Sementara itu, sebelum Andrea datang ke rumah Jansen.

"Kita harus akhiri semuanya, Dimas!"

"Kenapa, Rea? Gara-gara Jansen lagi?" Andrea mengangguk membuat emosi Dimas menjadi-jadi.

"Kenapa kau lebih memilih dia, hah? Sementara kita sudah melakukan banyak hal! Kalau aku memberitahu Jansen, kau akan dibuang!"

"Jansen tidak mungkin melakukan itu. Dia mencintai aku." Andrea mengangkat bahunya sambil tangannya mengelus perutnya. "Lagi pula, di sini ada calon anak kami." Dimas menatap Andrea.

"Kumohon, tinggalkan saja Jansen! Aku yang mengenalmu lebih dulu. Kenapa kau lebih memilih dia? Andrea, kita sudah berpacaran sebelum aku mengenalkan Jansen padamu. Kenapa sekarang jadi aku yang kau buat simpanan? Kenapa, hah?!" Dimas mulai emosi.

"Karena Jansen lebih mncintaiku! Lagi pula, dia itu sahabatmu, kan? Dimas, Jansen tulus padaku. Aku tahu kau juga tulus, tapi aku mendapatkan semuanya dari Jansen. Bahkan setelah tahu ibuku yang membunuh keluarganya, dia masih memaafkanku dan memohon agar aku tak pergi darinya!" Dimas mengepalkan tangannya dengan kuat.

"Aku pergi dulu. Aku ingin memberitahu kabar bahagia ini pada calon suamiku." Andrea pergi dari hadapan Dimas.

"Hah, sialan! Kau memang sialan Jansen! Kau merebut Andrea dariku!" Dimas melempar apa saja benda yang dia lihat. Rasa marah dan kecewa bercampur aduk.

"Semua sudah aku lakukan untukmu, Rea! Bahkan aku rela membersihkan nama baikmu dalam berita pembunuhan itu! Lihat saja, kau dan Jansen tak akan kubiarkan bahagia!" Dimas duduk di lantai, menatap foto dirinya dan Andrea dengan nanar.

★∞★

Jansen memarkirkan mobilnya di halaman rumah Dimas. Dia langsung turun dengan tidak sabaran.

Melangkah pun tidak sabaran. Saat sudah ada di teras, Jansen langsung masuk karena pintu tidak di tutup.

"Dimas! Di mana kau Bajingan?!"

"Ada apa?" Jansen membalikkan tubuhnya. Dia mendekati Dimas dan langsung melayangkan satu pukulan di pipi Dimas.

Bughhh....

"Berengsek! Aku sudah tahu semuanya!" Dimas menyentuh pipinya yang terasa nyeri, lalu dia tersenyum mengejek.

"Kau tidak tahu apa-apa!"

Jansen melemparkan selembar foto pada Dimas. Dimas hanya tertawa.

"Hahaha...."

"Teganya kalian melakukan ini dibelakangku!"

"Jansen, sadarkah kau kalau Andrea hanya mempermainkanmu? Dia hanya memanfaatkan dirimu yang begitu mencintainya!" Jansen mundur satu langkah.

"Kau merebut Andrea dariku!" desis Jansen.

"Kau yang merebut Andrea dariku, Berengsek!" Jansen langsung menatap Dimas dengan tajam.

"Pembohong!"

"Kau hanya simpanan Andrea, Jansen. Dia hanya ingin hartamu!" Jansen menggeleng tidak percaya.

"Aku sudah menjalin hubungan dengan Andrea sejak sebelum kau mengenal dia! Kami bahkan sudah melakukan hubungan suami istri sejak dulu." Dimas menarik kerah baju Jansen. "Kau yang merebut dia dariku, Sialan!" Dimas membalas pukulan Jansen.

"Tidak mungkin! Ah, kau hanya membual saja." Jansen menggelengkan kepalanya.

"Meski begitu, Andrea tidak pernah hamil karena aku selalu memakai pengaman. Dasar kau bodoh!"

"Kenapa kau bisa tahu dia hamil? Apa kau yang menghamili dia?" Dimas mengangkat bahunya.

"Bukan hanya aku yang tidur dengannya, Jansen. Kau tidak tahu apa pun soal Andrea. Dia itu bukan wanita seperti yang kau lihat. Kau tidak tahu bagaimana pergaulan Andrea, Jansen. Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum aku mengusirmu! Nanti aku akan mengirimkan foto Andrea bersama para lelakinya padamu agar kau percaya. Pergi!"

Jansen mengepalkan kedua tangannya, dia menatap Dimas dengan sengit. Lalu pergi dari rumah Dimas.

Andrea tidak mungkin seperti itu! Si berengsek Dimas itu pasti membohongiku!

★∞★

Nanti ada lanjutan.
Semoga suka.

Vote dan koment kalau suka :) tinggalkan cerita ini kalau nggak suka! :)

Terima kasih!
9 September 2017

I Will Still Love YouWhere stories live. Discover now