"Eomma tenanglah, kalau begitu kapan-kapan akan aku antarkan ke pemakaman appa dan...ke tempat eomma,"

Tunggu. Jika sampai Ny.Kim menangis hebat seperti ini, berarti pertemanan orang tuaku dengan Ny.Kim sangat baik. Kata suster, eomma bisa sembuh jika ada seseorang yang dekat dengannya selalu mengajaknya bicara. Apakah mungkin ini bisa terjadi? Apa mungkin Tuhan sudah menakdirkan ini semua??
Batin Hae ra.

"Eomma...setelah menjenguk eommaku nanti, apa eomma mau terus menjenguknya dan mengajaknya bicara? Kata suster disana, kemungkinan akan sembuh jika bertemu seseorang yang dekat dengannya dan terus mengajaknya bicara," kata Hae ra setelah melepas pelukannya dari tubuh Ny.Kim .

"Jinjja?? Apakah bisa?" Tanya Ny.Kim sembari menghapus air matanya.

"Semoga saja memang bisa, kalau tidak dicoba, kita tidak akan tau"

Taehyung yang daritadi hanya diam menonton kini angkat bicara.

"Jangan menangis lagi eomma, eomma tau kan jika aku tidak bisa melihat wanita menangis. Apalagi wanita yang berharga untukku," jelas Taehyung dengan wajah yang sedikit memelas.

Ny.Kim tersenyum.
"Eomma tau, baiklah sekarang eomma tidak akan menangis lagi."

Hae ra beranjak untuk pergi ke dapur, dia ternyata mengambil segelas air putih untuk Ny.Kim .

"Minum dulu eomma, menangis menguras tenaga"

Ny.Kim langsung meneguk habis segelas air putih yang baru diambilkan Hae ra.

"Maaf sebelumnya eomma tidak bermaksud menyinggung perasaammu. Tapi bagaimana kau hidup selama ini? Siapa yang membiayai hidupmu?" Tanya Ny.Kim hati-hati.

Hae ra tersenyum.
"Dulu aku sangat bingung aku harus bagaimana, tidak ada keluarga lagi disini. Aku juga tidak begitu mengenal keluarga yang lain. Untuk sementara, aku memakai uang tabunganku untuk biaya hidup. Sampai suatu saat aku memiliki teman, dia sangat baik. Sampai-sampai keluarganya mau membiayai hidupku, itu terus berlanjut sampai aku bisa sekolah di tempat bagus seperti sekolah kami sekarang." Jelas Hae ra.

"Jinjja? Baik sekali temanmu itu, siapapun dia tolong ucapkan Terimakasih dariku. Kapan-kapan aku akan menemui mereka karena sudah membantumu sebanyak itu,"

"Tapi Hae ra sekarang bekerja paruh waktu eomma," sela Taehyung. Itu berhasil membuat Hae ra menatapnya tajam. Ny.Kim menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Bekerja paruh waktu? Apa itu benar?" Tanya Ny.Kim pada Hae ra.

Hae ra menggaruk-garuk tengkuknya.
"N-ne...aku bekerja paruh waktu,"

"Mwo?? Bekerja apa kau??"

"Pengantar pizza.."

Ny.Kim menghela nafas berat.
"Wae? Katanya keluarga temanmu membiayai hidupmu?" Lirih Ny.Kim yang tampak lelah.

"Aku...aku hanya tidak ingin terus-terusan merepotkan mereka. Aku merasa tidak enak. Jadi aku bekerja, aku berencana memenuhi kebutuhanku sehari-hari dengan gaji kerjaku. Tapi untuk masalah sekolah dan biaya rumah sakit eomma...aku masih menggunakan uang mereka. Aku belum bisa menjangkau dengan gajiku yang tidak seberapa ini,"

"Kau benar-benar gadis yang baik. Mulai sekarang, bicaralah kepada temanmu agar orang tuanya menghentikan bantuan mereka. Sudah cukup mereka membantumu selama ini, sekarang gantian aku dan suamiku yang akan membantumu"

Hae ra terkejut atas apa yang diucapkan Ny.Kim. Terlebih lagi Taehyung, dia juga menatap ibunya tidak percaya.

Hae ra diam. Dia merasa sedih, sedih karena hidupnya. Kenapa dia selalu bergantung kepada orang lain, kenapa dia selalu merepotkan orang lain? Tidak bisakah dia mandiri? Tapi kelihatannya itu belum saatnya. Bagaimanapun dia butuh bantuan itu, dia harus mengesampingkan rasa malunya dan perasaan sedihnya. Dia harus berpikir realistis. Demi dirinya dan ibunya.

White Wishes [Taehyung BTS] ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon