"Kamu antarkan nyonya kemanapun dia mau pergi. Tapi sebelum itu, hubungi saya dulu. Jika saya mengizinkan, baru kalian boleh pergi. Paham?"

"Paham tuan"

Lalu Reza mengingat sesuatu lagi.
"Oh dan satu lagi Taylee. Jangan pernah temukan Anna dengan pria bernama Jehan, ingat itu!!" tegas Reza menunjuki Taylee.

"Tentu tuan"

Reza mengangguk dan segera berangkat ke kantornya dengan mengendarai mobilnya sendiri.

×××××

Sedangkan di dalam kamar. Anna terus saja menangis. Diam-diam wanita itu mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya. Jemari lentiknya perlahan mengelus foto Jehan dengan dirinya di foto itu.

"I miss you Je, so much" bisik Anna parau memperhatikan senyuman Jehan di foto itu. Air matanya terus menetes.
"Apakah kau merindukan aku Jehan?"

"When can we meet. When all of this is cultivated. And when can we get back together. All feels so long without you hiks.. Hiks... " Anna tak sanggup menahan isak tangisnya. Andai Reza mengerti bagaimana rasa rindu itu.

Tak sanggup melihat foto pria yang ia sayangi itu lama-lama. Akhirnya Anna memasukkan kembali fotonya dan Jehan itu ke dalam dompetnya.

Ouh... Rasa mual itu datang lagi. Segera Anna berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di dalam closet. Akhir-akhir ini Anna memang sering sekali merasakan mual dan kadang juga agak pusing. Tapi kata bi Ida dan bi Hasri ini wajar.

Setelah membasuh muka dan merasa sudah agak segar setelah menangis. Anna memutuskan untuk turun ke bawah dan minum air. Saat menuruni anak gangga rumah, Anna terus mencari-cari dimana sosok Reza. Dia tidak ada, sepertinya pria itu sudah berangkat ke kantor.

Tenggorokan yang tadinya kering sekarang agak enakan setelah meneguk habis segelas air putih. Saat Anna meletakkan gelas kembali ke atas meja, bi Hasri lewat sambil membawa kemoceng dan beberapa alat bebersih lainnya. Anna tertarik untuk tahu kemana bi Hasri akan pergi.

"Bi Hasri" panggil Anna. Langkah wanita paruh baya itu terhenti dan menatap Anna lalu tersenyum.
"Mau kemana?"

"Ah anu nyonya. Saya mau membersihkan ruangnya nyonya Shara di lantai 2. Semenjak nyonya Shara sering ke luar negri, ruangannya sering tidak di pakai lagi. Jadi saya mau membersihkannya, nyonya" jelas bi Hasri panjang lebar.

Sepertinya itu menarik. Anna juga ingin tau bagaimana ruangannya mama Reza.
"Boleh saya ikut? Saya bosan tidak tahu harus apa sekarang"

"Boleh nyonya. Mari"

Mereka pun menaiki tangga menuju ke lantai dua. Anna juga ikutan masuk ke sebuah ruangan saat bi Hasri membuka pintu sebuah ruangan yang bernuansa biru muda. Pandangan Anna beredar memperhatikan ruangan itu, Indah. Dan ada yang menarik di ruangannya mama Shara. Di sini ada banyak sekali peralatan kecantikan, ada banyak juga lemari yang berisi sepatu, tas dan ada sederetan perhiasan tertata rapi di sebuah lemari berbalut kaca. Di dindingnya ada banyak tempelan model-model maju. Terasa masuk ke mini mall.

"Ini ruangannya mama Shara?" tanya Anna masih terus memperhatikan sesisi ruangan.

"Iya nyonya Anna. Ini ruangan favoritnya nyonya Shara" kata bi Hasri sembari membersihkan ruangan agak besar itu.

Saat melihat mesin jahit di dekat jendela. Anna tersenyum dan berjalan mendekat. Perlahan kakinya menggerakkan penekan kaki di mesin jahit itu.

"Itu mesin jahitnya nyonya Shara, nyonya. Dan saat tuan Reza masih kecil, ada banyak baju tuan Reza yang nyonya Shara jahit sendiri" kata bi Hasri.

Child For HusbWhere stories live. Discover now