatap hiruk pikuk kota dari jendela mobil yang ia tumpangi.

"Eomma, kau akan membawa kami ke mana lagi? Bahkan kita belum sempat ganti baju." Lalisa merengek pada ibunya.

"Sudahlah, ikuti saja. Nanti juga kau akan tahu sayang."

Lalisa mendengus kesal, kembali mengarahkan pandangannya ke luar dari jendela mobil.

Tak lama kemudian, mobil memasuki pelataran parkir di sebuah airport. Sehun dan Lalisa turun dari mobil, kemudian berjalan memasuki bandara.

"Appa, eomma, mengapa aku dan Lalisa diajak ke bandara? Memangnya kita semua mau ke mana?" kali ini Sehun yang bertanya.

"Sudahlah kalian tidak perlu bertanya. Nanti saat kalian sampai kalian pun akan tahu. Cepatlah naik ke pesawat, sebentar lagi akan lepas landas."

***

Lalisa masih setia dengan posisinya yang saat ini sedang menatap ke luar dari jendela pesawat. Sehun yang berada di sampingnya hanya bersender dan memejamkan matanya, mencoba beristirahat meski hanya sebentar.

Sehun membuka matanya, kemudian melihat dengan saksama wajah Lalisa dari samping. Mulutnya sedikit terbuka, mencoba untuk memulai pembicaraan.

"Kalau kau lelah dan mengantuk tidur saja di pundakku. Tak nyaman jika bersender pada kursi," celetuk Sehun.

"Tak perlu menawarkan kebaikan hatimu tuan. Aku tidak membutuhkannya," jawab Lalisa ketus.

"Eoh. Jangan tinggikan gengsimu di saat seperti ini."

Lalisa mendelik. "Apa urusanmu? Terserah padaku apa yang ku mau. Kau jangan sok perhatian!"

"Ya ya ya, jangan salahkan aku jika nanti pundakmu sakit." Sehun mendengus kesal, kemudian kembali menyenderkan tubuhnya dan terpejam.

Pundakku yang pelukable ini ditolak, eomma. Aigo.

Lalisa mendecih, kemudian memalingkan wajahnya dari Sehun dan menatap kembali jendela pesawat.

Ah, aku harap perjalanan ini tidak terlalu lama.

***

Pukul 06.00 sore, Sehun dan Lalisa tiba di bandara setempat. Ternyata, pesawat yang mereka tumpangi membawa mereka pergi ke pulau Jeju. Sejak tadi, Lalisa tak henti berdecak kagum padahal ini baru sampai di bandara.

SeLisa [END]Where stories live. Discover now