"Dari mana kau tahu aku mengikutimu? Jangan asal bicara, Lana!" Dia mengelak, masih tidak mau mengaku.

"Tadi sebelum pergi, aku suruh Loly untuk mengajakmu pergi juga. Tidak kusangka kau akan mengikutiku dan bersembunyi di balik pohon." Lana tersenyum, dia menatap Jansen dengan terang-terangan.

"Lana, kau benar-benar menyebalkan!" Karena tidak tahan merasa malu, Jansen pergi dari ruang makan. Lana hanya menghela napasnya. Dia berdiri dan melangkah menuju pintu utama.

"Sepertinya tidak apa-apa kalau aku pergi sebentar. Aku ingin sekali makan mie instan, di sini tidak ada." Lana terus melangkah sampai kini dia sudah ada di halaman.

Dia tertegun saat melihat Jansen yang ternyata juga ada di halaman. Lana mempercepat langkahnya menuju gerbang rumah.

"Kau mau ke mana, Lana?" Jansen berlari mendekati Lana.

"Aku ingin makan es krim dan mie instan. Aku juga ingin makan sate."

"Memangnya kau punya uang?" Lana mengusap tengkuknya, dia cengengesan sendiri.

"Haha, ternyata aku tidak punya uang." Jansen menarik tangan Lana keluar dari gerbang.

"Ayo, akan kubelikan. Tapi kau jangan besar kepala dulu, aku hanya kasihan padamu." Lana mengangguk pelan.

"Kita jalan kaki saja, di sekitar sini ada yang menjual yang ingin kau makan." Lana kembali mengangguk.

"Lana...."

"Bagaimana kalau kita beli pakaian bayi saja?"

"Hah? Untuk apa, Lana?" Lana tersenyum salah tingkah.

"Untuk bayi kita nanti." Jansen geleng-geleng kepala.

"Nah, ini yang jual sate. Kau tidak boleh makan mie instan. Itu tidak baik untuk kesehatan." Lana menggerutu dalam hati. Dia menarik tangannya dari genggaman Jansen.

"Aku ingin beli pakaian bayi saja!" Jansen menghela napasnya pelan.

"Lana, jangan membuatku kesal! Tadi kau yang ingin makan ini, kan?"

"Tidak jadi." Lana menundukkan kepalanya.

"Jansen, sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan padamu." Lana berdiri, lalu dia melangkah pergi. Langkahnya begitu cepat menuju jalan yang tadi mereka pijak. Mau tidak mau Jansen terpaksa mengikuti Lana.

Dia ini kenapa? Suka sekali merajuk akhir-akhir ini.

★∞★

Di rumah Jansen

Jansen masuk ke dalam kamar, ternyata tidak ada Lana di sana. Dia pun pergi ke kamar Loly, benar. Dia ada di sana.

"Lana...." Lana menoleh, dia tersenyum melihat Jansen.

"Apa? Aku tidur di sini. Hehe, takut nanti kau usir dari kamarmu." Lana mulai berbaring, sementara Jansen mendekat.

"Kenapa kau aneh sekali hari ini? Apa tadi yang ingin kau tanyakan?" Lana menggeleng.

"Tidak jadi."

"Lana...." Lana menutup tubuhnya memakai selimut.

"Aku hamil. Apa kau senang?"

Degh....

Raut wajah Jansen langsung berubah. "Kau jangan bercanda, Lana!"

"Tidak! Aku serius. Aku hamil." Jansen mengepalkan kedua tangannya.

"Pembohong!" Jansen keluar dari kamar Loly dengan perasaan campur aduk.

Lana membuka selimut, dia tidak melihat Jansen lagi. Lana duduk dan dia melempar selimut ke lantai. Dia melirik Loly, entah kenapa dia semakin kesal melihat gadis kecil itu.

"Dasar Jansen kurang ajar! Rasanya aku ingin sekali memukulnya sampai mati!" Lana menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya, dia menangis.

Lana turun dari tempat tidur. Dia mengambil selimut yang tadi dia lempar. Lalu menyelimuti Loly.

"Nanti ayahmu hanya akan sayang padamu. Dia tidak sayang pada bayiku nanti. Kau beruntung, mungkin marena ibumu yang namanya Andrea itu. Aku mulai mengerti sekarang, walau pun aku hamil, itu tidak akan mengubah apa pun!" Lana mengelus kepala Loly, lalu dia keluar dari kamar itu.

Lana mengusap air matanya, dia melangkah menuju kamar yang terjauh dari kamar Jansen; kamar pembantu.

★∞★

Poor Lana :(

Vote dan komen kalau suka :) Tinggal cerita ini kalau nggak suka!

Terima kasih
5 September 2017

I Will Still Love YouNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ