Rainy Girl

1.5K 158 12
                                    

When Mark only know her just because that girl always starring at his window in rainy days.

Mark bosan.

Berdiam diri dirumah seperti ini memang sangat membosankan. Tidak banyak hal yang bisa ia perbuat selain membaca novel-novel yang bahkan sudah ia tamatkan beberapa kali.

Titik-titik air hujan sepertinya selalu muncul dan seolah menampar-nampar jendela kamar Mark.

Musim gugur begini memang sangat rentan dengan yang namanya curah hujan tinggi.

Mark yang selalu terkurung dirumah besarnya seakan menjadi lebih terkekang ketika hujan turun. Orang tuanya tidak akan membiarkan anak itu berkeliaran di halaman rumahnya yang luas jika sedang hujan begini.

Kenapa harus ada hujan didunia ini sih?

Mark menatap keluar kamarnya dari arah jendela. Sepi.

Tidak ada orang yang berkeliaran diluar sana. Mobil dan kendaraan juga jarang terlihat.

Membuat Mark makin merasa sendiri.

Dan dia sedih.

Disaat semua anak-anak seusianya pergi ke sekolah, bertemu dengan teman-teman mereka, bermain bersama, berjalan-jalan dan melakukan banyak hal menyenangkan lainnya, Mark justru hanya bisa duduk diam didalam kamarnya.

Penyakit jantung yang diderita anak itu sejak lahir membuatnya mau tak mau menerima apa yang diinginkan orang tuanya.

"Ini demimu Mark. Semua yang kami lakukan adalah untuk kebaikanmu."

Mereka selalu saja bilang begitu.

Menyebalkan.

***

Ketika hujan turun di hari itu, Mark merasa kesal.

Sudah dari awal anak itu merencanakan akan bermain seharian di halaman karena kebetulan sekali guru yang selalu memberinya mata pelajaran dirumah tidak hadir.

Artinya Mark mendapatkan libur dari program home schooling-nya.

"Kenapa hujan terus saja turun? Aku jadi tidak bisa bermain."

Mark meniupkan nafasnya dibalik jendela kamar. Membuat jendela itu berembun.

Segera dia menuliskan kata-kata diatas embun pada kaca jendela itu.

'Aku benci hujan.'

Setiap hujan turun, dia akan selalu menuliskan kalimat itu dengan perasaan kesal.

Ketika jendelanya penuh berisi coretan tangannya, dia akan tersenyum puas. Kemudian tulisan itu dihapusnya dengan telapak tangan.

Sampai akhirnya Mark menyadari, ada seseorang diluar sana yang berdiri di depan gerbang rumahnya dan menatap tepat kearah jendela kamarnya.

Mark mengernyit. "Siapa gadis itu?"

Mark bahkan dapat melihat jika gadis itu menyadari bahwa dia juga tengah memperhatikannya.

Tatapan mereka bertemu dan seolah terkunci.

Dan Mark bersumpah, baru kali ini dia bisa menemukan perempuan yang cantiknya hampir setara dengan kecantikan ibunya.

Gadis dibalik jendela itu tersenyum kearahnya dan melambai singkat. Seolah berusaha menyapa Mark dari bawah sana.

Mark tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Apa dia harus membalas lambaian tangan gadis itu? Atau justru pura-pura tidak melihatnya?

Entahlah.

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang