23#terungkap

1.6K 121 4
                                    

Author POV

Pagi ini suasana sekolah tampak damai. Aroma khas pagi yang menyeruak, suara kicauan burung yang berasahut-sahutan di tambah angin semilir yang berhembus dengan hawa sejuk membuat siapapun yang merasakannya menjadi tenang.

Hae ra sedang berjalan untuk memasuki gedung megah yang menjadi saksi terjadinya berbagai peristiwa itu. Ketika akan sampai pintu, dia melihat Yerim sedang bersandar di tembok dekat pintu sambil memejamkan mata, sepertinya sedang menikmati suasana pagi ini. Hae ra berhenti, antara iya atau tidak dia ingin menyapanya. Tapi apa yang akan dibicarakan selanjutnya? mereka sangat canggung sekarang.

Oh atau mungkin dia akan berbicara perihal tentang orang tua Taehyung yang akan menemui orang tuanya? Tidak tidak. Hae ra masih cukup sadar, tidak mungkin dia berbicara seperti itu pada Yerim. Itu sama saja dia memperparah hubungan mereka. Lalu apa yang akan dibicarakannya nanti?

Hae ra diam di tempat yang tak jauh dari tempat Yerim bersandar, nampaknya Yerim belum mau membuka matanya.

"Apa aku minta maaf saja ya? ya meskipun aku tidak tau kesalahanku apa yang membuatnya menjauhiku," Hae ra bermonolog. Dan pada akhirnya dia memantapkan diri untuk mendekati Yerim dan menyapanya, dia tidak ingin terus-terusan hubungan pertemanan mereka seperti ini.


Hampir dekat.....



Sudah dekat....




"Yer---"


"Yerim-ah! Kau sudah lama menungguku? Mian...eomma tadi membicarakan sesuatu dulu padaku,"

Baru saja Hae ra ingin menyapa, tapi seseorang telah mendahuluinya. SooAh. Dia yang menyapa Yerim.

Yerim membuka matanya dan membenahi posisi berdirinya.
"Tak masalah, kau sudah selesaikan? Kalau begitu sekarang kita langsung ke kelas saja," ketika Yerim melangkah, dia sempat melihat Hae ra yang berdiri tak jauh darinya, bahkan bisa dibilang dekat.

Hae ra tersenyum, namun Yerim melewatinya begitu saja tanpa membalas senyumannya. Ekspresinya datar.
Lagi-lagi Hae ra merasa sakit hati ketika berhadapan dengan Yerim. Tanpa sadar, matanya sudah berkaca-kaca, dia meremas ujung roknya dengan kuat. Apa sebenarnya salahnya? Kenapa sahabat yang sudah dianggap seperti saudarnya sendiri tiba-tiba memusuhinya? Jika memang ada masalah, seharusnya dibicarakan, bukan seperti ini. Hae ra masih setia dengan posisi berdirinya, bahkan siswa-siswi yang berlalu lalang sempat melihatnya heran.

Grepp

Sebuah tangan berhasil melingkar di bahu kirinya. Akhirnya dia tersadar juga dari pikiran-pikiran yang membuatnya terlarut dalam kesedihan.

"Chagi...kenapa kau berdiri sendiri disini? Tidak masuk?" Ternyata tangan yang merangkul bahunya itu adalah tangan Taehyung.

Hae ra sesegera mungkin mengubah ekspresinya. Dia mengusap air matanya yang hampir keluar lalu tersenyum kecil.

"Taehyung-ah...kau baru datang?" Tanyanya. Sebenarnya dia ingin mengalihkan pembicaraan. Dia tidak ingin terlihat sedih di depan kekasihnya.

"Hmm, aku baru datang. Mian, tidak bisa menjemputmu. Nanti pulang sekolah ikut denganku ya? Tempat kerjamu masih libur kan?" Taehyung mengelus pelan bahu Hae ra.

"Ah iya...hampir saja aku lupa. Tadi aku berencana pulang sekolah akan langsung ke tempat kerja dan menemui LiSa eonnie. Tapi ternyata sekarang masih libur. Gomawo...kau sudah mengingatkanku." Hae ra tersenyum lebar sampai menampakan gigi-giginya yang rata itu. Persis seperti anak kecil.

White Wishes [Taehyung BTS] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang